Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagu Protes Hong Kong Tiba-tiba Berkumandang Gantikan Lagu Kebangsaan China di Pertandingan Internasional Rugby

Kompas.com - 14/11/2022, 20:47 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

HONG KONG, KOMPAS.com - Pemerintah Hong Kong mengutuk penyelenggara turnamen rugby di Korea Selatan, setelah lagu protes demokrasi dimainkan sebagai pengganti lagu kebangsaan China sebelum tim wilayah itu memainkan pertandingan.

Video yang dibagikan di video sosial menunjukkan para pemain tampak bingung saat lagu, “Glory to Hong Kong”, dimainkan menjelang final Asia Rugby Sevens Series, bukannya lagu kebangsaan China.

Pemerintah Hong Kong "sangat menyesalkan dan menentang pemutaran lagu yang terkait erat dengan protes kekerasan dan gerakan 'kemerdekaan' sebagai Lagu Kebangsaan Republik Rakyat China," katanya dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir Al Jazeera pada Senin (14/11/2022).

Baca juga: Hong Kong Izinkan Kapal Pesiar Rusia Berlabuh, Barat Berang

“Lagu Kebangsaan adalah simbol negara kita. Penyelenggara turnamen memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa Lagu Kebangsaan mendapat penghormatan yang layak,” kata seorang juru bicara pemerintah.

“Glory to Hong Kong” ditulis oleh seorang komposer anonim dan menjadi lagu gerakan pro-demokrasi selama protes Hong Kong pada 2019, yang menarik banyak massa tetapi menjadi semakin keras seiring berjalannya bulan.

Penyelenggara turnamen di Incheon, Korea Selatan (Korsel), mengeluarkan permintaan maaf dan memainkan lagu China setelah pertandingan yang dimenangkan oleh tim Hong Kong.

Pihak berwenang Hong Kong mengatakan mereka memerintahkan badan persatuan rugby kota untuk melakukan penyelidikan, dan menyampaikan "keberatan yang kuat" kepada penyelenggara turnamen Asia Rugby.

Dalam pernyataan terpisah, Persatuan Rugby Hong Kong (HKRU) menyatakan "ketidakpuasan yang ekstrim" dengan apa yang telah terjadi.

Baca juga: Hong Kong Tawarkan 500.000 Tiket Pesawat Gratis untuk Menarik Kembali Wisatawan

Investigasi awal organisasi tersebut menemukan bahwa lagu kebangsaan China telah diberikan kepada penyelenggara oleh pelatih tim, dan lagu protes dimainkan secara tidak sengaja.

“Meskipun kami menerima ini adalah kasus kesalahan manusia, namun itu tidak dapat diterima,” kata HKRU sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Lagu kebangsaan China, March of the Volunteers, telah dimainkan di acara-acara internasional di mana Hong Kong berkompetisi sejak Inggris mengembalikan wilayah itu ke China pada 1997.

Memainkan lagu “Glory to Hong Kong” di wilayah itu sekarang semuanya ilegal setelah Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong yang menurut kelompok hak asasi manusia telah "menghancurkan" perbedaan pendapat.

Memainkan lagu itu juga bisa dianggap melanggar hukum di bawah undang-undang penghasutan Hong Kong, menurut South China Morning Post.

Pada September, seorang pemain harmonika yang memainkan lagu, untuk memperingati Ratu Inggris Elizabeth II, ditangkap.

Baca juga: Pembatasan Covid-19 Kian Ketat, Siswa Hong Kong Makin Sulit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com