Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atlet China Quan Hongchan Jadi Fenomena, Keluarga dan Tetangganya Dilecehkan

Kompas.com - 09/08/2021, 19:08 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

BEIJING, KOMPAS.com - Tetangga dan orangtua Quan Hongchan, atlet China yang fenomenal di Olimpiade Tokyo, dilaporkan dilecehkan oleh turis.

Desa Maihe, kampung halaman Quan, diserbu oleh wisatawan yang mengabadikan foto maupun videonya di media sosial.

Media "Negeri Panda" melaporkan, bahkan ada fans yang bertindak kurang ajar dengan memanjat pohon demi mendapat gambar yang bagus.

Baca juga: Quan Hongchan, Atlet Loncat Indah Usia 14 Tahun Asal China Sabet Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020

Quan Hongchan menjadi sorotan karena tidak saja mempersembahkan medali emas dari cabang loncat indah nomor platform 10 meter di Olimpiade Tokyo.

Dilansir BBC Senin (9/8/2021), atlet 14 tahun itu berhasil memperoleh nilai sempurna 10 di dua lompatan terakhir.

Namun yang membuatnya banjir dukungan adalah dia mengungkapkan fokusnya menjadi atlet adalah demi membayar biaya pengobatan ibunya.

Kepada awak media di Tokyo, Quan mengatakan ibunya beberapa kali masuk rumah sakit buntut kecelakaan yang dialami beberapa tahun silam.

"Saya ingin mendapatkan uang banyak demi membiayai pengobatannya," jelas Quan yang bahkan mengungguli atlet senegaranya, Chen Yuxi.

Di Weibo, tagar "bagaimana melihat rumah Quan" menjadi sangat populer, dan dilihat lebih dari 25 juta kali.

Baca juga: 5 Wasit Indonesia di Pentas Dunia, dari Olimpiade hingga Final Piala AFF

Si influencer yang mengunggah video tersebut dilaporkan bahkan melakukan siaran langsung di Desa Maihe pada larut malam.

Media China memberitakan, ada fans yang sampai mengetuk pintu supaya bisa selfie dengan keluarga Quan. Ada juga yang sampai mencuri nangka sebagai suvenir.

"Jika orang-orang sampai mengganggu keluarga dan tetangganya hanya demi mendapat followers, itu keterlaluan. Ibunya seharusnya tak diganggu," kecam salah satu warganet.

Desa yang berlokasi di Provinsi Guangdong tersebut kini ditutup mengingat banyaknya orang berpotensi menimbulkan penularan Covid-19.

Baca juga: Raih Medali Emas Olimpiade Tokyo, Atlet Karate Ini Penuhi Janji ke Almarhumah Ibunya

Quan mengaku selama bertahun-tahun menjalani pelatihan, dia tidak pernah pergi ke taman safari maupun pusat permainan.

Komentarnya direspons oleh taman safari di Guangzhou, yang menawarkan keanggotaan gratis kepada tim loncat indah "Negeri Panda".

Adapun China harus puas finis di peringkat dua Olimpiade Tokyo dengan raihan 38 emas, 32 perak, dan 18 perunggu.

Juara umum diraih Amerika Serikat (AS) dengan keunggulan satu emas, berkat penampilan impresif tim voli putri.

Baca juga: Olimpiade Tokyo, Video Pelari Perancis Jatuhkan Botol-botol Air, Lawannya Tak Bisa Minum

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com