Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Afghanistan Terpaksa Menjual Anak Perempuan Mereka karena Jatuh Miskin dan Punya Banyak Utang

Kompas.com - 20/11/2021, 04:31 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

Gul Ahmad, ayah dari Najeeba, tidak melihat ada pilihan lain selain menjual anak-anak perempuannya yang lain untuk memenuhi kebutuhan.

"Saya tidak punya pilihan lain dan jika kami ditinggalkan, saya terpaksa menjual anak perempuan saya yang lain seharga 50, 30 atau bahkan 20 ribu Afghani," terangnya. 

Lebih dari separuh warga Afghanistan hidup miskin

Program Pangan Dunia (WFP) di bawah PBB memperkirakan bahwa lebih dari separuh penduduk Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan. Kerawanan pangan meningkat, sebagian besar karena konflik dan ketidakamanan yang mengisolasi seluruh komunitas di sana.

WFP mengatakan bahwa sekitar 22,8 juta dari hampir 35 juta penduduk Afghanistan diidentifikasi rawan pangan akut. Angka ini termasuk ratusan ribu warga yang mengungsi akibat konflik sejak awal tahun.

"Sulit rasanya menukar anak untuk membayar utang. Kami tidak punya apa-apa untuk ditawarkan kecuali anak kami sendiri,” kata Nazo, ibu Jamila.

Menyusul runtuhnya pemerintah Afghanistan, upaya bunuh diri juga meningkat dan warga bahkan lebih rentan terhadap penyakit psikologis dan mental. Kemiskinan meningkat.

Tidak adanya warna-warni dan keramaian dari jalan-jalan Kabul yang sebelumnya cerah dan ramai, membuat situasi suram ini makin kentara.

Baca juga: Tak Digaji Tiga Bulan, Asisten Profesor Afghanistan Terpaksa Jadi Buruh Bangunan

PBB: sekarang waktunya untuk bertindak

Sementara penguasa baru Afghanistan masih berjuang mendapatkan pengakuan internasional dan mencegah keruntuhan ekonomi negara itu, organisasi kesejahteraan internasional menyerukan bantuan kemanusiaan segera.

Awal pekan ini pada pertemuan tingkat tinggi di Jenewa, Direktur Eksekutif WFP David Beasley menyerukan dukungan sesegera dan sebanyak mungkin.

"Sekarang adalah saatnya, kita tidak bisa menunggu selama enam bulan, kita butuh dana segera sehingga kita dapat menyalurkan persediaan ke posisi awal sebelum musim dingin tiba," katanya. "Kita tidak bisa meninggalkan orang-orang Afghanistan."

Korban manusia dari konflik di Afghanistan masih tetap tinggi. PBB secara khusus mengkhawatirkan dampak konflik terhadap perempuan dan anak perempuan. Sekitar 80% dari hampir seperempat juta warga Afghanistan yang terpaksa mengungsi sejak akhir Mei adalah perempuan dan anak-anak.

Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), dari 1 Januari hingga 18 Oktober tahun ini, lebih dari 660 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena konflik.

Bunuh diri dirasa jadi satu-satunya pilihan

Angka pengangguran melonjak dan bagi banyak warga Afghanistan, sumur yang menjadi sumber pendapatan mereka telah kering kerontang. Selain menjual anak perempuan, beberapa orang memilih bunuh diri dan mengakhiri perjuangan mereka.

Rohullah (60 tahun), penjaga sekolah yang dikelola pemerintah di Badakhshan utara, sudah tidak menerima gaji selama 3 bulan terakhir. Ia adalah salah satu orang yang mengambil pilihan putus asa untuk bunuh diri, meninggalkan keluarganya dalam duka.

"Dia tidak bilang apa-apa. Suatu hari kami semua di rumah dan dia meminta pena dan kertas untuk menuliskan utang-utang kami. Kami semua mengira dia bercanda dengan kami, tapi dia serius, beberapa hari kemudian dia bunuh diri," anak perempuan Rohullah yang bernama Taiba mengatakan kepada DW.

Dana Moneter Internasional (IMF), memperkirakan ekonomi Afghanistan akan terkontraksi hingga 30 persen tahun ini. PDB Afghanistan pada 2020 hanya sekitar 20 miliar dollar AS (Rp 284,9 triliun).

Menurut Bank Dunia, 43 persen PDB Afghanistan berasal dari bantuan luar negeri. Sebelum diambil alih oleh Taliban, 75 persen pengeluaran publik negara ini berasal dari hibah bantuan asing.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah baru Taliban berjuang untuk membayar gaji pegawai negeri, sementara harga pangan melonjak dan bank menghadapi krisis uang tunai.

Banyak orang Afghanistan menjual harta benda untuk membeli makanan. Namun buat Gul Ahmad, satu-satunya harta berharga yang tersisa adalah anak-anak perempuannya. Sehingga, mungkin ia juga akan menjual anak perempuannya yang tersisa seperti kakak mereka, Najeeba.

Baca juga: Taliban Minta Amerika Serikat Bebaskan Aset Afghanistan yang Dibekukan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com