JAKARTA, KOMPAS.com – Berbicara tentang berkebun, mungkin masih ada yang mengira bahwa kegiatan ini hanya bisa dilakukan di lahan atau halaman rumah yang cukup luas.
Walhasil, mereka yang ingin menanam tanaman buah atau sayuran pun berpikir dua kali lantaran huniannya terletak di perkotaan.
Baca juga: 6 Varietas Alpukat Unggul yang Cocok untuk Urban Farming
Padahal, berkebun bisa dilakuan di rumah-rumah di perkotaan, entah dengan memanfaatkan sejumlah kecil lahan yang ada maupun menggunakan metode hidroponik.
Seorang pegiat tanaman bernama Toto Compos menjelaskan, saat ini ada istilah yang menjelaskan kegiatan menanam tanpa lahan luas, yakni urban farming.
“Bahkan menanam jagung cukup di emperan jalanan juga bisa, enggak perlu lahan,” ujarnya di acara “Urban Farming Gaya Hidup Pemenuhan Pangan Milenial”, Kantor Benda Alam Yayasan KEHATI, Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Toto menambahkan, bagi yang memiliki rooftop, area tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk berkebun, misalnya menanam tanaman anggur atau kunyit hitam.
Disadur dari The Spruce Eats, Senin (24/10/2022), urban farming terjadi ketika seseorang yang tinggal di kota menggunakan kembali ruang hijaunya untuk menanam makanan dan/atau memelihara hewan seperti kambing, ayam, atau kalkun.
Urban farming sendiri tidak harus dilakukan di halaman depan atau belakang rumah. Sebab, selain yang dikatakan Toto terkait pemanfaatan area rooftop, berkebun pun bisa dilakukan di dalam rumah.
Baca juga: Mengenal Bakteri Fotosintesis dan Cara Membuatnya
Tidak seperti kebun pribadi, seorang pegiat urban farming berkebun untuk memberi makan penghuni rumah, juga terkadang menjualnya dengan sedikit atau tanpa keuntungan.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, mengungkapkan, urban farming menjadi tren akibat adanya kebijakan work from home (WFH) lantaran orang-orang lebih banyak berada di rumah, dan mereka ingin mencari aktivitas baru agar tidak bosan.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Pertanian, Senin, ia menambahkan bahwa tren ini membuat penjualan benih hortikultura meningkat hingga lima kali lipat.
“Kami memantau penjualan benih sejak tren ini berlangsung, dan ternyata benih horti meningkat hingga lima kali lipat,” ujarnya dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Kisah Sukses Urban Farming bersama Tabloid Sinar Tani,” seperti dilansir laman resmi Kementerian Pertanian, Senin.
Biasanya, area berkebun yang ada di rooftop terbuat dari bak tanaman yang ditinggikan, mendapatkan sinar matahari penuh, dan cocok untuk menanam tomat, labu, paprika, kentang, terong, dan kemangi.
Baca juga: Cara Membuat Pupuk Organik Cair Pakai Kulit Bawang Merah
Jika ingin menanam tanaman seperti selada, lobak, herba, dan kacang polong, tambahkan struktur naungan di atas bak tanaman untuk melindunginya dari paparan sinar matahari langsung.
Area berkebun di rooftop juga bisa dimanfaatkan untuk memelihara lebah madu. Mereka tidak hanya membantu menyuburkan tanaman, juga menyediakan madu.
Salah satu tantangan dari melakukan urban farming di rooftop, selain hanya cocok untuk jenis tanaman tertentu saja, adalah mendapatkan air di atas.
Beberapa bangunan memang memiliki akses air di rooftop, tetapi ada pula orang-orang yang harus memasang selang, bahkan mengangkut air setiap hari.
Salah satu keuntungan dari jenis urban farming di rooftop adalah kamu dapat membantu meningkatkan kualitas udara dan mengurangi panasnya perkotaan.
Baca juga: Gampang, Begini Cara Membuat Eco-Enzyme untuk Tanaman
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kegiatan urban farming bisa dilakukan di dalam ruangan, yakni dengan metode berkebun secara vertikal.
Berkebun dilakukan melalui lapisan bertumpuk di lingkungan yang terkendali, dan menggunakan cara berkebun hidroponik, aquaponik, dan aeroponik.
Nah, cara-cara berkebun tanpa tanpa ini sangat bagus untuk selada, sayuran hijau, jamur, tomat, dan stroberi.
Jenis urban farming lainnya adalah berkebun di lahan, seperti halaman depan dan/atau halaman belakang rumah.
Baca juga: Gampang, Begini Cara Mengatasi Kutu Putih pada Tanaman
Biasanya, jenis berkebun ini memiliki campuran bak tanaman yang ditinggikan dan kebun dengan tanaman yang dekat dengan permukaan tanah, rumah kaca kecil, dan area untuk hewan.
Lebih lanjut, biasanya seluruh area halaman dimanfaatkan, dan penanaman dilakukan berdasarkan musim tanam.
Kebanyakan pegiat urban farming yang berkebun di lahan menggunakan area kompos dan wadah khusus penampung air hujan.
Beberapa pegiat urban farming juga memelihara hewan ternak berukuran kecil seperti ayam, kambing, kalkun, dan bebek.
Biasanya, ini dilakukan oleh orang-orang dengan lahan yang cukup luas lantaran hewan-hewan tersebut membutuhkan ruang yang cukup untuk bergerak, tumbuh, dan hidup.
Toto mengatakan bahwa urban farming berkaitan dengan ketahanan pangan. Sebab, seseorang mampu menanam beragam buah dan sayuran tanpa lahan yang luas.
Baca juga: Cara Mudah dan Murah Mengatasi Daun Tanaman Cabai yang Keriting
Salah satu manfaat urban farming juga mereka menguntungkan para pegiatnya. Sebab, mereka sudah tidak perlu rutin ke pasar untuk belanja bahan makanan.
Toto mengatakan bahwa urban farming memastikan hidangan yang disantap para pelaku kegiatan ini menjadi lebih sehat.
“Sehat karena kita tau pupuknya apa. Kalau di pasar, (mungkin) ada yang menanam tanaman dengan pupuk urea gila-gilaan. Mencuci (sayur dan buah-buahan) pun gak tahu di mana. Bisa saja di got karena saya pernah lihat,” ujarnya.
Baca juga: Cara Mempercepat Pengomposan Pakai Kulit Bawang Merah
Selanjutnya adalah menjalin persahabatan dengan tetangga, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak pernah saling mengobrol atau bermusuhan.
Menurut Toto, urban farming bisa dijadikan sebagai metode untuk menjalin silaturahim dengan para tetangga.
“Bisa jadi akur kalau diajak menanam bareng. Pegiat urban farming mainnya dengan alam, dan alam bisa menyatukan (manusia). Bisa coba kasih dulu ke tetangga pupuk atau benih, kalau mereka senang (berkebun), pasti nanya yang lainnya. Ini mengeratkan silaturahim,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.