Seorang Peneliti dan Konsultan Keamanan Siber Independen yang bertempat di Brussels, Lukasz Olejnik, mengatakan bahwa insiden itu tahun sebelumnya tidak selalu banyak berbicara seperti apa yang terjadi pada hari Kamis (2/7/2020).
Baca juga: AS-Iran Akan Bertemu untuk Bahas Kesepakatan Nuklir
Olejnik sebelumnya bekerja sebagai penasihat ilmiah tentang perang siber di Komite Internasional Palang Merah, menyampaikan pendapatnya melalui email.
"Peristiwa yang terjadi lebih dari 10 tahun yang lalu, dan sekali, mereka sendiri tidak dapat membentuk bukti tentang hal-hal yang terjadi hari ini," ujar Olejnik.
Dia menambahkan bahwa pembicaraan tentang serangan siber adalah 'terlalu prematur'.
Kemudian, penyebutan adanya sabotase digital menurutnya 'mungkin menjadi penjelasan yang mudah untuk adanya peristiwa alam, atau ketidakmampuan.'
Baca juga: Arab Saudi Desak PBB Perpanjang Embargo Senjata terhadap Iran
Dua pejabat Iran mengatakan Israel mungkin berada di belakang insiden Natanz, tetapi tidak memberikan bukti.
Ditanya pada Kamis malam (2/7/2020) tentang insiden terbaru yang dilaporkan di situs-situs strategis Iran, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan kepada wartawan, "Jelas kita tidak bisa membahasnya."
Sementara, militer Israel dan kantor Netanyahu, yang mengawasi badan intelijen asing Israel, Mossad, tidak segera menanggapi pertanyaan Reuters pada hari Jumat (3/7/2020).
IAEA mengatakan pada hari Jumat lokasi kebakaran tidak mengandung bahan nuklir, dan tidak ada inspektur di pada saat kejadian.
Baca juga: Ditolak Interpol, Iran Tetap Berniat Tangkap Trump Meski Tak Lagi Jadi Presiden