Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menanti Implementasi Strategi Baru Korea Selatan di Indo-Pasifik

“Jadi Presiden Yoon Suk Yeol telah mengumumkan strategi baru Indo-Pasifi kami pada 11 November di acara KTT Korea-Asean di Kamboja,” kata Choi Shin-hye dari Kedutaan Besar Korsel di Jakarta, dalam Workshop Kelima Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, ada tiga visi yang menjadi dasar strategi baru tersebut yakni kebebasan, perdamaian, dan kesejahteraan. Menurutnya, hal ini sejalan dengan strategi umum Korsel di bidang diplomatik.

“Korea berupaya mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan kebebasan, perdamaian, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik. Yang mana, penting bagi Korea dan Indonesia,” ungkapnya.

Menurutnya, Korsel berusaha mempromosikan nilai-nilai kebebasan, demokrasi, supremasi hukum, dan hak asasi manusia.

“Kami menentang penggunaan kekuatan sepihak untuk mengubah status quo. Korea berkomitmen untuk mempromosikan tatanan regional yang harmonis yang menghormati kepentingan bersama sambil mencari tujuan bersama,” lanjut Choi.

Kemudian, Korea Selatan akan memainkan peran aktif dalam mencegah perselisihan dan konflik bersenjata. Dia berujar, Korsel akan mendorong penyelesaian perselisihan secara damai melalui dialog.

“Ini termasuk upaya berkelanjutan untuk mencapai denuklirisasi Korea Utara, meningkatkan kemitraan di bidang non-proliferasi dan kontra terorisme, serta mempromosikan keamanan maritim, dunia maya, dan kesehatan,” tuturnya.

“Korea akan meningkatkan ketahanan rantai pasokan, memperluas jaringan untuk keamanan ekonomi, dan mendorong ekosistem ekonomi dan teknologi yang kooperatif dan inklusif,” jelasnya.

Lebih lanjut, Choi menyampaikan bahwa ada tiga prinsip kerja sama dalam penerapan strategi baru di Indo-Pasifik tersebut. Di antaranya inklusivitas, kepercayaan, dan saling menguntungkan.

Dalam hal inklusivitas, Choi menyebutkan bahwa Korea Selatan tidak akan mengecualikan negara tertentu. Dia mengatakan, Korsel akan bekerja sama dengan semua pihak dalam menjalankan strateginya di Indo-Pasifik.

“Kami mencari kerja sama dengan semua mitra yang selaras dengan visi dan prinsip kerja sama kami,” ucapnya.

Kemudian, kemitraan tersebut harus berdasarkan pada kepercayaan karena merupakan hal penting dalam mengatasi berbagai tantangan regional dan global secara bersama-sama dan berkelanjutan.

“Kami juga mengusahakan kerja sama yang saling menguntungkan, dengan pengakuan bahwa perjanjian yang paling efektif adalah yang menguntungkan semua pihak,” katanya.

Salah satunya adalah meningkatnya rivalitas antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

“Ini adalah persaingan antara dua kekuatan besar global ini yang juga memengaruhi negara-negara lain,” ungkapnya.

Dia mengatakan, Korea Selatan harus bisa menyeimbangkan kebijakan terhadap AS dan China.

“Saya pikir untuk Korea harus bisa bermanuver dan juga harus menyeimbangkan kebijakan mereka mengenai keduanya. Ini karena AS dan China sama-sama mitra penting bagi Korea,” katanya.

Selain itu, persoalan di Semenanjung Korea selalu menjadi tantangan bagi Korea sendiri. Bahkan juga ancaman utama terutama dalam masalah keamanan.

“Konflik militer di Rusia dan Ukraina juga menciptakan lebih banyak tantangan global saat kita mencoba pulih dari pandemi Covid-19. Dan juga isu global seperti perubahan iklim dan lainnya,” kata dia.

Riza menilai strategi baru Korea Selatan memiliki cakupan kerja sama yang cukup luas. Bahkan lebih luas dari New Southern Policy (NSP) yang sebelumnya dideklarasikan oleh Presiden Moon Jae-in.

“NSP hanya fokus di Asia Tenggara plus India. Jadi ini hampir seluruh dunia global. Ini akan mempengaruhi dan akan kerja sama dengan semua tempat lain di Indo-Pasifik. Jadi termasuk AS juga mereka negara-negara Eropa.”

“Seperti yang anda ketahui juga bahwa Korea adalah negara sekutu dengan AS. Selain itu juga sangat kooperatif secara ekonomi dengan China,” katanya.

Choi mengatakan, Korea Selatan akan menghadapi persaingan AS dan China secara cerdas sebagaimana yang dilakukan Indonesia.

“Jadi itulah mengapa kami sudah menyatakan bahwa kami tidak akan mengecualikan mitra mana pun. Jadi kami juga akan memasukkan China sebagai mitra dekat kami untuk mengimplementasikan strategi baru kami,” jelasnya.

Gandeng ASEAN dan Indonesia

Choi menyebut strategi baru Korea Selatan di Indo-Pasifik didasarkan pada kerja sama dengan ASEAN. Maka dari itu, ASEAN akan menjadi mitra utama dalam implementasi strategi baru tersebut.

“ASEAN akan menjadi mitra utama untuk memperluas hubungan diplomatik kita di kawasan Indo-Pasifik,” katanya.

Dia juga yakin di bawah kepemimpinan Indonesia di ASEAN bisa menangani persoalan yang ada di kawasan. Mulai dari persoalan pemulihan ekonomi, konflik di Myanmar, hingga masalah Laut China Selatan.

“Jadi kami hanya mendukung sentralitas asean dan AOIP. Dan kami percaya Indonesia akan datang dengan solusi yang sangat bijak dan kreatif untuk kendala saat ini,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Korea Selatan yakin bisa bekerja sama di seluruh area prioritas strategi baru di Indo-Pasifik dengan Indonesia.

“Kita memiliki 9 area prioritas. Dan saya pikir Indonesia dan Korea dapat bekerja sama di kesembilan bidang ini,” tuturnya.

“Seperti kita berbagi nilai-nilai yang sama. dan kami juga memiliki prinsip-prinsip berbasis aturan dan kami juga setuju untuk mempromosikan hak asasi manusia. dan non-poliferasi dan kontra-terorisme juga."

"Saya pikir Indonesia prioritas utama. Kerja sama keamanan yang komprehensif seperti keamanan siber dan maritim juga menjadi kepentingan pemerintah Indonesia,” paparnya.

https://www.kompas.com/global/read/2022/12/22/163300070/menanti-implementasi-strategi-baru-korea-selatan-di-indo-pasifik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke