Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Belarus Akan Ikut Berperang Melawan Ukraina?

MINSK, KOMPAS.com - Para pemimpin Rusia dan Belarus telah mengumumkan pembentukan pasukan gabungan kedua negara. Presiden Belarus Alexander Lukashenko berulang kali mengeklaim bahwa Ukraina sedang bersiap untuk menyerang negaranya, membenarkan kemungkinan Belarus secara langsung masuk dalam perang.

Para pakar militer dan politikus di Ukraina dan negara-negara sekutu lantas mempertanyakan: seberapa besar kemungkinan tentara Belarus akan berpartisipasi secara langsung dalam konflik untuk memihak Rusia? Apakah ada kemungkinan serangan Rusia baru dari Belarus, mungkin sebagai upaya baru untuk menyerang Kyiv?

BBC berbicara dengan analis politik dan militer tentang kemungkinan - dan prospek - perkembangan semacam itu.

Berapa banyak tentara Rusia di Belarus?

Potensi serangan baru dari wilayah Belarus telah menjadi perbincangan sepanjang musim panas, tetapi Angkatan Bersenjata Ukraina melaporkan situasi di wilayah yang berbatasan dengan Belarus tidak mengalami perubahan signifikan.

Namun, musim gugur ini Rusia memulai kembali upayanya untuk mengerahkan pasukan ke wilayah Belarus dan situasinya menjadi lebih mengkhawatirkan dengan pengumuman mobilisasi Rusia. Menurut intelijen Ukraina, Belarus mengharapkan 20.000 tentara baru dimobilisasi dari Rusia.

Pada 10 Oktober, hari di mana terjadi serangan roket besar-besaran di Ukraina (beberapa roket diluncurkan dari Belarus), Alexander Lukashenko mengumumkan pembentukan pasukan gabungan dengan Rusia.

Sampai sekarang, kontingen Rusia di Belarus terdiri dari 1.000 tentara, termasuk spesialis pemeliharaan untuk enam pesawat tempur, spesialis pemberi sinyal untuk stasiun radar, dan awak untuk empat sistem rudal taktis Iskander, dan 12 sistem rudal anti-pesawat, S-400.

Masih belum jelas apakah ada perubahan jumlah, meskipun demikian Kepala Departemen Kerja Sama Militer Belarus Valery Revenko mengeklaim ada 9.000 orang.

Jika foto-foto yang muncul di internet dapat dipercaya, tentara Rusia yang baru-baru ini dimobilisasi sedang dikerahkan ke Belarus.

Pada 17 Oktober, Belarus mengumumkan bahwa sekitar 170 tank, sekitar 100 senjata dan mortir kaliber lebih dari 100 milimeter, dan 200 kendaraan tempur akan dikirim dari Rusia, untuk melengkapi pasukan gabungan yang baru.

Menurut saluran Telegram oposisi, Belarusian Hajun, kereta tentara Rusia akan tiba di wilayah tengah dan utara Belarus - bukan wilayah yang berbatasan dengan Ukraina.

Pekan lalu, Alexander Kovalenko, seorang analis militer dan politik dari proyek Resistensi Informasi, menyatakan, untuk mengancam Ukraina dengan invasi skala penuh, Rusia harus mengerahkan paling sedikit 40 batalion kelompok taktis di Belarus.

Dalam skenario ini, kami memperkirakan jumlahnya mencapai 24.000 sampai 28.000 tentara. Jumlah itu kira-kira seukuran dengan kekuatan yang menginvasi Ukraina dari Belarus pada Februari lalu.

Jadi, jika sekarang hanya ada 9.000 tentara, artinya kelompok taktis batalion tidak lebih dari 12. Seperti yang dikatakan Kovalenko, ini bukan batalion skala penuh, tetapi batalion tanpa peralatan.

"Pasukan ini lebih mengarah pada distraksi, dibandingkan menciptakan kepanikan," kata dia.

Bagaimanapun, jika kontingen Rusia di Belarus mulai tumbuh pesat tanpa peringatan, akan ada kemungkinan besar Rusia sedang mempersiapkan invasi dengan wajib militer baru, yang tidak punya motif dan kurang terlatih.

Apakah jumlah tentara cukup untuk invasi?

Ivan Kirichevsky, seorang ahli di situs Ukraina Defense Express, mengatakan kepada BBC bahwa masih terlalu dini untuk membicarakan hal ini.

"Hanya ketika pasukan Rusia di front lain sangat lelah, sehingga mereka hampir tidak dapat mempertahankan pertahanan, Kremlin akan memberikan perintah untuk menyerang, untuk menahan serangan pasukan Ukraina," ucap Kirichevsky.

Namun, Kirichevsky ragu Rusia mampu mengumpulkan pasukan yang cukup untuk mengerahkan serangan lebih lanjut dari utara.

Dia mengatakan ada perbandingan jitu yang harus dibuat dengan upaya Rusia untuk membentuk korps pertempuran ketiga, yang seharusnya siap untuk pertempuran pada pertengahan Agustus. Namun, korps siap untuk pertempuran pada September, dan tetap dalam keadaan tidak lengkap.

"Mereka belum siap, jadi tentara Ukraina menyerbu mereka, terutama di Kharkiv," kata sang pakar.

Letnan Jenderal Sergei Naev dari Ukraina menjelaskan keberhasilan Rusia di Ukraina utara pada awal perang. Menurut dia, mayoritas pasukan Ukraina yang ada dikerahkan untuk konflik Donbas, dan selama masa damai, unit-unit di perbatasan Belarus tidak memiliki anggota yang cukup untuk menahan serangan skala penuh.

Faktor lain adalah insiden yang terjadi hanya dua hari sebelum invasi, ketika Menteri Pertahanan Belarus Victor Khrenin memberikan pernyataan sebagai perwira kepada mitranya dari Ukraina, Alexei Renikov, bahwa tidak akan ada serangan dari Belarus.

Pesan itu ternyata hanya omong kosong. Reznikov sendiri mengakui hal ini, dalam sebuah wawancara dengan Washington Post.

Jenderal Naev mengatakan Ukraina sekarang siap menghadapi serangan dari Belarus. "Pasukan yang dikerahkan di Belarus akan meningkatkan kesiapan kami. Komando Ukraina akan membangun pasukan dan material kami sendiri," jelasnya.

Pihak berwenang di wilayah yang berbatasan dengan Belarus juga membahas kesiapan tempur.

Vitaly Koval, pemimpin administrasi sipil-militer di wilayah Rivne Ukraina, yang berbatasan dengan Belarus sepanjang 218 kilometer, mengatakan kepada BBC Ukraina bahwa pekerjaan untuk memperkuat pertahanan di perbatasan sudah dimulai tujuh bulan lalu.

Menurut Koval, invasi dari utara tidak akan mudah. "Empat puluh persen wilayah kami ditutupi oleh hutan. Dan ada hutan dan rawa yang tidak bisa ditembus di wilayah utara, di perbatasan Belarus. Belum lagi 170 sungai. Ini adalah penghalang alami. Jembatan di atas sungai dapat diblokir dengan banyak cara untuk menghalangi gerakan musuh."

"Anda harus mengorbankan diri sendiri untuk berperang dengan kami, melintasi perbatasan Belarus-Ukraina," tambahnya.

Pada akhir tahun lalu, ada 17.000 tentara di pasukan darat Belarus, sebagian besar adalah wajib militer.

Tentara Belarus memiliki kendaraan lapis baja dan pesawat militer, dan menurut Ivan Kirichevsky, serangan Belarus berpotensi menimbulkan kerusakan nyata.

Namun, pasukannya tidak memiliki pengalaman tempur.

Pejabat Belarus, termasuk Lukashenko sendiri, berulang kali menyatakan keengganan mereka untuk menyerang Ukraina. Namun, mengingat kata-kata Khrenin sejak 22 Februari, janji-janji seperti itu hampir tidak menjamin.

Beberapa hari yang lalu, sebuah artikel muncul di surat kabar oposisi Belarus Nasha Niva dengan judul Keputusan untuk memobilisasi Belarus telah dibuat.

Para jurnalis, yang mengutip sumber mereka sendiri, mengeklaim bahwa Lukashenko telah membuat keputusan untuk melakukan mobilisasi rahasia di Belarus, yang melengkapi unit-unit Rusia. Menurut penulis, ini meningkatkan kemungkinan eskalasi di perbatasan Belarus-Ukraina.

Pada Selasa, informasi ini dikonfirmasi oleh Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.

"Dengan kedok kamp pelatihan, kegiatan mobilisasi rahasia sedang berlangsung di Angkatan Bersenjata Belarus. Menurut informasi yang tersedia, operator sistem rudal anti-pesawat dan kru tank sedang dilatih," kata dia.

Secara resmi, Minsk belum mengumumkan mobilisasi, dan Lukashenko baru-baru ini membantah adanya rencana semacam itu.

Oleksiy Arestovych, kepala penasihat kantor kepresidenan Ukraina, mengatakan meskipun memang ada sebagian mobilisasi rahasia di Belarus, target utamanya adalah personel militer yang berspesialisasi dalam konstruksi.

"Artinya, tugas utama pihak Belarus bukanlah untuk berperang melawan kami, tetapi untuk membangun semacam tempat perlindungan bagi pasukan Rusia," katanya, dalam siaran untuk saluran YouTube oposisi Rusia, Feygin Live.

Arestovych yakin kemungkinan partisipasi langsung tentara Belarus dalam perang melawan Ukraina bukannya tidak ada sama sekali, tetapi tetap sangat rendah.

Bagi banyak pengamat militer, salah satu indikasi keengganan tentara Belarus untuk memasuki perang secara langsung adalah ekspor senjata dan amunisi dari gudang senjata Belarus ke divisi-divisi Rusia.

Kirichevsky percaya dengan melakukan itu, Lukashenko mencoba agar negaranya tidak berhadapan langsung melawan Ukraina.

Para blogger di balik saluran Telegram Belarusian Hajun juga berpikir bahwa keterlibatan langsung hanyalah salah satu dari banyak cara yang bisa dilakukan dengan skenario tersebut.

Ada kemungkinan partisipasi Belarus akan terbatas pada mempersiapkan kelompok penyerang Rusia di wilayahnya, memasok senjata, dan memungkinkan pelatihan wajib militer Rusia di kamp-kamp Belarus - dan dengan demikian mengecualikan keterlibatan pasukannya sendiri.

Namun, beberapa pihak tetap yakin, cepat atau lambat, tentara Belarus bakal bergabung dalam perang.

Taras Chmut, kepala Come Back Alive, sebuah lembaga dana bantuan militer Ukraina, mengomentari potensi kemunculan Iskander Rusia dan S-400 di tentara Belarus. "Entah mereka akan bergabung dalam perang atau kita akan menang lebih cepat dan Federasi Rusia akan berantakan," ucap Chmut.

Dan bagaimana dengan suasana di Belarus? Seorang individu yang berbicara secara anonim dengan wartawan BBC Ukraina, yang memiliki kerabat di tentara Belarus, membuat pernyataan berikut: "Republik Belarus tidak ingin berperang. Dan tidak akan berperang."

https://www.kompas.com/global/read/2022/10/26/200100170/apakah-belarus-akan-ikut-berperang-melawan-ukraina-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke