WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang staf Presiden AS Donald Trump diblokir dari Twitter, setelah "menawarkan" akunnya dipakai oleh bosnya itu.
Kabar ini muncul setelah platform microblogging itu menutup akun si presiden secara permanen, buntut kerusuhan di Gedung Capitol tengah pekan ini.
Gary Coby, direktur digital pada tim kampanye petahana, memberikan akun Twitter-nya kepada presiden dari Partai Republik itu.
Baca juga: Video Viral, Ada Bendera India di Demo Pendukung Trump di Capitol
Coby mengungkapkan, dia membuat perubahan di bagian nama agar diketahui oleh Dan Scavino, Direktur Media Sosial Gedung Putih.
"Menuliskan login Twitter-ku. Saya sudah memperbarui foto profil, nama, dan sebagainya. Silakan digunakan!" tulis Coby.
Gary Coby was clearly joking, he was not giving the president his twitter account as some claimed.
He changed his name and profile pic to mock Twitter after they suspended @TeamTrump for posting the same presidential statement that reporters tweeted from the pool report. https://t.co/BWfm8GLVcD
— Trump War Room (@TrumpWarRoom) January 9, 2021
Konntributor CNBC Alex Knatrowitz berkicau bahwa akun Twitter milik Coby diblokir lima menit kemudian karena "menawarkannya" ke Trump.
Akun Trump War Room, yang dikelola tim kampanye petahana, langsung merespons dengan menyatakan Coby hanya bercanda.
"Dia jelas hanya melontarkan candaan. Dia sama sekali tak menyerahkan akunnya ke presiden seperti yang diklaim," ujar Twitter War Room.
Dilansir Russian Today Sabtu (9/1/2021), Coby diklaim mengejek Twitter karena menangguhkan akun @TeamTrump karena mengunggah pernyataan kepresidenan yang sama.
Sebelumnya, akun resmi presiden @realDonaldTrump diblokir sepenuhnya setelah kerusuhan pecah di ibu kota pada Rabu (6/1/2021).
Twitter menutup akun presiden 74 tahun karena dianggap berulang kali menyebabkan kekacauan, dan melanggar kebijakan mereka.
Tak hanya akun resminya, platform yang berbasis di San Francisco tersebut juga menangguhkan akun kepresidenan @POTUS.
Trump pun merespons dengan menyatakan bahwa kebijakan itu merupakan serangan terhadap kebebasan berpendapat.
Dia menuding Twitter bekerja sama dengan oposisi dari Partai Demokrat dan "Radikal Kiri", serta berjanji bakal pindah ke platform lain.
Baca juga: Selamat Jalan, Akun Twitter Donald Trump...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.