Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Eksekusi Mati Pelepuh Kulit, Direbus Seperti Sup

Kompas.com - 17/09/2021, 18:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber wikipedia

 

KOMPAS.com - Ini bukan cara membuat sup. Atau kaldu. Atau masakan berkuah, ramen dan sejenisnya.

Ini adalah salah satu bukti kengerian manusia di nasa lampau dalam melakukan eksekusi. Benar, manusia merebus manusia lainnya sebagai bentuk hukuman.

Dikutip dari Wikipedia, metode eksekusi dengan cara direbus memakai cairan seperti minyak atau air mendidih.

Meskipun tidak seumum metode penghukuman mati lainnya, merebus sampai mati sempat digunakan di beberapa bagian Eropa dan Asia.

Baca juga: Eksekusi Mati Benito Mussolini, Akhir Tragis Seorang Fasis

Hukuman mati jenis ini dilakukan memakai wadah besar seperti kaldron dan cerek bersegel yang diisi dengan cairan seperti air, minyak, tar, atau tallow, dan sistem katrol.

Sangat berbeda dengan rempah-rempah dalam pembuatan sup.

Kematian dalam kasus ini disebabkan karena kulit yang melepuh. Jelas sekali.

Cairan panas, baik air atau minyak, akan menimbulkan luka-luka bakar di lengan, batang tubuh, dan lutut.

Pemanasan berkepanjangan akan mengakibatkan luka bakar tingkat empat di kulit.

Epidermis dan dermis hancur, yang berujung pada pecahnya lapisan lemak.

Baca juga: Mengenal Scaphism, Eksekusi Mati Brutal dengan Madu dan Susu

Pada 1532 di Inggris, Henry VIII menjadikan perebusan sebagai bentuk penghukuman mati.

Hukuman tersebut mulai digunakan untuk para pembunuh yang menggunakan racun setelah koki Uskup Rochester, Richard Roose, memberikan beberapa orang bubur beracun, yang mengakibatkan dua orang meninggal pada Februari 1531.

Ia kemudian diadili dan dihukum dengan cara direbus sampai mati tanpa pendampingan rohaniwan. Sebuah cara yang "sangat koki".

Di Jepang pada abad ke-16, bandit Jepang semi-legenda Ishikawa Goemon, direbus hidup-hidup dalam sebuah tempat permandian berbentuk cerek besi besar.

Pengeksekusian publiknya, yang disaksikan seluruh keluarganya, dilakukan setelah ia gagal membunuh panglima perang Toyotomi Hideyoshi.

Baca juga: Sejarah Eksekusi Blood Eagle: Robek Punggung, Keluarkan Tulang Rusuk

Pada 1675, seorang martir Sikh yang bernama Bhai Dayala, juga direbus sampai mati di Delhi setelah ia menolak masuk agama tertentu.

Ia kemudian ditempatkan dalam sebuah kaldron yang dipenuhi air dingin yang kemudian dipanaskan sampai titik didih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com