Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Usaha Daging Wagyu di Australia Bangkit Cepat dari Pandemi Covid-19

SYDNEY, KOMPAS.com - Produsen daging sapi wagyu di Australia sempat khawatir, jika mereka akan merasakan dampak yang terburuk, ketika pandemi Covid-19 melanda pada 2020 dan restoran di seantero dunia tutup.

"Dalam semalam kami kehilangan semua distribusi melalui transportasi udara...dan kami kehilangan 100 persen permintaan dari restoran mewah dalam sekejap," kata Matt McDonagh, CEO Asosiasi Wagyu Australia, seperti yang dilansir dari ABC Indonesia pada Jumat (30/7/2021). 

"Seluruh sektor wagyu menahan nafas saat itu, tetapi setelahnya kami benar-benar mengalami pemulihan yang luar biasa," ucap McDonagh.

McDonagh mengatakan permintaan untuk wagyu Australia sekarang tumbuh lebih cepat dari pada kemampuan produsen untuk memasoknya.

"Kami telah melihat pertumbuhan produksi yang konsisten sebesar 20 persen dari tahun ke tahun, tetapi permintaan untuk produk tersebut tumbuh lebih cepat dari angka itu," ucapnya.

"Perkiraan kami baru-baru ini adalah pertumbuhan permintaan wagyu sekitar 30 persen per tahun di pasar global," ujarnya.

Australia adalah pengekspor daging sapi wagyu terbesar di dunia dan Matt percaya rantai pasokan telah berubah untuk kepentingan produsen.

"Anda bisa mendapat wagyu secara global sekarang di luar sektor layanan makanan, Anda dapat membelinya langsung. Saya pikir itu berperan dalam bangkitnya industri Wagyu secara cepat setelah penutupan karena Covid-19, terutama di pasar domestik," ungkapnya. 

Warga Australia ikut merasakannya

Peter Gilmour menjalankan usaha Irongate Wagyu di wilayah Great Southern Australia Barat.

Dia mengatakan sebelum pandemi Covid-19, bisnisnya hampir 100 persen berfokus pada ekspor.

"Tetapi ketika Covid-19 datang, tiba-tiba pasar mulai jatuh dan pesanan dibatalkan, karena restoran, hotel, dan maskapai papan atas membatalkan pesanan mereka," ungkap Gilmour. 

"Jadi kami harus berputar haluan dengan sangat cepat ke penjualan domestik," ucapnya.

Dia mengatakan penjualan kepada pelanggan di negara bagian Australia Barat (WA) sangat menjanjikan.

"Tanggapannya sangat luar biasa...kami cukup kagum bagaimana kami mendapat pesanan dari seluruh penjuru, dan dari berbagai orang, demografi yang berbeda, semuanya mencari wagyu."

Dia mengatakan tahun ini bisnisnya menjual sekitar 65 persen produknya di dalam negeri.

Namun, pesanan ekspor mulai "meningkat secara dramatis" terutama dari China, Taiwan, dan Hong Kong.

Matt mengatakan secara keseluruhan sekitar 10 persen wagyu Australia dijual di dalam negeri.

Dia mengatakan daya beli pasar ekspor akan selalu menjadi faktor seberapa besar penjualan domestik bisa tumbuh.

Mengalami kenaikan harga

Harga sapi Australia telah mencapai rekor tertinggi tahun ini, terlihat dari "Eastern Young Cattle Indicator" (EYCI) melonjak melampaui 1.000 sen per kilogram (cwt) untuk pertama kalinya.

Matt mengatakan produsen Wagyu melaporkan harga yang kuat, tetapi angka pastinya "tergantung pada rantai pasokan individu".

"Seluruh sektor dibangun di sekitar kemitraan pasokan jangka panjang dan integrasi vertikal, jadi sulit untuk mendapatkan (informasi) tentang apa sebenarnya yang premium dari itu,"

"Tapi, saya melihat banyak senyuman di wajah para peternak Wagyu saat ini, itu sudah pasti."

Peter mengatakan bisnisnya belum melihat kenaikan harga yang besar untuk daging sapi Wagyu, tetapi Wagyu masih menikmati pasar premium yang kuat.

"Inilah perbedaan membeli fillet scotch seharga 40 dollar Australia (Rp 400.000) per kilogram, dibandingkan dengan 130 dollar Australia (Rp 1.300.000) per kilogram. Itulah kisaran yang Anda lihat antara produksi daging sapi normal hingga produksi wagyu kelas atas," ujarnya. 

Permintaan terus mengalir

Perusahaan Pertanian Australia (AACo) adalah pengelola kawanan sapi Wagyu terbesar di Australia.

Laporan keuangan 2020-2021 menunjukkan harga daging rata-rata per kilogramnya meningkat 8 persen, atau naik 15,5 dollar Australia (sekitar Rp 163.700) per kilogram dan nilai ternaknya, yang didominasi oleh sapi F1 Wagyu, meningkat sebesar 64 juta dollar Australia (Rp 676 miliar).

Pada rapat umum tahunan minggu ini, ketua AACo Donald McGauchie mengatakan "tantangan paling jelas" adalah gangguan pada pasar restoran dan layanan makanan.

"Pada tahun yang baru saja berlalu, para koki sangat dibatasi. Ini berdampak pada penjualan AACo melalui jaringan layanan makanan yang ada," katanya.

"Sebagai responnya, tim AACo telah bekerja keras untuk mengembangkan saluran penjualan ritel kami yang berjalan paralel."

Donald McGauchie mengatakan perusahaan telah mampu menangkap peluang baru selama pandemi, dan menurutnya fundamental untuk daging sapi berkualitas tinggi tetap kuat.

"Permintaan pada produk kami terus mengalir dari kelas menengah dunia, termasuk pasar masakan rumahan gourmet yang berkembang," katanya.

"Kami mengharapkan permintaan terus tumbuh."

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/03/212351570/usaha-daging-wagyu-di-australia-bangkit-cepat-dari-pandemi-covid-19

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke