KOMPAS.com - Pembeli dan pemilik baru Newcastle United menjadi sorotan pembaca berita internasional dari pembaca kanal Global Kompas.com kemarin.
Dilaporkan bahwa Public Investment Fund (PIF) dari Arab Saudi resmi mengambil alih kepemilikan klub kasta teratas Liga Inggris tersebut.
Adapun dibalik investasi itu, nama Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), salah satu penguasa di kerajaan Arab Saudi, berperan sebagai Ketua PIF memiliki andil di badan tersebut.
Selain itu ada juga berita tentang Kapal Selam AS yang ditabrak oleh obyek tak dikenal di Laut China Selatan. Insiden ini dilaporkan melukai belasan awak kapal di dalamnya.
Berikut kami rangkum sejumlah berita internasional terpopuler dari kanal Global Kompas.com edisi Jumat (8/10/2021) hingga Sabtu (9/10/2021).
Public Investment Fund (PIF) dari Arab Saudi resmi mengambil alih kepemilikan klub kasta teratas Liga Inggris, Newcastle United.
Kantor berita AFP pada Kamis (7/10/2021) mewartakan, pembelian Newcastle United oleh PIF disepakati pada angka 300 juta pounds (Rp 5,8 triliun), setelah sempat terjadi perselisihan hukum.
Dalam kesepakatan pengambilalihan Newcastle United juga dijamin bahwa pemerintah Arab Saudi tidak akan mengendalikan klub berjuluk The Toon Army tersebut.
Lalu, siapa PIF dan dari mana aliran dana mereka? Baca berita selengkapnya di sini.
Baca juga: Kepemilikan Asing Brisbane Roar Bermasalah, Nama Joko Driyono dan Bakrie Dicatut
Kapal selam AS dilaporkan menabrak sebuah obyek asing di Laut China Selam, menyebabkan puluhan awaknya terluka.
Washington menerangkan, USS Connecticut melakukan penyelaman bawah air saat menbarak benda tak dikenal itu, dengan 15 kru-nya harus dirawat.
Insiden itu menyeruak di tengah kabar China yang melakukan infiltrasi ke wilayah udara Taiwan beberapa hari terakhir.
Pejabat AS menyatakan, mereka tidak mengetahui apa yang sudah menabrak kapal selam nuklir itu di Laut China Selatan.
Baca berita selengkapnya di sini.
Baca juga: Rusia Uji Coba Zircon, Rudal Hipersonik Baru dari Kapal Selam
Jurnalis Maria Ressa (Filipina) dan Dmitry Muratov (Rusia) memenangi Nobel Perdamaian berkat perjuangan berani membela kebebasan berekspresi di negaranya masing-masing.