Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

UPDATE: Korban Tewas Ledakan Pangkalan Militer Bata Meningkat Jadi 98 Orang

Ledakan itu menghantam pangkalan militer di Bata, kota utama negara Afrika Tengah tersebut.

Para pejabat menyalahkan dinamit yang disimpan dengan buruk. Petani yang membiarkan pembakaran tunggul berkobar di luar kendali juga disebut bersalah dalam insiden ini.

Korban tewas, diperbarui setelah sukarelawan menghabiskan seharian penuh untuk mencari puing-puing mayat pada Senin (8/3/2021).

Kini korban melonjak hingga lebih dari tiga kali lipat perkiraan awal yang berjumlah 31 orang, menjadi 98 orang.

Ada 615 orang lainnya terluka, dengan 299 korban diantaranya masih mendapat perawatan di rumah sakit.

Tiga anak kecil ditemukan masih hidup dan dibawa ke rumah sakit.

“Hampir semua bangunan dan rumah di kota mengalami "kerusakan besar,” kata Presiden Teodoro Guinea Ekuatorial, Obiang Nguema mengutip BBC pada Selasa (9/3/2021).

Dalam keterangannya, Nguema mengatakan ledakan itu disebabkan oleh kelalaian satu unit yang bertugas menjaga dan melindungi simpanan dinamit dan bahan peledak di pangkalan militer Nkoantoma.

Pangkalan itu kemudian terbakar karena petani tetangga membersihkan lahan pertanian dengan membakarnya, sehingga menyebabkan ledakan.

Presiden Guinea Ekuatorial, telah meminta bantuan internasional.

Dalam serangkaian unggahan di Twitter, Kementerian Kesehatan Guinea Ekuatorial meminta tenaga kesehatan sukarela untuk pergi ke Rumah Sakit Daerah Bata. Sumbangan donor darah juga mendesak diperlukan.

Kementerian tersebut mengatakan tim kesehatan mental juga dikerahkan untuk membantu para korban.

TV pemerintah melaporkan beberapa rumah sakit kewalahan dengan jumlah pasien yang dirawat. Terlihat dari gambar yang disiarkan, sejumlah orang terluka terbaring di lantai rumah sakit yang penuh sesak.

Video setelah ledakan menunjukkan pemandangan kacau dengan orang-orang yang tertekan melarikan diri saat asap melayang di atas area tersebut.

"Kami belum tidur sepanjang malam. Rumah-rumah terbakar sepanjang malam dan kami terus mendengar ledakan kecil," kata seorang warga kepada kantor berita AFP:

Yang lain menggambarkan bagaimana pamannya menemukan mayat lima anggota keluarganya yang terbakar.

Satu-satunya partai oposisi, CPDS, menggambarkan ledakan itu sebagai "bencana kemanusiaan terbesar dalam sejarah Guinea Ekuatorial." Negara itu meminta Spanyol, Prancis, hingga Amerika Serikat untuk mengirim bantuan, termasuk tim penyelamat, staf medis, dan obat-obatan.

Menteri Luar Negeri Spanyol Arancha Gonzalez dalam kicauan di Twitter pada Senin (8/3/2021) menyatakan Spanyol akan "menanggapi insiden itu dengan pengiriman segera bantuan kemanusiaan".

Guinea Ekuatorial merupakan satu-satunya negara berbahasa Spanyol di Afrika. Negara ini memperoleh kemerdekaan dari Spanyol pada 1968.

Wilayah teritorinya terbagi antara daratan dan sebuah pulau, dengan ibukotanya berada di Malabo.

Presiden Obiang Nguema, yang berkuasa sejak 1979, telah berulang kali dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Pejabat Pemerintahan Barat dan LSM juga menuduh presiden dan keluarganya melakukan korupsi besar-besaran.

Menurut PBB dan Bank Dunia, meskipun kaya akan minyak dan gas, 76 persen dari 1,5 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan.

https://www.kompas.com/global/read/2021/03/09/100858970/update-korban-tewas-ledakan-pangkalan-militer-bata-meningkat-jadi-98

Terkini Lainnya

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke