Inggris mengambil langkah pertama dan tidak dapat diubah untuk keluar dari aturan lockdown ketat dalam upaya pengendalian infeksi Covid-19.
Langkah tersebut mendapat dukungan sebanyak sembilan dari sepuluh orang tua, yang telah melakukan homeschooling sejak Januari.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyerukan pembukaan kembali sekolah di Inggris. Tapi kepala sekolah dan guru harus siap menghadapi tantangan epik, untuk berulang kali menguji lebih dari tiga juta anak sekolah menengah, selama dua minggu pertama.
Sekitar 57 juta paket tes Covid-19 telah dikirim ke sekolah dan perguruan tinggi. Ini dilakukan untuk memastikan pembukaan fasilitas pendidikan yang aman, dan memutus rantai penularan.
Melansir Daily Mail pada Minggu (7/3/2021), Institute for Fiscal Studies (IFS) melaporkan ada 89 persen orang tua akan mengirim kembali anak mereka ke sekolah pada Senin (8/3/2021), meski keputusan itu bersifat opsional.
Jumlah itu lebih tinggi, dibandingkan persentase pada musim panas lalu. Di mana hanya 65 persen keluarga yang merasa nyaman dengan langkah pembukaan sekolah.
Pekan lalu, Komisaris Anak-anak Anne Longfield memperingatkan, anak-anak akan kehilangan setara dengan 840 juta hari sekolah karena lockdown jika sekolah belum dibuka pada 8 Maret.
Laporan IFS yang sama menemukan sekitar dua dari tiga orang tua khawatir anak mereka ketinggalan pelajaran. Orang tua meyakini perlu waktu hingga satu tahun untuk memulihkan keadaan yang hilang selama pandemi.
Mantan pemimpin Tory, Sir Iain Duncan Smith, menilai sangat penting mengembalikan anak-anak ke sekolah dengan selamat.
"Kita harus membuka sekolah kembali. Kami tidak bisa membuka ekonomi kecuali sekolah sudah kembali dan orang tua bisa pergi bekerja.” katanya.
Menurutnya, pandemi sudah membuat masyarakat termiskin menderita lebih dari siapa pun.
Boris Johnson mengatakan pembukaan kembali sekolah adalah hasil dari “upaya bersama secara nasional” untuk memberantas virus.
Tetapi para ahli memperingatkan Inggris masih jauh dari apa yang disebut keluar dari kesulitan.
“Kita perlu melakukan tindakan penyeimbangan ini dengan benar dan kita perlu terbuka pada tingkat vaksinasi, juga menjaga infeksi tetap terkendali, apa adanya,” kata pakar penyakit menular Dr Mike Tildesley.
Menurutnya jelas banyak hal bergerak ke arah yang benar. Tetapi dalam beberapa minggu ke depan akan menjadi penting untuk memantau apa yang terjadi.
Kepada Times Radio, dia memperingatkan orang tua agar tidak berkumpul di gerbang sekolah.
“Hanya karena Anda tidak berada di rumah bersama anak-anak Anda yang masih kecil, jangan gunakan itu sebagai alasan untuk pergi keluar dan bergaul dengan orang lain.
“Mungkin dengan sekolah terbuka, kami dapat mempertahankan “angka R” di bawah 1 tetapi jika kita ingin mencapai itu, kita semua harus tetap mengikuti aturan.”
Sekitar 3,41 juta siswa sekolah menengah diharapkan mengikuti tiga tes cepat Covid-19, dalam skema pengujian massal terbesar yang pernah dilakukan di negara ini.
Tes swab dilakukan secara sukarela. Ada kekhawatiran tindakan ini dapat dengan cepat berubah menjadi kekacauan, karena banyak orang tua yang menolak menandatangani formulir persetujuan.
Di beberapa sekolah menengah, kurang dari separuh keluarga setuju untuk tes. Sementara kepala dan petugas kesejahteraan menghabiskan beberapa hari terakhir dengan panik menelepon orang tua murid.
“Saya harap saya terbukti salah, tetapi ini hanya terasa seperti bencana yang menunggu untuk terjadi,” kata Molly Kingsley, pendiri grup kampanye orang tua UsforThem.
Tampaknya ini adalah intervensi logistik yang sangat mahal dan sangat kompleks. Sebab guru harus memaksa orang untuk membuat upaya pecegahan berhasil. Atau mengatakan tes itu benar-benar sukarela.
“Dalam hal ini semuanya (upaya pencegahan) akan gagal jika orang tua tidak memberikan persetujuan mereka."
Jika seorang siswa menghasilkan tes negatif setelah tes pertama mereka, mereka akan dapat menghadiri pelajaran di kelas. Tetapi mereka harus pulang dan mengisolasi diri jika hasilnya positif.
Setelah tiga tes dalam dua minggu pertama, siswa kemudian harus mengikuti dua tes di rumah setiap minggu dalam waktu yang sudah ditentukan.
Menteri Pendidikan Inggris Gavin Williamson memuji sistem ini. Menurutnya pengujian siswa dilakukan agar mereka tetap aman.
Namun, kepala sekolah Sarah Bailey, dari Bluecoat Beechdale Academy di Nottingham, mengatakan hanya setengah dari orang tua di sekolahnya telah memberikan persetujuan mereka.
“Itu membuat staf merasa sangat tidak nyaman tentang kembali ke sekolah yang aman. Saya pikir itu cukup cacat,” tambahnya.
“Jika semua orang setuju, itu akan menjadi rencana yang bagus. Tetapi dengan begitu sedikit yang menerima tawaran pengujian. Saya tidak yakin dengan jumlah usaha, waktu, dan uang yang telah dikeluarkan untuk itu, akan menuai hasil yang kami perkirakan.”
https://www.kompas.com/global/read/2021/03/08/040000070/siswa-siap-kembali-ke-kelas-inggris-bagikan-57-juta-alat-tes-covid-19-ke