Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Polisi Australia Sarankan Aplikasi untuk Rekam "Hubungan Seksual Suka Sama Suka"

Kompas.com - 18/03/2021, 23:22 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

CANBERRA, KOMPAS.com - Seorang polisi senior Australia menyarankan ada aplikasi telepon yang dikembangkan untuk merekam kesepakatan hubungan seksual suka sama suka.

Alat ini dinilainya perlu sebagai upaya meningkatkan penegakan hukuman dalam kasus kejahatan seksual.

Komisaris Polisi negara bagian New South Wales Mick Fuller mengatakan aplikasi kencan telah menyatukan pasangan. Teknologi yang sama menurutnya juga dapat memberikan kejelasan tentang pertanyaan tentang kesepakatan seksual.

“Teknologi tidak memperbaiki segalanya, tapi ... teknologi memainkan peran besar dalam pertemuan orang saat ini. Saya hanya menyarankan: apakah ini bagian dari solusi?” kata Fuller melansir AP pada Kamis (18/3/2021).

Fuller mengatakan jumlah serangan seksual yang dilaporkan di negara bagian terpadat di Australia meningkat.

Namun, tingkat keberhasilan penuntutan hanya 2 persen dari laporan tersebut. Hal ini dinilai telah mengindikasikan adanya kegagalan sistem.

"Kesepakatan tidak dapat tersirat," tulis Fuller di surat kabar News Corp. "Persetujuan harus aktif dan berkelanjutan selama hubungan seksual."

Baca juga: Perempuan Korban Kekerasan Seksual Ungkap Sekte Seks Mantan Pacar

Tanggapan atas saran aplikasi izin sebagian besar bersifat negatif atau skeptis.

Menteri Utama Australia Gladys Berejiklian memberi selamat kepada Fuller karena telah "memimpin perbincangan" tentang masalah pelecehan seksual. Tetapi Berejiklian menolak untuk menyampaikan pendapatnya tentang aplikasi tersebut.

Lesley-Anne Ey, pakar dari University of South Australia tentang perilaku seksual berbahaya yang melibatkan anak-anak, mengatakan menurutnya aplikasi tersebut tidak akan berhasil.

"Saya tidak berpikir mereka akan mengganggu relasi yang coba dibangun dalam aplikasi untuk memasukkan detail seperti itu di dalamnya," kata Ey kepada Australian Broadcasting Corp.

Catharine Lumby, spesialis etika dan akuntabilitas dari Universitas Sydney, menggambarkan aplikasi tersebut sebagai perbaikan cepat yang salah memahami situasi pelecehan seksual.

"Pada dasarnya apa yang sekarang kami menilai fakta bahwa ada sangat sedikit pria dalam masyarakat ini yang oportunis. Mereka yang membuat keputusan untuk melakukan pelecehan seksual terhadap wanita," kata Lumby.

Menurutnya, mereka tidak peduli di mana, bagaimana atau mengapa mereka melakukan “pelecehan”.

Baca juga: Sambil Tertawa, Wanita Ini Rekam Pelecehan Seksual terhadap Pacarnya yang Sekarat

“Mereka akan mengambil kesempatan dan saya yakin mereka lebih dari mampu untuk memanipulasi teknologi, "kata Lumby.

Lebih dari 100.000 wanita melakukan protes dalam aksi unjuk rasa di seluruh Australia pada Senin (15/3/2021).

Mereka menuntut keadilan sambil menyerukan misogini dan budaya tempat kerja yang berbahaya.

Kemarahan publik meletus setelah jaksa agung Australia membantah tuduhan bahwa dia memperkosa seorang gadis berusia 16 tahun, 33 tahun yang lalu.

Ada juga kasus dari seorang mantan staf pemerintah, yang menuduh telah diperkosa dua tahun lalu oleh seorang rekan di kantor menteri di Gedung Parlemen Australia.

Fuller mengatakan sarannya bisa mendapatkan popularitas pada waktunya.

"Sejujurnya, ide aplikasi bisa jadi ide terburuk yang saya miliki di 2021, tetapi kenyataannya dalam lima tahun, mungkin tidak," katanya.

