Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seniman, Risiko, dan Popularitas di Mata Eko Nugroho

Kompas.com - 05/05/2021, 08:22 WIB
Vincentius Mario,
Kistyarini

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelukis senior Eko Nugroho membagikan ceritanya setelah puluhan tahun bergelut di dunia seni, khususnya seni rupa.

Berbincang dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho, Eko membeberkan fakta di balik hidup seorang pelukis hingga popularitas yang kadang justru jadi masalah bagi para seniman.

Berikut beberapa fakta yang dirangkum Kompas.com.

Risiko di kalangan pelukis

Di kalangan pelukis, menurut Eko, plagiarisme masih menjadi masalah sampai saat ini.

Eko menilai, seni rupa adalah salah satu ranah karya yang sulit digali, baik secara ide maupun visualisasinya di atas kanvas.

Baca juga: Menjadi Ayah Sekaligus Pelukis, Eko Nugroho: Seniman Tak Bisa Menyelesaikan Masalah Seorang Diri

"Dulu sebelum bom Bali, seniman Yogya itu booming. Saya ada di situ. Saya distribusikan ide kerajinan ke pengepul dan dijual. Tapi ya risiko seniman rupa itu, ide mudah dicuri dan dijual murah," ujar Eko dikutip dari kanal YouTube Kompas.com, Selasa (4/5/2021).

Eko merasa iba. Menurutnya, ada begitu banyak seniman seni rupa yang menggali ide agar ranah kesenian ini tidak stagnan.

Maka, Eko menekankan pentingnya ketegasan pemerintah dalam menegakkan peraturan soal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) bagi para seniman.

Baca juga: Eko Nugroho Bicara soal Masalah Plagiarisme di Kalangan Pelukis

Seniman tak bisa hidup sendiri

Untuk mengantisipasi risiko dan kendala lain di ruang kreatifnya, Eko kini membentuk tim kecil yang bekerja bersamanya.

Tim kecil tersebut akan bergerak di studio lukis Eko dan bertugas di bagian pendataan, dokumentasi, hingga pemugaran karyanya.

Menurut Eko, seniman tentu saja tak bisa hidup sendiri.

Baca juga: Eko Nugroho: Seniman Itu Enggak Bisa Hidup Sendiri

"Saya sadar di situasi seniman, dia hanya fokus berkarya. Artinya dia ingat itu, tapi untuk mencari, mendatanya itu butuh effort lebih juga," ujar Eko.

Betah di kampung halaman

Pelukis berusia 43 tahun ini merasa betah berkarya di kampung halamannya, Yogyakarta.

Bagi Eko, Yogyakarta adalah laboratorium kesenian dan seni rupa.

"Yogyakarta itu unik, bukan sekadar geografis, suasananya itu di sini seni rupa. Yogya itu laboratorium seni rupa. Laboratorium kesenian itu di Yogyakarta," kata Eko.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com