Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Darurat Kesehatan Global, Cacar Monyet Jadi Musuh yang Sulit

Kompas.com - 25/07/2022, 09:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Bloomberg

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Setelah menghadapi pandemi Covid-19 dua tahun lalu, dunia kembali menghadapi tantangan kesehatan baru yakni cacar monyet (monkeypox).

Pada Sabtu (23/7/2022), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan bahwa cacar monyet dinyatakan sebagai darurat kesehatan global.

Cacar monyet saat ini telah menyebar di lebih dari 70 negara dan menginfeksi ribuan orang hanya dalam beberapa bulan saja.

Baca juga: WHO Tetapkan Cacar Monyet Darurat Kesehatan Global, Ini Tanggapan AS

Tedros mengumumkan hal tersebut meskipun mayoritas penasihat ahli menyarankan langkah seperti itu tidak perlu.

“Ini adalah wabah yang dapat dihentikan dengan strategi yang tepat di kelompok yang tepat,” kata Tedros, sebagaimana dilansir Bloomberg, Minggu (24/7/2022).

Tedros merujuk pada fakta bahwa sejauh ini, cacar monyet terkonsentrasi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria dan di antara mereka yang memiliki banyak pasangan.

Baca juga: BREAKING NEWS: WHO Tetapkan Cacar Monyet sebagai Darurat Kesehatan Global

“Kita memiliki wabah yang telah menyebar ke seluruh dunia dengan cepat, melalui mode penularan baru, yang kami pahami terlalu sedikit,” ucap Tedros.

Dia menyarankan agar para ilmuwan fokus pada pekerjaan deteksi dasar dan membantu pejabat kesehatan masyarakat memahami mengapa penyakit ini menyebar begitu cepat.

Cacar monyet sebenarnya telah muncul beberapa puluh tahun lalu dan pertama kali dilaporkan menginfeksi manusia di Afrika Barat pada 1970-an.

Sejak saat itu, penyebaran cacar monyet hanya terkonsentrasi di dua negara di Afrika. Pejabat kesehatan masyarakat mampu menahan wabah cacar monyet pada 2003 di AS yang berasal dari hewan pengerat impor.

Baca juga: Penelitian Terbaru Ungkap 95 Persen Kasus Cacar Monyet Tertular lewat Hubungan Seksual

Penyebaran

Seperti kebanyakan wabah penyakit menular, kecepatan menjadi kunci.

Semakin lama cacar monyet menyebar ke seluruh dunia, semakin besar kemungkinan virus tersebut menjadi penyakit endemik dan ancaman kesehatan jangka panjang.

Meski tidak seberbahaya SARS-CoV-2, para ahli kesehatan masyarakat berlomba untuk menahan tingkat infeksi patogen cacar monyet sebelum beredar luas di populasi manusia.

Sejauh ini, respons global tidak merata.

“Anda akan mengira bahwa kita akan belajar dari Covid-19 dengan cacar monyet, tetapi justru sebaliknya,” kata Lawrence Gostin, Direktur Pusat Hukum Kesehatan Global WHO sekaligus profesor kesehatan masyarakat di Johns Hopkins University.

Beberapa faktor seperti pengetesan yang masih terbatas, dosis vaksin tidak mencukupi, akses yang tidak memadai ke perawatan antivirus, dan kesenjangan data membuat sulit untuk memahami gambaran lengkap tentang wabah cacar monyet.

Baca juga: Cerita Pria Brasil soal Gejala Cacar Monyet yang Dialaminya

Keadaan darurat

WHO merekomendasikan pemerintah di negara-negara tanpa kasus untuk meningkatkan pengawasan.

Aksi tersebut, lanjut WHO, juga seyogyanya diimbangi dengan melatih petugas kesehatan tentang deteksi dan meningkatkan kesadaran tentang penularan.

Di negara-negara di mana virus telah terdeteksi, WHO merekomendasikan pemerintah setempat untuk membuat rencana respons yang bertujuan menghentikan penularan dari manusia ke manusia, dengan fokus pada kelompok berisiko tinggi.

“Diharapkan bahwa peningkatan perhatian terhadap penyakit ini mengarah pada lebih fokus pada pengendalian di Afrika, di mana jumlah kasus telah meningkat selama 20 tahun terakhir,” kata Jimmy Whitworth, profesor di London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Baca juga: Singapura Konfirmasi Kasus Pertama Penularan Lokal Cacar Monyet

Pengetesan terhadap kasus cacar monyet juga telah lama menjadi masalah. Kemungkinan jumlah kasus sebenarnya dalam wabah saat ini jauh lebih tinggi dari karena kurangnya pengetesan atau kesalahan diagnosis.

Direktur Program Kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan, pengawasan cacar monyet sangat buruk selama beberapa dekade terakhir.

"Apa yang sebenarnya kita lihat saat ini adalah seperti orang mabuk yang mencari kuncinya di bawah tiang lampu," tutur Ryan.

Kurangnya sumber daya di klinik kesehatan seksual, yang menjadi garis depan wabah cacar monyet saat ini, telah menjadi kelemahan lain dalam respons internasional sekarang.

Hal ini terutama karena gejalanya berbeda dari yang terlihat pada wabah sebelumnya dan karena cacar monyet berpotensi disalahartikan sebagai infeksi lain seperti herpes atau sifilis.

Baca juga: Cacar Monyet di Eropa Meningkat 3 Kali dalam 2 Pekan, WHO Minta Waspada

Berita video "WHO Tetapkan Cacar Monyet sebagai Darurat Kesehatan Global" dapat disimak di bawah ini


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com