Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Setelah Dikarantina 2 Pekan, Tim WHO Mulai Penyelidikan Covid-19 di Wuhan

Para peneliti meninggalkan pusat karantina di ibu kota Provinsi Hubei itu, setelah diisolasi selama dua pekan sejak 14 Januari.

Kota di China tengah itu dikenal sebagai klaster pertama virus corona, ketika kasus infeksi merebak di Desember 2019.

Mengenakan masker, tim penyelidik WHO duduk di bus yang hendak mengangkut mereka. Tak diketahui di mana mereka akan memulai investigasi.

Covid-19 ini diyakini berasal dari kelelawar, dan dijual sebagai makanan di pasar Seafood Huanan, yang juga menjual hewan liar lainnya.

Hingga 2021 ini, virus corona itu sudah membunuh lebih dari dua juta orang di seluruh dunia dan membuat ekonomi negara kolaps.

Tim penyelidik menyatakan, fokus mereka adalah mencari kunci bagaimana cara virus itu melompat dari binatang ke manusia.

Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki menyatakan, penting bagi mereka "mencari sampai ke akarnya" bagaimana virus itu menyebar di seluruh dunia.

Psaki menyuarakan "misinformasi yang dilontarkan sejumlah sumber di China", dan meminta investigasinya digelar "secepat dan sejernih mungkin".

Dalam misi yang sempat ditunda oleh Beijing, tak diketahui tempat-tempat mana saja yang diperbolehkan diselidiki oleh tim pakar.

Maupun, bukti penting apa yang bakal mereka dapatkan terkait asal usul virus corona yang diperdebatkan dalam setahun terakhir.

Bagaimana virus itu menyebar masih menjadi topik tabu di "Negeri Panda" saat ini, seperti diberitakan AFP Kamis (28/1/2021).

Partai Komunis China disebut berusaha meredam segala narasi kontra yang bisa menunjukkan kegagalan mereka menangani pandemi.

Selain teori virus berasal dari kelelawar, dugaan lainnya, yang diembuskan Beijing, menyatakan wabah itu berasal dari tempat lain.

Teori lain dikemukakan mantan Presiden AS Donald Trump, yang mengeklaim virus itu berasal dari laboratorium di Wuhan.

Kerabat dari pasien Covid-19 yang meninggal dilaporkan ingin bertemu dengan WHO, dan mengeklaim mereka mendapat tekanan jenis baru.

Mereka menuding Beijing sudah menghapus grup di WeChat, berisi sejumlah keluarga korban meninggal yang berdiskusi saat tim WHO tiba.

"Ini menunjukkan otoritas China gugup. Mereka takut jika kami bisa menghubungi tim WHO," ucap Zhang Hai, yang ayahnya meninggal karena corona.

Kerabat korban meninggal itu menuding, pemerintah Wuhan maupun Provinsi Hubei begitu gigih menyembunyikan wabah tersebut.

Mereka mengatakan, pemerintah setempat tidak memberi respons cepat dan mengumumkannya ke publik saat kasus pertama muncul di akhir 2019.

Berdasarkan data resmi setempat, Covid-19 sudah membunuh hampir 3.900 orang di Wuhan, dengan total 4.636 korban meninggal di seluruh China.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/28/152040670/setelah-dikarantina-2-pekan-tim-who-mulai-penyelidikan-covid-19-di-wuhan

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke