Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/05/2022, 10:25 WIB
Rintan Puspita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Cerita yang ditulis dalam bentuk utas atau thread Twitter tahun 2019 oleh akun @SimpleM81378523 kembali ramai setelah film KKN di Desa Penari tayang.

Bahkan foto-foto dari peserta KKN hingga video dari yang diduga sebagai lokasi asli yang dulu sempat viral kini kembali beredar di media sosial.

Lantas seperti apa tanggapan penulis asli yang mengangkat cerita tersebut? Di tahun 2019, @SimpleM81378523 pernah memberikan beberapa klarifikasi terkait berbagai kehebohan yang muncul menyertai popularitas thread-nya dalam konten YouTube Raditya Dika.

Seperti apa tanggapannya, berikut rangkumannya.

Viral foto diduga Bima asli

Sempat beredar foto seorang pria di depan bangunan menyerupai pintu candi. Pria itu diduga sebagai Bima asli.

Menanggapi hal tersebut, pemilik akun tegas membantahnya.

"Enggak itu cuma hoaks. Orang iseng mungkin sekedar ingin membagikan foto yang kebetulan dia ada di salah satu foto yang di thread saya, saya jadikan sebagai penggambaran," kata @SimpleM81378523 dikutip dari YouTube Raditya Dika.

"Itu hanya orang iseng enggak bertanggung jawab, memanfaatkan momen ini, entah apa tujuan mereka, saya mengklarifikasi bahwa itu bukan Bima," lanjutnya.

Baca juga: Link Twitter KKN di Desa Penari Versi Nur dan Widya

Video investigasi Rowo Bayu

Mengenai munculnya dugaan kaitan Rowo Bayu di Banyuwangi dengan lokasi Desa Penari dan video penjelajahan yang beredar, penulis juga membantah kejadian itu sama sekali tidak ada kaitan dengan Rowo Bayu.

"Beberapa orang membuat video penjelajahan ke lokasi desa Penari yang diduga berada di Rowo Bayu, saya tegaskan bahwa kejadian ini tidak ada hubungannya sama Rowo Bayu,"ucapnya.

Tebakan netizen ada yang benar

Penulis mengakui bahwa dia membaca banyak komentar yang menyebut berbagai nama daerah, mencoba menebak-nebak dimana tempat yang dimaksud penulis.

Dari begitu banyak tebakan, penulis mengaku memang ada tebakan yang benar, tapi dia memilih untuk tidak mengungkap lebih jauh demi menepati janjinya pada narasumber yang ingin semua dirahasiakan.

"Bila ada pertanyaan adakah tebakan yang benar, saya cuma akan menjawab 'ada', tapi saya tidak akan mengatakan hal ini lebih jauh lagi," tuturnya.

Baca juga: Ketika KKN di Desa Penari Raup 3 Juta Penonton dan Kalahkan Kukira Kau Rumah sampai Makmum 2

Cerita tidak murni sama

Penulis mengaku telah mengubah, mengurangi dan menambah cerita untuk melindungi identitas narasumber.

Beberapa bagian yang diubah seperti peserta KKN yang sebenarnya ada 14 orang dan ada dosen pengawas.

Kemudian tentang cerita Widya dan Wahyu pergi ke kota untuk membeli perlengkapan KKN, sebenarnya itu dialami oleh dua teman laki-laki Widya.

"Bisa diambil kesimpulan bahwa cerita yang saya tulis ini tidak murni sama dengan cerita yang saya dengar, karena memang ada bagian-bagian yang tidak saya tulis," ucap penulis.

"Ada bagian yang saya lebih-lebihkan, ada bagian yang saya kurangi karena alasan saya sendiri merasakan cerita ini terlalu gila kalau dipikirkan secara logika," lanjutnya.

Cerita berasal dari teman ibu penulis

Penulis mengatakan cerita itu asli dari teman ibunya yang dia curi dengar.

Teman ibunya itu sempat menolak keinginan penulis untuk mengangkat cerita tersebut dengan berbagai alasan dan pertimbangan.

Tapi setelah dibujuk, orang yang kemudian disamarkan oleh penulis dengan nama Widya itu akhirnya setuju ceritanya diangkat, tapi syaratnya semua poin penting dirahasiakan.

"Saya mencoba membujuk beliau dan berjanji tidak akan ada satu pun pihak yang dapat melacak cerita ini karena semua yang terlibat akan saya buat disamarkan, mulai dari nama, universitas, desa tempat beliau melaksanakan kegiatan KKN ini," ucap penulis.

"Beliau akhirnya setuju dan meminta saya untuk benar mengaburkan semua poin, dari universtias, desa, bahkan bagaimana cara menuju kesana, semua saya set ulang, meski saya tidak benar-benar mengaburkan semua," sambungnya.

Alasan pakai akun anonim

Pemilik akun juga mengungkap alasannya menutup rapat identitasnya dengan memakai nama @SimpleM81378523.

"Pertama karena saya lebih memilih menjadi pribadi low profile, kedua untuk melindungi privasi narasumber," ujar penulis.

"Karena cerita seperti ini biasanya bersifat sensitif untuk beberapa orang dan bisa menjadi perdebatan karena semua ini menyangkut kepercayaan masing-masing," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com