Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

AS Minta Para Pendeta Atasi Perpecahan Rasial Soal Vaksin Covid-19

Demi menjalankan misi itu, Pendeta Wallace Charles Smith misalnya, dengan sangat hati-hati berbicara tentang cinta dan vaksinasi. Khotbah itu diungkapkan pada Hari Valentine di Gereja Baptis Shiloh.

"Itulah makna cinta. Ketika Anda divaksinasi, Anda katakan pada orang-orang di sekeliling Anda bahwa Anda mencintai mereka sehingga Anda tidak ingin mereka terluka, celaka atau tertimpa bahaya," ujar Pendeta Smith, Minggu (14/2/2021).

Dia menyarankan agar jemaatnya menjaga "semangat cinta" untuk melakukan vaksinasi dan mengajak yang lainnya turut serta.

Distrik Columbia menawarkan vaksinasi kepada para penduduk lansia di atas 65 tahun namun para manula miskin dan berasal dari kulit hitam di Washington itu banyak yang masih tertinggal.

Warga kulit hitam di sana hanya sedikit di bawah setengah dari populasi Washington DC namun menyumbang angka kematian hampir 3/4 akibat Covid-19 di kota itu.

Para pejabat AS menyalahkan warganya yang tidak percaya terhadap lembaga medis, terutama setelah para pejabat senior kulit hitam mengeksploitasi ketakutan warga Afro-Amerika berdasarkan studi Sifilis Tuskegee yang mengerikan.

Studi Sifilis Tuskegee adalah kondisi di mana ratusan pria kulit hitam dari pedesaan yang miskin dan menderita Sifilis dirawat dengan perawatan yang minim selama beberapa dekade sebagai bagian dari penelitian.

“Kami tahu kami perlu fokus pada komunitas kulit hitam dan coklat,” ujar Dr. LaQuandra Nesbitt, direktur departemen kesehatan distrik, pada awal bulan ini dikutip Associated Press (AP).

“Jangan menyerah pada komunitas kulit berwarna yang tertarik dengan vaksin. Mari lanjutkan menjawab pertanyaan mereka. Mari terus berhati-hati dalam menjawab pertanyaan mereka."

Pemerintah kota D.C sendiri sudah memprioritaskan vaksin untuk sebagian besar wilayah yang didomisili keturunan Afro-Amerika termasuk memvaksinasi para pendetanya.

Laporan terbaru menunjukkan jumlah kesenjangannya semakin sempit namun bagian tenggara dari komunitas kulit hitam kota masih lambat dalam mendapatkan vaksinasi.

Pendeta berperan mengatasi "kegelisahan"

Menurut pendeta James Coleman dari All Nations Baptist yang divaksin bersama pendeta Smith, ada ketidakpercayaan di komunitas kulit hitam, "Kami tidak bisa mengabaikannya."

"Gereja dan khususnya gereja kulit hitam sangatlah penting, itulah yang dilakukan pendeta."

Coleman sendiri telah berupaya menciptakan suasana positif tentang vaksin di antara para senior di gerejanya.

Sebelum khotbah Minggu pagi kemarin, yang dilakukan melalui konferensi audio, umat paroki lanjut usia di gereja tempat Coleman mengabdi saling memberikan kabar kemajuan dan selamat kepada mereka yang telah divaksin.

"Mulanya ada kegelisahan yang harus diatasi," ungkap Coleman. "Orang-orang di luar komunitas kulit hitam terkadang tidak dapat memahami kepekaan itu."

Departemen kesehatan di seluruh AS menghadapi tantangan yang sama, dan yurisdiksi lain juga meminta para pemimpin agama untuk membantu menghilangkan ketakutan akan vaksin.

“Peran kami sebagai pendeta dan pemimpin berbasis agama adalah untuk menjadi optimistis dan penuh harapan. Kami berkata kepada orang-orang kami bahwa vaksin ini adalah anugerah kehidupan. Kami percaya pada sains,” kata pendeta HB Holmes Jr dari Gereja Misionaris Bethel di Tallahassee, Florida.

Holmes telah divaksinasi, dan gerejanya telah menyelenggarakan drive vaksinasi.

Di Washington, Gereja Baptis Pennsylvania Avenue telah ditetapkan sebagai "mitra vaksinasi berbasis iman," dengan tempat vaksinasi portabel yang dipasang di tempat parkir gereja dua kali seminggu.

https://www.kompas.com/global/read/2021/02/22/190356370/as-minta-para-pendeta-atasi-perpecahan-rasial-soal-vaksin-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke