Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seorang Dokter Meninggal karena Covid-19 Setelah Selama 2 Tahun Obati Pasien Terinfeksi

LONDON, KOMPAS.com - Seorang dokter yang menghabiskan waktu 2 tahun terakhirnya mengobati pasien Covid-19, meninggal karena terinfeksi virus itu.

Dr Irfan Halim yang tinggal terpisah dengan keluarganya selama 4 bulan di puncak pandemi untuk melindungi mereka dari virus selama dia bekerja di bangsal Covid-19.

Dokter itu awalnya pingsan pada 10 September saat sedang bertugas di Rumah Sakit Swindon, di mana ia tertular infeksi Covid-19, menurut istrinya, Saila.

Melansir Sky News pada Jumat (19/11/2021), Dr Halim dirawat di perawatan intensif di Swindon hingga 23 September, kemudian ia dipindahkan ke The Royal Brompton di London untuk menerima dukungan hidup spesialis.

Dr Halim ditempatkan pada extracorporeal membrane oxygenation (ECMO), sebuah mesin yang untuk sementara menggantikan fungsi jantung dan paru-paru.

Perawatan ini digunakan untuk pasien Covid-19 yang tidak dapat bernapas sendiri, bahkan dengan bantuan ventilator.

"NHS bertindak cepat untuk membawanya ke keluarganya (dengan selamat), tetapi secara tragis dia meninggal setelah sembilan pekan berjuang melawan Covid-19," menurut halaman penggalangan dana yang dibuat untuk Dr Halim.

Teman dekat dan keluarga Dr Halim mengatakan mereka membuat halaman untuk istri dan anak-anaknya "untuk meringankan beban" kehilangan.

Dr Halim yang digambarkan sebagai "dokter NHS yang luar biasa, berbakat, dan pekerja keras untuk membantu orang lain", adalah satu-satunya sumber pendapatan bagi keluarganya.

"Irfan sangat dicintai dan menyentuh kehidupan banyak orang," kata halaman penggalangan dana itu.

"Sayangnya, dia diambil terlalu cepat dari orang-orang yang mencintainya."

"Dia bukan hanya seorang suami yang pengasih, ayah yang setia untuk empat anak kecil yang cantik, tetapi juga manusia yang luar biasa bagi semua orang yang diberkati karena telah bertemu dengannya."

Istrinya mengatakan di hari dia pingsan karena Covid-19 adalah "hanya hari biasa menyelamatkan nyawa" yang dilakukan Dr Halim.

"Dia berjuang keras untuk bersama anak-anaknya setiap hari," kenang Saila.

"Dengan hati yang hancur berkeping-keping di luar imajinasi, saya mengerahkan sedikit kekuatan yang saya miliki untuk menulis pesan ini," terangnya.

Sean Wright, yang menyumbang untuk penggalangan dana, mengatakan, "Keluarga akan mengetahui hal ini, tetapi Dr Irfan Halim adalah pahlawan sejati dan mereka harus merasa bangga dengan pengorbanan yang telah dia buat untuk orang lain.

"Tindakannya berbicara dengan karakternya dan bantuan langsungnya kepada orang lain tidak diragukan lagi akan menginspirasi orang lain untuk lebih tidak mementingkan diri sendiri dan baik hati (termasuk saya sendiri)," ungkap Sean Wright.

Phoenix D, kontributor lain, menyebut kematian Dr Halim sebagai "kehilangan yang menghancurkan".

"Sehari sebelum Irfan pingsan, dia mengirim SMS dengan penuh semangat tentang pesta ulang tahun kejutan yang dia 'rencanakan' untuk istrinya, Saila," katanya.

"Orang ini jenius, dan saya sangat yakin dia akan berhasil. Saya tidak ragu dia akan berjalan. Saya salah. RIP Irfan. Anda tidak akan dilupakan," pungkasnya.

Lebih dari 83.000 poundsterling (Rp 1,2 miliar) telah disumbangkan sejauh ini oleh setidaknya 471 orang. Target keluarga adalah 100.000 poundsterling (Rp 1,4 miliar).

https://www.kompas.com/global/read/2021/11/20/065226270/seorang-dokter-meninggal-karena-covid-19-setelah-selama-2-tahun-obati

Terkini Lainnya

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Global
Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Global
Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Global
Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Global
Seperti Apa Kemampuan Fujian, Kapal Induk Baru China?

Seperti Apa Kemampuan Fujian, Kapal Induk Baru China?

Internasional
Pejabat AS Desak China dan Rusia: Bukan AI yang Pegang Kendali Nuklir, Tapi Manusia

Pejabat AS Desak China dan Rusia: Bukan AI yang Pegang Kendali Nuklir, Tapi Manusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke