SAINT PAUL, KOMPAS.com - Dua universitas Katolik di Minnesota tengah diselidiki karena terkait dugaan "kompetisi seks" para mahasiswa pria di asrama kampus.
Sekelompok mahasiswa Saint John's University yang tinggal di Saint Patrick Hall dilaporkan berkompetisi untuk menentukan siapa yang paling banyak melakukan hubungan seksual dengan para wanita di kampus mitra, College of Saint Benedict.
Dua orang yang mengetahui kabar kompetisi seks tersebu berbicara kepada surat kabar mahasiswa, The Record, dengan syarat anonim.
Mereka mengatakan kompetisi seks dijalankan melalui obrolan grup dan dimulai dengan daftar nama semua wanita dari College of Saint Benedict yang harus dirayu oleh para pria dari Saint John's University, seperti yang dilansir dari Daily Mail pada Kamis (21/10/2021).
Para pria juga dikatakan telah menetapkan nilai poin untuk tindakan seks mereka, tetapi informasi spesifik mengenai tindakan tersebut, serta bagaimana kompetisi seks dijalankan, masih dirahasiakan.
Belum diketahui berapa banyak mahasiswa yang berpartisipasi, bagaimana perkembangannya, dan kapan dimulainya kompetisi seks tersebut.
College of Saint Benedict telah meluncurkan penyelidikan atas tuduhan tersebut yang pertama kali dilaporkan pada akhir September, menurut juru bicara kampus Katie Alvino.
Karena penyelidikan yang sedang berlangsung, Katie Alvino tidak dapat mengungkapkan sifat tuduhan atau apakah itu melibatkan tindakan kriminal atau kekerasan seksual.
Namun, Alvino kembali menegaskan bahwa pihak kampus menganggap serius dugaan kompetisi seks tersebut.
"Kami tidak akan mentolerir pelanggaran seksual dalam bentuk apapun," katanya kepada Daily Mail.
"Kami menggunakan penyelidik pihak ketiga yang terlatih dan tidak memihak untuk menentukan pihak yang bertanggung jawab," terangnya.
"Kami berkomitmen untuk menciptakan dan memelihara lingkungan di mana semua anggota masyarakat menghormati hak dan martabat semua manusia," ungkapnya.
Sejumlah mahasiswa College of Saint Benedict mengatakan keprihatinan tentang dugaan kompetisi seks di lingkungan kampus yang saling bermitra tersebut.
Sejumlah mahasiswa yang melaporkan dugaan kompetisi seks tersebut takut oknum tidak sadar bahayanya permainan mereka.
"Kami telah melakukan percakapan dengan banyak teman pria kami tentang hal itu (kompetisi seks)," ucap seorang wanita kepada surat kabar sekolah.
"Sebagian besar para pria (menyiratkan) para perempuan membuat masalah besar, kami dibilang terlalu dramatis dan bahwa kami sedang mencoba untuk menghancurkan kehidupan orang-orang," terangnya.
“Mereka tidak berpikir bahwa komentar atau permainan (kompetisi seks) ini salah. Mereka hanya menganggapnya sebagai bagian dari hidup mereka," ungkapnya.
"Saya merasa mereka tidak benar-benar mengerti akibat tindakan mereka," kata wanita lainnya.
"Mereka membuat pilihan, kami tidak mencoba untuk menghancurkan hidup mereka. Mereka memilih untuk melakukan tindakan mereka, dan sekarang mereka tidak mengakuinya," ucapnya.
"Saya tidak merusak hidup mereka, mereka menghancurkan hidup mereka sendiri," tambah wanita itu.
Pekan lalu, administrasi kampus mengirim email kepada para mahasiswa berisi peringatan tentang penyelidikan terhadap kompetisi seks, mendorong siapa pun yang memiliki informasi tentang hal itu untuk bicara.
Pihak asrama kampus juga mengadakan pertemuan wajib untuk mengatasi dugaan kompetisi seks tersebut.
"(Pertemuan itu) adalah cara untuk memulai percakapan tentang budaya pemerkosaan dan implikasi dari maskulinitas berbahaya di kampus kami," kata penasihat penduduk Saint Patrick Hall, Liam Miller.
"Anda tidak bisa hanya mengatakan 'anak laki-laki akan menjadi anak laki-laki', harus ada pengakuan dan harus ada pertanggungjawaban," imbuh Miller.
Hingga Selasa (20/10/2021), sekolah belum mengidentifikasi mahasiswa yang terlibat dalam dugaan kompetisi seks tersebut.
Jeff Glover, asisten direktur untuk dukungan mahasiswa, mengatakan dia terkejut bahwa kampus belum dapat memperoleh bukti kuat tentang mahasiswa yang terlibat dalam kompetisi seks tersebut.
"Dengan jumlah orang yang mengetahuinya, saya terkejut bahwa kami belum bisa mendapatkan salinan apa pun," kata Glover kepada surat kabar mahasiswa tentang kompetisi seks para mahasiswa pria tersebut.
"Lebih buruk dari pada mencoba berempati dengan orang-orang yang marah tentang hal itu karena belum mampu memberi mereka keadilan langsung yang mereka inginkan dan yang saya inginkan," ujarnya.
"Kadang-kadang ada orang yang menurut saya merasa kami tidak peduli dengan masalah ini, atau kami pikir anak laki-laki akan tetap laki-laki dan kami mencoba untuk menyembunyikan," ungkapnya.
https://www.kompas.com/global/read/2021/10/22/212748070/diduga-ada-kompetisi-seks-antara-mahasiswa-dua-universitas-katolik-di