Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jika China Perang Lawan Taiwan, Apa yang Akan AS Lakukan?

Lalu jika China perang lawan Taiwan, apa yang akan dilakukan AS untuk menanggapinya?

Berikut adalah prediksi para pakar yang dihimpun oleh AFP, Kamis (28/10/2021).

Pada 1949 nasionalis Kuomintang melarikan diri ke Taiwan setelah kalah perang saudara di China daratan.

Taiwan, pulau yang kini berpenduduk 24 juta orang, sejak itu berubah menjadi demokrasi yang dinamis dan pusat teknologi utama.

Banyak orang termasuk Presiden Tsai Ing-wen menegaskan identitas Taiwan yang terpisah dengan China.

AS sempat mengalihkan pengakuan dari Taipei ke Beijing pada 1979, karena menyimpulkan Kuomintang tidak akan pernah merebut kembali China daratan, yang sekarang berkembang menjadi salah satu kekuatan utama dunia dan saingan utama Washington.

Kongres AS pada 1979 mengharuskan Amerika Serikat menyediakan senjata kepada Taiwan untuk pertahanan diri, tetapi Washington masih bersikap ambigu apakah akan membela Taiwan jika terjadi invasi.

Mengapa hubungan China dan Taiwan memanas?

Presiden Xi Jinping menegaskan nasionalisme China, dan setelah demo Hong Kong pecah dia menekan tajam kebebasan di wilayah itu, yang dijanjikan sistem terpisah sebelum diserahkan oleh Inggris.

Tsai Ing-wen menang pemilu Taiwan lagi dengan mudah tahun lalu di tempat yang dulunya merupakan populasi yang sangat terbagi.

China kemudian meningkatkan kegiatan militernya secara drastis dalam beberapa tahun terakhir, dan membuat rekor inkursi pesawat di dekat Taiwan pada awal Oktober 2021.

Apa tujuan China tentang Taiwan?

Kekhawatiran berkembang di Amerika Serikat bahwa Beijing sedang mempersiapkan invasi skala penuh ke Taiwan, tetapi banyak ahli menyebut ketakutan itu berlebihan.

"Tahun lalu, ada pengakuan bahwa militer China sudah atau hampir mencapai kemampuan untuk menyerang dan mengendalikan Taiwan," ujar Bonnie Glaser, direktur Asia di German Marshall Fund Amerika Serikat.

"Dalam waktu yang lama, ini dianggap sebagai faktor nyata," lanjutnya.

Dia menyebutkan ke tanda-tanda yang mengkhawatirkan, seperti latihan yang mensimulasikan pemboman terhadap pelabuhan Taiwan atau lokasi-lokasi pendaratan.

Namun, Glaser termasuk golongan yang meragukan China memiliki jadwal untuk menyerang. Taiwan adalah satu-satunya masalah yang dapat membawa AS dan China terlibat perang dan bisa meningkat ke tingkat nuklir.

"(Xi Jinping bakal) mempertaruhkan semua tujuan lain yang dia miliki untuk negaranya," katanya.

"Tujuan China, menurut saya, salah satunya untuk menanamkan keputusasaan psikologis bagi orang-orang Taiwan sehingga mereka akhirnua menyerah dan berkata, ya, kita harus mengakui saja Beijing dan menjadi bagian dari China. Jadi mereka benar-benar ingin menang tanpa pertumpahan darah," terangnya.

Apa yang akan AS lakukan jika China perang lawan Taiwan?

Semakin banyak pakar, terutama Richard Haass, Presiden Council on Foreign Relations, meminta AS untuk menjauh dari "ambiguitas strategis" di Taiwan, dan sebagai gantinya memperingatkan China secara eksplisit bahwa Amerika akan campur tangan jika ada invasi.

Para kritikus mengatakan, sumpah semacam itu akan menjadi bumerang, karena para pemimpin China sudah yakin AS membantu pasukan pro-kemerdekaan Taiwan, meskipun AS berulang kali menjamin mereka hanya mengakui Beijing.

Presiden Joe Biden pada 21 Oktober memicu peringatan China ketika dia mengatakan, Amerika Serikat akan membela Taiwan. Gedung Putih kemudian dengan cepat mengklarifikasi bahwa Biden tidak mengubah kebijakan.

Untuk saat ini, Pemerintahan Biden tampaknya mencari langkah-langkah untuk mendukung Taiwan tanpa memicu krisis, seperti mendorong inklusi di lembaga-lembaga internasional.

Adapun Tsai Ing-wen dalam wawancara di CNN pekan ini menyuarakan keyakinannya. Ketika ditanya apakah AS akan membela Taiwan, dia menjawab, "Saya yakin."

https://www.kompas.com/global/read/2021/10/31/150000270/jika-china-perang-lawan-taiwan-apa-yang-akan-as-lakukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke