Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Pun Pemenang Pilpres AS, Nasib Konflik Timur Tengah Juga Akan Terpengaruh

Kompas.com - 03/11/2020, 07:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebagai negara yang punya pengaruh kuat di dunia, hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) juga dapat memengaruhi gejolak konflik di Timur Tengah.

"Negeri Paman Sam" memang memiliki hubungan rumit dengan sejumlah negara Timur Tengah, seperti Afghanistan yang di ambang berakhirnya invasi AS selama hampir dua dekade.

Lantas bagaimana hasil pilpres AS 2020 akan memengaruhi dinamika hubungan AS dengan konflik-konflik di Timur Tengah? Berikut beberapa poin pentingnya.

Baca juga: Berikut Panduan Sederhana untuk Memahami Pilpres AS 2020

Akankah ISIS bangkit dan Taliban tepati janjinya?

Sesuai perjanjian AS dengan Taliban pada akhir Februari, Trump berjanji akan menarik pasukan dari Afghanistan secara bertahap dengan imbalan gencatan senjata dari kelompok ekstremis tersebut.

Trump ingin pasukan AS pulang sebelum Natal, kata Ketua Staf Gabungan Jenderal Mark Milley di radio NPR pada Senin (12/10/2020).

Milley juga menekankan bahwa penarikan 4.500 tentara terakhir bergantung pada pengurangan intensitas serangan Taliban, dan kemajuan progres pembicaraan damai dengan pemerintah Kabul.

Baca juga: Al-Qaeda Masih Terikat Kuat dengan Taliban, Akankah Perdamaian di Afghanistan Tercapai?

Lantas, bagaimana nasib kesepakatan ini jika Trump lengser?

Dr Yoyo, Ketua Pusat Kajian Timur Tengah Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, berpendapat, kalahnya Trump bisa jadi akan membuat AS memiliki kebijakan berbeda terhadap Timur Tengah, terutama jika Joe Biden memilih pendekatan berbeda.

Meski begitu, isu Taliban-AS ini juga bisa menjadi kekuatan Trump untuk memenangi suara di kalangan tentara "Negeri Paman Sam".

"Paling tidak dia bisa menggaet dukungan dari keluarga tentara-tentara yang sudah menunggu kepulangan kerabatnya," ujar Yoyo saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon pada Jumat (30/10/2020).

Sementara itu, untuk ISIS, lengsernya Trump kemungkinan bisa menjadi momentum kebangkitan "tapi power-nya tidak sebesar dulu, (karena) sudah kehilangan figur-figur penting," lanjut Yoyo.

Baca juga: Bermusuhan dengan Trump, Uni Eropa Dukung Joe Biden Menang Pilpres AS

Besarnya pengaruh AS di Timur Tengah

Dibandingkan kekuatan regional seperti Rusia dan Turki, AS terbilang berhasil mencengkeram negara-negara Timur Tengah yang strategis.

Dr Yoyo yang juga menjabat Ketua Progam Studi Bahasa dan Sastra Arab UAD menerangkan, ada tiga pilar kebijakan AS di Timur Tengah yaitu minyak, Israel, dan stabilitas nasional.

Berbicara tentang Israel, sejauh ini sudah ada lima negara Timur Tengah yang menjalin normalisasi hubungan dengan negara tersebut.

Setelah Mesir pada 1979 dan Yordania 1994, tiga negara sekaligus yakni Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Sudan menyusulnya tahun ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com