Scholz pada Rabu (25/1/2023) baru saja menyetujui pengiriman 14 unit tank Leopard 2 ke Ukraina, dan mengizinkan negara-negara lainnya mengirim tank tersebut.
Pengiriman tank dilakukan setelah perdebatan sengit berminggu-minggu dan tekanan yang meningkat dari para sekutu.
"Saya hanya dapat menyarankan untuk tidak terus-menerus melakukan perang penawaran dalam hal sistem senjata," kata Scholz dalam wawancara dengan surat kabar Tagesspiegel, dikutip dari kantor berita AFP.
"Jika, segera setelah keputusan (tentang tank) dibuat, debat berikutnya dimulai di Jerman, itu tidak dianggap serius dan merusak kepercayaan warga terhadap keputusan pemerintah," lanjutnya.
Keputusan Scholz untuk mengizinkan pengiriman tank disusul pengumuman AS bahwa mereka akan mengirim 31 tank Abrams.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berterima kasih kepada Berlin dan Washington atas langkah tersebut, yang dipandang sebagai terobosan dalam upaya mendukung negara yang dilanda perang itu.
Namun, Zelensky juga menekankan bahwa Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata berat dari sekutu NATO untuk menangkis pasukan Rusia -- termasuk jet tempur dan rudal jarak jauh.
Scholz dalam wawancara tersebut memperingatkan agar tidak meningkatkan risiko eskalasi, dan Rusia mengecam keras pengiriman tank tersebut.
"Tidak ada perang antara NATO dan Rusia. Kami tidak akan membiarkan eskalasi seperti itu," katanya.
Kanselir tersebut menambahkan, perlu terus berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Panggilan telepon terakhir mereka berdua terjadi pada awal Desember 2022.
"Saya akan berbicara dengan Putin melalui telepon lagi," imbuh Scholz.
“Tapi tentu jelas juga bahwa selama Rusia terus mengobarkan perang dengan agresi yang tidak mereda, situasi saat ini tidak akan berubah.”
https://www.kompas.com/global/read/2023/01/30/181300670/jerman-tegas-tidak-akan-kirim-jet-tempur-ke-ukraina