Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Semangat Filantropi Pengusaha Kaya China Makin Tinggi, Murni Tulus atau Ditekan Partai Komunis China?

BEIJING, KOMPAS.com - Miliarder China menjadi sangat dermawan akhir-akhir ini. Dalam beberapa bulan terakhir, Wang Xing, ketua dan pendiri raksasa pengiriman makanan Meituan, menyumbangkan sekitar 2,7 miliar dollar AS dalam bentuk saham untuk amal pribadinya.

Ada pula Colin Huang, pendiri raksasa e-commerce Pinduoduo, setelah mengundurkan diri sebagai ketua perusahaan pada Maret lalu, langsung menghadiahkan sekitar 1,85 miliar dollar AS untuk dana pendidikan.

Awal tahun ini, He Xiangjian dari perusahaan peralatan rumah tangga besar Midea dan Xu Jiayin dari perusahaan real estate Evergrande, masing-masing juga menyumbang lebih dari 975 juta dan 370 juta dollar untuk program pengentasan kemiskinan, perawatan medis, dan budaya.

Daftar sumbangan terus bertambah, dengan miliarder seperti Zhang Yiming, pendiri induk perusahaan TikTok ByteDance, yang memberikan sekitar 77 juta dollar AS untuk pendidikan di kampung halamannya, Longyan, Provinsi Fujian.

Mantan atlet selam Olimpiade Guo Jingjing, juga menyumbangkan 10 juta dollar AS.

Namun, dilansir Al Jazeera, di balik semakin meningkatnya gelombang filantropi dan pemberian hadiah pribadi ini, ada tangan pemerintah China di baliknya.

Dengan lebih dari 1.058 miliarder, menurut data Hurun Global Rich List 2021 yang dirilis awal tahun ini, China punya lebih banyak kekayaan daripada negara lain mana pun di Bumi, termasuk benteng kapitalis AS.

Lonjakan kekayaan itu, nyatanya membuat Beijing semakin khawatir bahwa kesenjangan antara kaya dan miskin dapat menjadi masalah bagi pemerintahan Partai Komunis, baik dalam persepsi, kenyataan, atau keduanya.

Bagi Partai Komunis Tiongkok (PKC) dan elite yang menopang sistem politik, meningkatnya ketimpangan kekayaan dipandang sebagai ancaman terhadap cengkeraman mereka pada kekuasaan, kata para analis.

“Saya pikir kesenjangan pendapatan adalah masalah besar bagi para elite, tetapi mereka akan mengesampingkan itu karena pada akhirnya, itu bukanlah masalah," kata Tom Cliff, dosen senior di Australian National University yang mempelajari elit bisnis di China.

"Masalahnya adalah apa yang dihasilkan dari kesenjangan pendapatan itu," tambahnya.

Cliff bahkan merasa bahwa para elite tidak benar-benar peduli dengan orang-orang.

“Saya pikir mereka hanya peduli tentang perbedaan pendapatan yang besar yang bisa dihasilkan untuk seluruh struktur, yang membuat mereka tetap menjadi elite," ujarnya.

Pengusaha China, khususnya raksasa teknologinya, telah mendapat khusus perhatian sejak salah satu pendiri dan mantan CEO Alibaba Jack Ma, berbeda pendapat dengan kepemimpinan negara itu akhir tahun lalu.

Pemerintah pun mengeluarkan banyak regulasi dan arahan yang bertujuan untuk menahan "kekuatan" mereka yang semakin besar.

Kegiatan yang biasa dilakukan para pengusaha ini, seperti mengumpulkan kekayaan besar, mengekspresikan individualitas mereka, memulai yayasan amal dan lembaga pendidikan atas nama mereka, semakin tidak mungkin "ditoleransi" di China.

Pesan terus-menerus dari media pemerintah sejak Presiden Xi Jinping mengunjungi museum yang didirikan pengusaha dan filantropis Zhang Jian, memberi isyarat pada miliarder China bahwa mereka harus "sejalan".

Orang kaya China, memang disebut meraup untung sampai 1,5 triliun dollar AS, yang belum pernah terjadi sebelumnya, ke dalam kekayaan mereka di puncak pandemi Covid-19 pada 2020.

Di sisi lain, mereka juga menderita kerugian sebesar 16 miliar dollar AS untuk kekayaan mereka pada paruh pertama tahun 2021.

Tapi tindakan keras dan peraturan China, meningkatkan tekanan bagi mereka untuk menemukan semangat filantropi, yakni menyumbang untuk masyarakat.

Dorongan bagi pengusaha China untuk melonggarkan dompet mereka dan memberikan sumbangan kepada masyarakat, dituangkan dalam rencana lima tahun terakhir pemerintah yang disetujui pada Maret lalu.

Aturan menganjurkan "penciptaan kesejahteraan publik", dan mempromosikan amal sebagai alat distribusi kekayaan.

Disebut sebagai "distribusi ketiga", sumbangan ini masuk dalam rencana yang diarahkan untuk pembenahan sistem pendidikan China.

Ini juga ditujukan untuk "mempercepat pengembangan bakat" dalam sains, teknologi, pertanian, dan kedokteran.

https://www.kompas.com/global/read/2021/07/17/154540870/semangat-filantropi-pengusaha-kaya-china-makin-tinggi-murni-tulus-atau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke