Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jembatan Bersejarah Pakistan Runtuh Diterjang Banjir dari Gletser yang Mencair karena Gelombang Panas

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Jembatan bersejarah Pakistan di Hassanabad runtuh diterjang banjir dari gletser yang mencair sebagai dampak gelombang panas parah di wilayahnya dan negara tetangga India.

Gelombang panas yang hebat yang telah menyebabkan kualitas udara berbahaya selama berminggu-minggu dan memperparah kebakaran hutan.

Pada Senin (9/5/2022) AccuWeather mewartakan peningkatan suhu panas yang terjadi lebih awal telah disalahkan sebagai penyebab pencairan cepat Gletser Shishper di Pakistan utara, sehingga menyebabkan banjir yang merusak di hilir.

Jembatan Hassanabad di Lembah Hunza Pakistan benar-benar hancur pada Sabtu (7/5/2022) ketika gletser yang mencair mengirimkan aliran air yang deras melalui sungai dalam sebuah fenomena yang dikenal sebagai banjir semburan danau glasial.

Rekaman dramatis menunjukkan balok beton runtuh dan akhirnya ambruk akibat tekanan air banjir yang mengamuk di bawahnya.

Insiden itu mungkin lebih biasa diasosiasikan dengan curah hujan yang sangat deras daripada dampak gletser yang mencair dengan cepat.

Aparat hukum setempat mengonfirmasi status jembatan yang hancur di Twitter, dan menyatakan bahwa kendaraan kecil sedang dialihkan ke Sas Valley Road.

Banjir juga menyapu dua pembangkit listrik di Hassanabad, menurut Dawn.com, sebuah outlet berita Pakistan. Para pejabat sedang mengevakuasi orang-orang yang tinggal di lokasi rentan di dekat air banjir dan memasok perbekalan.

Pada pertengahan Mei 2019, NASA menyoroti Gletser Shishper, memperkirakan bahwa Jalan Raya Karakoram, sejumlah besar rumah di desa Hasanabad, saluran irigasi penting, dan dua pembangkit listrik semuanya dapat terpengaruh jika terjadi banjir parah.

Selama 20 hari terakhir, volume air di danau gletser Shishper meningkat 40 persen sebagai akibat dari lonjakan suhu awal musim yang tidak biasa, menurut laporan Reuters.

Meskipun pengamatan cuaca resmi jarang terjadi di bagian tertentu negara ini, suhu di lokasi dataran tinggi lainnya di Pakistan utara telah berulang kali mencapai 30-37 Celsius selama beberapa minggu terakhir.

Lebih jauh ke selatan pada ketinggian yang lebih rendah, suhu telah berulang kali melampaui 43 Celsius, yang berada 3-6 derajat Celcius di atas rata-rata.

Menteri Federal Pakistan untuk Perubahan Iklim, Sherry Rehman, mengatakan pada akhir April bahwa Pakistan mengalami peralihan dari musim dingin ke musim panas, tanpa banyak musim semi, untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Rehman mengatakan di Twitter menyusul runtuhnya jembatan pada Sabtu (7/5/2022) bahwa jembatan sementara dijadwalkan akan dibangun dalam waktu 48 jam.

"Pakistan memiliki jumlah gletser tertinggi di luar kawasan kutub, dan banyak yang kehilangan massa karena suhu global yang tinggi," kata Rehman.

Ahli meteorologi AccuWeather mengatakan tidak ada bantuan yang terlihat akan dilakukan untuk masa mendatang di seluruh wilayah dengan panas membakar, yang diproyeksi terjadi sampai melewati pertengahan Mei.

https://www.kompas.com/global/read/2022/05/10/210000070/jembatan-bersejarah-pakistan-runtuh-diterjang-banjir-dari-gletser-yang

Terkini Lainnya

Asal Usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal Usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Sebabkan 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Sebabkan 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke