Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Presiden Maladewa Ungkap Alasan Presiden Sri Lanka Pilih Kabur dari Negaranya

Kompas.com - 15/07/2022, 08:15 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

MALE, KOMPAS.com – Mantan Presiden Maladewa Mohamed Nasheed mengungkap alasan Gotabaya Rajapaksa memilih kabur dari Sri Lanka pada Rabu (13/7/2022), setelah pengunjuk rasa menggeruduk istana kepresidenan.

Dilansir dari AFP, Nasheed diyakini telah memainkan peran di balik layar dalam mengeluarkan Rajapaksa dari Sri Lanka.

Dia bahkan dilaporkan turut melakukan intervensi langsung di bandara setelah kontrol lalu lintas udara Maladewa menolak permintaan pesawat yang ditumpangi Rajapaksa untuk mendarat.

Baca juga: Presiden Sri Lanka Ajukan Pengunduran Diri dari Singapura, Akan Diumumkan Hari Ini

Media lokal Maladewa melaporkan bahwa Nasheed terlihat di bandara sebelum pesawat militer Rajapaksa mendarat pada Rabu sekitar pukul 03.00 waktu setempat.

Mayoritas kemarahan warga Maladewa pun langsung diarahkan kepada Nasheed yang kini menjadi Ketua Parlemen negara kepulauan di Samudera Hindia itu.

Melalui media sosial, warga Maladewa mengaku malu dan tidak terima negaranya melindungi pejahat dari proses hukum.

Lantas, apa penjelasan Mohamed Nasheed

Di Twitter, Nasheed mencoba menjelaskan alasan Presiden Sri Lanka memilih kabur dari negaranya.

Dia mengatakan Gotabaya Rajapaksa khawatir dirinya akan dibunuh jika tetap tinggal di Sri Lanka.

Baca juga: Presiden Sri Lanka Mendarat di Singapura, Minta Suaka?

Nasheed yakin Presiden Sri Lanka tidak akan mengundurkan diri jika dia masih di Sri Lanka yang kini dihadapkan pada krisis ekonomi parah.

“Presiden GR (Gotabaya Rajapaksa) telah mengundurkan diri. Saya berharap Sri Lanka sekarang dapat bergerak maju. Saya percaya Presiden tidak akan mengundurkan diri jika dia masih di Sri Lanka, dan takut kehilangan nyawanya. Saya memuji tindakan bijaksana dari Pemerintah Maladewa. Doa terbaik saya untuk rakyat Sri Lanka,” cuit dia.

Nasheed sendiri termasuk di antara beberapa pembangkang yang menemukan perlindungan di Sri Lanka, selama gerakan pro-demokrasi Maladewa pada awal 2000-an.

Dilansir dari Al Jazeera, Partai Demokrat Maladewa yang berkuasa saat ini didirikan oleh orang-orang buangan di ibu kota Sri Lanka, Colombo, sebuah kota yang dianggap sebagai rumah kedua oleh banyak orang Maladewa.

Nasheed, yang sebelumnya mengoordinasikan upaya untuk mengamankan bantuan asing untuk Sri Lanka, juga menghadapi kritik di Maladewa dan Sri Lanka yang meragukan kredensial demokrasinya.

Baca juga: Presiden Sri Lanka Tinggalkan Maladewa Menuju Singapura, Naik Pesawat Saudia

Banyak pihak yang mempertanyakan otoritasnya untuk mengizinkan pendaratan atau memberikan izin diplomatik untuk Presiden Sri Lanka yang kabur itu.

Tapi, ada juga yang berpendapat bahwa Maladewa tidak berhak menghalangi masuknya seorang presiden Sri Lanka yang sedang menjabat, tanpa adanya surat perintah penangkapan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Global
Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Global
Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Global
Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com