Dilansir Al Jazeera, wabah kedua yang diumumkan Februari lalu, sudah menewaskan sekitar 12 dari 16 orang yang terjangkit.
Tak hanya WHO, kementerian kesehatan negara yang terletak Afrika Barat itu juga mengonfirmasi berakhirnya wabah.
"Saya mendapat kehormatan untuk mengumumkan berakhirnya Ebola di Guinea," kata pejabat WHO Alfred Ki-Zerbo Sabtu (19/5/2021).
Zerbo mengumumkannya pada sebuah upacara di wilayah tenggara Nzerekore, di mana penyakit itu muncul awal tahun ini.
Menteri Kesehatan Guinea Remy Lamah pun juga menambahkan hal serupa.
"Atas nama kepala negara (Presiden Alpha Conde) saya ingin menyatakan berakhirnya kebangkitan Ebola di Guinea," ujarnya.
Otoritas kesehatan setempat memang bergerak cepat untuk mengatasi kebangkitan virus ini.
Mereka belajar penanganan dari wabah yang pernah terjadi sebelumnya di Guinea dan Republik Demokratik Kongo.
“Berdasarkan pelajaran dari wabah tahun 2014–2016 dan melalui upaya respons yang cepat dan terkoordinasi, Guinea berhasil mengendalikan wabah dan mencegah penyebaran di luar perbatasannya,” kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Pada Februari, Guinea meluncurkan upaya vaksinasi untuk menghentikan penyebaran penyakit tersebut.
“Kami berhasil dengan sangat cepat untuk vaksinasi Ebola dan menahan penularan menggunakan pendekatan diagnostik yang sangat efektif,” ujar ilmuwan biomedis dan ahli penyakit virus, Sterghios Moschos pada Al Jazeera.
Moschos menambahkan, keberhasilan bisa dicapai karena penerapan "skema vaksinasi cincin."
Ini memungkinkan orang yang berada di sekitar individu yang terinfeksi Ebola, divaksinasi dengan sangat cepat dan "dilindungi dengan kemanjuran 100 persen".
"Dana bantuan dari masyarakat internasional juga memainkan peran penting dalam mengatasi krisis Ebola tahun ini," ungkap Moschos.
“Bantuan internasional yang disatukan untuk mencoba dan membalikkan keadaan, membawa banyak uang pada masyarakat lokal," ujar Moschos.
"Ini tak hanya menghidupkan kembali pelatihan profesional perawatan kesehatan, tapi juga membawa pemahaman masyarakat lokal tentang penyakit ini," tambahnya.
Moschos juga menyatakan bahwa secara budaya, orang tidak memiliki pengalaman tentang Ebola ketika penyakit itu muncul.
"Mereka pun jadi tidak tahu bagaimana cara menanggapinya,” ujarnya.
Wabah Ebola pada 2014-2016 menewaskan 11.300 orang, sebagian besar di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia.
Wabah ini menyebabkan demam parah dan dalam kasus terburuk, pendarahan tak terbendung.
Ebola ditularkan melalui kontak dekat dengan cairan tubuh. Oang-orang yang tinggal atau merawat pasien Ebola dianggap punya risiko tertular paling tinggi.
https://www.kompas.com/global/read/2021/06/20/120641370/who-umumkan-berakhirnya-wabah-ebola-kedua-di-guinea