Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Pengakuan Gisella Anastasia soal Keputusan dan Pergulatan yang Salah Ketika Bercerai

Bukan hanya itu, Gisel juga blak-blakan ceritakan pergulatan batin dan pikiran sebelum bercerai yang dianggapnya sebagai hal yang benar ternyata juga sebuah pemikiran yang salah.

Simak cerita lengkap pengakuan Gisel tentang keputusannya bercerai seperti dirangkum dari vlog Daniel Mananta Network berikut ini.

Tak melibatkan Tuhan

Gisel jelas mengakui keputusannya bercerai dengan Gading adalah keputusan yang salah.

Tanpa berkomunikasi dengan Tuhan, Gisel membenarkan pemikiran-pemikirannya dan mengambil keputusan tersebut. 

"Berdasar pengalamanku kemarin, jelas-jelas kayak aku divorce kemarin segala macam itu keputusan salah ya," kata Gisel.

"(Keputusan) yang aku ambil, yang enggak nanya dulu, mengonfirmasi konfirmasi sendiri dengan pengetahuan aku dan segala macam, ego segala macem," ucapnya.

Tak mau seperti orangtuanya

Ada peran masa lalu, ketakutan mengalami hal yang dialami orangtuanya dulu membuat Gisel mempertimbangkan untuk berpisah.

Walaupun kedua orangtuanya tidak bercerai, Gisel tidak ingin mengalami badai yang dialami kedua orangtuanya, ditambah lagi kedua orangtuanya berbeda keyakinan.

Jadi begitu ada masalah di rumah tangganya dengan Gading, Gisel langsung berpikir tidak ingin seperti orangtuanya, yang mempertahankan rumah tangga demi anak. 

"Aku enggak mau ah end up kayak orangtuaku yang bertahan demi aku, ceritanya waktu itu memang," kata Gisel.

"Waktu itu, I don't want to end up like that (seperti kedua orangtua), tapi itu twist-nya iblis pinter banget sih, di-twist-twist otak aku seakan-akan, 'sudah pisah aja," katanya kemudian.

Sempat temui psikolog

Kenangan masa lalu yang dianggapnya sebagai pencetus pemikiran tak ingin mengulang hal yang sama itu kemudian seperti mendapatkan pembenaran ketika Gisel bertemu dengan psikolog.

Pembenaran bahwa apa yang dilakukan Gisel untuk bercerai adalah imbas masa lalunya.

"Maksud dia (psikolog) mungkin baik, mungkin aku mau diproses, dia ngomong aku tuh begini karena aku kurang sosok ayah dari kecil," kata Gisel. 

"Menurut dia, aku tu begini karena aku tuh kering, memang haus kasih sayang, memang karena butuh sosok ayah, sosok pemimpin, sosok yang bisa dijadikan pegangan gitu, jadi dia kayak mengonfirmasi gitu semua," lanjutnya.

Gisel yang mendengar perkataan tersebut langsung merasa pemikirannya selama ini benar, dan dia menyalahkan masa lalunya.

"(berpikir) 'jadi kayak tuh kan kata psikolognya aja gitu, memang masa lalumu gini, I was blaming my masa lalu," ujar Gisel kemudian.

Seharusnya berdamai dengan masa lalu

Sekarang dia sadar kalau mempelajari masa lalu adalah sebuah pembelajaran untuk menjadi lebih baik, bukan dijadikan pembenaran atas sebuah keputusan.

"Masa lalu emang udah masa lalu, harusnya bukan jadiin pembelaan kayak gitu, tapi jadi pembelajaran atau pokoknya itu dijadiin membentuk kita sebenarnya ya, untuk membentuk kita jadi lebih baik sebenarnya, jadi enggak bisa nyalahin masa lalu," kata Gisel. 

"Harusnya kita berdamai, kita maafin masa lalu, harusnya bisa ya. Emang pakai Tuhan, kalau enggak emang susah sih," lanjutnya.

Salahnya pemikiran "Kamu berhak bahagia"

Gisel yang berjuang sejak kecil untuk keluarganya, saat itu berpikir kalau dia berhak bahagia sesekali saja.

Ada dorongan-dorongan yang membuatnya berpikir bahwa dia layak bahagia, apalagi setelah masa lalu berat yang harus dijalaninya untuk mencari nafkah.

"Lu ngapain berkorban buat semuanya, seumur hidup loh, come on. Lu masih bisa tahu mendapatkan kebahagiaan, 'you deserve to be happy'," ujarnya.

"Kayak kalau dipikirin, sarap itu dulu kenapa kalimat itu menjadi konfirmasi buat gue gitu, sebenarnya harusnya enggak begitu," kata Gisel sambil menggaruk kepalanya. 

Baru menyadari pemikirannya salah

Pemikiran-pemikiran berhak untuk bahagia sebagai individu itu yang kemudian diakui Gisel adalah sebuah kesalahan.

Sebagai orang yang telah memutuskan menikah, berkomitmen, seharusnya tidak meletakkan ego pribadi di atas segalanya.

"Cuma, ya, definitely itu pemikiran yang salah sih, ya memang kalau sudah dewasa in that commitment ya memang sudah harus komitmen untuk enggak naruh ego kita di nomer satu, bahwa emang kepentingannya bukan kita doang," jelas Gisel. 

"Waktu itu aku enggak punya pengetahuan ini, enggak punya. Semuanya, mungkin ada yang mau kasih tahu aku tolak karena udah kekerasan hatinya, terus banyak penghakiman di masa lalu kayak kurang kasih sayang orangtua dan segala macem," ucapnya.

https://www.kompas.com/hype/read/2020/09/16/084853366/6-pengakuan-gisella-anastasia-soal-keputusan-dan-pergulatan-yang-salah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke