Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengalaman Terusan Suez Macet Dimanfaatkan Rusia untuk Tawarkan Rute Laut Utara

SUEZ, KOMPAS.com - Pengalaman Terusan Suez macet selama 6 hari karena kapal Ever Given yang tersangkut dan menghalangi jalan ratusan kapal melintas, menjadi peluang Rusia menawarkan Rute Laut Utara (NSR).

Melansir Insider pada Rabu (31/3/2021), lintasan penting dunia yang macet dimanfaatkan pejabat Rusia untuk mengkampanyekan Rute Laut Utara, koridor maritim Arktik, yang dikelola Rusia.

Pada Kamis (25/3/2021), seorang pejabat pengembangan Samudra Arktik dan perusahaan nuklir negara, Rosatom, yang bertanggung jawab atas pengembangan rute itu, mengatakan insiden itu menunjukkan "betapa rapuhnya rute antara Eropa dan Asia".

"Pembangunan Ruter Laut Utara menegantisipasi risiko logistik dan membuat perdagangan global lebih berkelanjutan," kata pejabat itu, Vladimir Panov kepada kantor berita Rusia, Interfax.

"Tidak diragukan lagi, negara-negara Asia, seperti China, Jepang, dan Korea Selatan akan mengambil preseden dari penyumbatan Terusan Suez sebagai pertimbangan dalam rencana strategis jangka panjang mereka," lanjutnya.

Sehari kemudian pada Jumat (26/3/2021), pejabat senior Arktik Rusia, Nikolai Korchunov, mengatakan insiden kanal di Mesir itu "menyoroti" perlunya alternatif untuk Terusan Suez, "terutama Jalur Laut Utara."

"Karena itu, permintaan untuk Rute Laut Utara akan tumbuh dalam jangka pendek dan jangka panjang. Tidak ada alternatif untuk itu," kata Korchunov kepada outlet media pemerintah, Tass.

Rusia telah banyak berinvestasi di Rute Laut Utara, yang memotong sekitar 4.000 mil laut dari perjalanan antara Eropa dan Asia melalui Terusan Suez.

Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan pada 2018 bahwa kargo yang bergerak di sepanjang NSR harus naik menjadi 80 juta metrik ton pada 2024 atau naik dari sekitar 11 juta metrik ton pada 2017.

Kementerian Energi Rusia mengatakan pada Senin (29/3/2021), lalu lintas kargo di rute itu pada 2020 hampir 33 juta metrik ton, dan jumlah itu "memiliki potensi besar untuk berkembang", setelah pengalaman Terusan Suez terblokir.

Rute tersebut dapat dinavigasi dengan "terus berkembang dan pada 2020 mencapai 9-10 bulan," tambah kementerian itu.

Efek pemanasan global telah memungkinkan lebih banyak lalu lintas kapal, dengan 62 transit rute hingga awal Desember 2020, dibandingkan dengan 37 transit pada 2019.

Sebuah kapal tanker melakukan transit paling awal ke timur pada Mei 2020.

Kapal tanker yang sama berlayar ke arah barat dari China pada Februari 2020, menjadi kapal komersial pertama yang transit di rute tersebut pada tahun tersebut.

Perlu diketahui, Rute Laut Utara masuk dalam wilayah Kutub Utara, sehingga lingkungan airnya memiliki banyak es.

Di tengah pemanasan global yang terus meningkat, es yang menutupi rute Laut Utara itu semakin surut dan dinilai membuat aktivitas manusia di sana lebih layak.

"Sebenarnya bukan (rute) alternatif dalam arti komersial yang kompetitif," kata Elizabeth Buchanan, dosen studi strategis di Deakin University yang berbasis di Australian War College, mengatakan kepada Insider.

Es di Samudra Arktik yang tidak dapat diprediksi, membuat asuransi pengiriman oleh kapal masih mahal dibandingkan melalui rutelain.

Terlebih, kondisi berbahaya di rute dan persyaratan akses Moskwa yang ketat cenderung mematikan pengirim.

Apalagi, kurangnya pelabuhan dan jaringan transportasi lainnya di sepanjang rute "juga menjadi faktor pertimbangan perihal komersial," tambah Buchanan, seorang rekan di Institut Perang Modern West Point.

https://www.kompas.com/global/read/2021/03/31/105756370/pengalaman-terusan-suez-macet-dimanfaatkan-rusia-untuk-tawarkan-rute-laut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke