Dia bertutur, ketahanan energi merupakan elemen yang sangat penting bagi negara mana pun di dunia. Ketahanan energi juga merupakan bagian penting dalam proses pembuatan kebijakan suatu negara.
"Pihak yang memiliki kekuatan untu menghidupkan dan mematikan jaringan listrik memiliki banyak pengaruh. Dan karena China memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan negara, hal itu memberi mereka banyak kekuatan dalam proses itu," kata Massey.
Di sisi lain, AS tidak selalu bermusuhan dengan ambisi tenaga nuklir dari China.
Terra Power LLC, perusahaan energi nuklir yang diketuai oleh salah satu pendiri Microsoft Corp, Bill Gates, mencapai kesepakatan dengan CNNC pada 2017 untuk membangun reaktor nuklir eksperimental di China.
Baca juga: Inspirasi Energi: Energi Arus Laut yang Kurang Dikembangkan
Mantan Presiden AS Barack Obama mengajukan perjanjian kerja sama nuklir AS-China selama 30 tahun untuk peninjauan kongres pada 21 April 2015. Hal itu memungkinkan Beijing membeli reaktor dan teknologi yang dirancang AS.
Namun, kebijakan era Obama telah dibalik di bawah pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump dan perjanjian antara Terra Power dan China dibatalkan pada 2019.
Kementerian Energi AS mengumumkan pada Oktober 2018 bahwa mereka akan membatasi ekspor teknologi nuklir sipil ke China.
Dalam laporan berjudul Memulihkan Keunggulan Nuklir Kompetitif Amerika yang dirilis pada 2020, Kementerian Energi AS membuat kebijakan untuk memposisikan kembali AS sebagai mitra pilihan energi nuklir yang bertanggung jawab.
Mantan Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Keamanan dan Nonproliferasi Internasional, Christopher Ford, sempat menyinggung strategi China dalam kebijakan energi nuklirnya.
Dia sempat mengatakan bahwa Beijing menggunakan industri nuklirnya sebagai alat strategis yang dapat digunakan untuk menambah kekuatan China baik melalui pembangunan di sektor sipil dan untuk mendukung pembangunan militer.
Baca juga: Inspirasi Energi: Mengenal Energi Ombak Laut yang Potensial
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.