“Jika Anda berpikir tentang berkencan 10 tahun yang lalu, konsep seorang yang lajang dengan mudah menentukan pilihan dengan hanya menggeser jari ke kanan dan kiri ini adalah istilah yang bahkan tidak kita ketahui.”

Aplikasi persetujuan seksual yang mirip dengan proposal Fuller diluncurkan di Denmark bulan lalu.

Tetapi aplikasi tersebut belum diadopsi secara luas, dengan kurang dari 5.000 unduhan, menurut situs intelijen seluler Sensor Tower.

Baca juga: Diduga Lakukan Kekerasan Seksual, Remaja 14 Tahun Ditahan Polisi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ukraina Serang Ossetia Utara di Rusia dengan Drone, 700 Km Jauhnya dari Garis Depan

Ukraina Serang Ossetia Utara di Rusia dengan Drone, 700 Km Jauhnya dari Garis Depan

Global
Menhan Swedia Khawatir Insiden di Laut China Selatan Ancam Keamanan Global

Menhan Swedia Khawatir Insiden di Laut China Selatan Ancam Keamanan Global

Global
Kisah 'Penyihir Malam', Pasukan Pilot Perempuan Soviet yang Ditakuti Nazi

Kisah "Penyihir Malam", Pasukan Pilot Perempuan Soviet yang Ditakuti Nazi

Global
Israel Selamatkan 4 Sandera dari Gaza, Termasuk Noa Argamani

Israel Selamatkan 4 Sandera dari Gaza, Termasuk Noa Argamani

Global
Cerita Para Warga Rakhine Mengaku Disiksa Junta Myanmar

Cerita Para Warga Rakhine Mengaku Disiksa Junta Myanmar

Global
Bos Bank Terbesar Rusia Sebut Perekonomian Rusia Alami Overheating

Bos Bank Terbesar Rusia Sebut Perekonomian Rusia Alami Overheating

Global
Pemburu Harta Karun Temukan Uang Rusak Rp 1,6 Miliar di Brankas

Pemburu Harta Karun Temukan Uang Rusak Rp 1,6 Miliar di Brankas

Global
Proporsi Perempuan dan Anak-anak Palestina Yang Terbunuh Dilaporkan Menurun

Proporsi Perempuan dan Anak-anak Palestina Yang Terbunuh Dilaporkan Menurun

Global
Akibat Perang Dunia II, Buku Ini Telat 84 Tahun Dikembalikan ke Perpustakaan

Akibat Perang Dunia II, Buku Ini Telat 84 Tahun Dikembalikan ke Perpustakaan

Global
Rencana Larangan Merokok di Liverpool pada 2030 Tuai Reaksi Keras

Rencana Larangan Merokok di Liverpool pada 2030 Tuai Reaksi Keras

Global
4 Mayat, 1 Kerangka, dan 11 Ton Sampah Dibersihkan dari Gunung Everest

4 Mayat, 1 Kerangka, dan 11 Ton Sampah Dibersihkan dari Gunung Everest

Global
Korsel Waspada Korut Terbangkan Balon Isi Sampah Lagi Saat Akhir Pekan

Korsel Waspada Korut Terbangkan Balon Isi Sampah Lagi Saat Akhir Pekan

Global
Gara-gara Dapat Nilai Jelek, Anak Ini Ditinggal Ibunya di Jalan Raya

Gara-gara Dapat Nilai Jelek, Anak Ini Ditinggal Ibunya di Jalan Raya

Global
Kalah Gugatan, McDonald's Harus Ganti Nama Chicken Big Mac di Eropa

Kalah Gugatan, McDonald's Harus Ganti Nama Chicken Big Mac di Eropa

Global
Rangkuman Hari Ke-835 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Penuhi Kriteria Gabung UE | Rusia Anggap Perancis Siap Ikut Perang

Rangkuman Hari Ke-835 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Penuhi Kriteria Gabung UE | Rusia Anggap Perancis Siap Ikut Perang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com