Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Habitatnya Tergerus, Platipus Spesies Asli Australia Terancam Punah

Penelitian yang dilakukan University of New South Wales (UNSW) menyebutkan penurunan terburuk jumlah populasi terjadi di daerah seperti Lembah Murray-Darling yang sistem sungai alaminya telah dimodifikasi oleh manusia.

Menurut penelitian tersebut, pembangunan bendungan, ekstraksi berlebihan, pembukaan lahan, polusi dan pemangsaan oleh anjing liar dan rubah merupakan ancaman utama bagi platipus.

Diperkirakan setengah populasi hewan ini musnah akibat berbagai ancaman tersebut.

"Dikhawatirkan populasi platipus akan menghilang dari beberapa sungai dan tidak akan pernah kembali, jika jumlah sungai terus menurun karena kekeringan dan pembangunan bendungan," kata Richard Kingsford, penulis laporan penelitian dari UNSW.

"Kita punya tanggung jawab secara nasional dan internasional untuk menjaga hewan unik ini. Bukti-bukti yang kami temukan tak menunjukkan tanda menggembirakan," katanya.

"Populasi platipus mengalami penurunan, sehingga kita perlu berbuat sesuatu sebelum terlambat," ujar Richard.

Wilayah jelajah mamalia bertelur ini mengalami penurunan terbesar di negara bagian NSW, di mana 32 persen habitatnya telah lenyap.

Queensland telah kehilangan 27 persen habitat platipus sementara Victoria hanya kehilangan 7 persen.

Penelitian ini dilakukan UNSW atas permintaan dari Australian Conservation Foundation (ACF).

ACF, WWF Australia dan Humane Society International kini telah secara resmi menominasikan platipus sebagai spesies yang keberadaannya terancam menurut UU Lingkungan Hidup federal dan NSW.

Nominasi ini akan ditinjau sebelum spesies tersebut nantinya secara resmi akan diputuskan masuk daftar spesies yang terancam.

"Di satu sisi UU Lingkungan Hidup federal harus lebih kuat, dan mencantumkan platipus sebagai spesies yang terancam. Di sisi lain, ini merupakan langkah awal dalam melestarikan spesies ikonik Australia," kata Dr Paul Sinclair dari Australian Conservation Foundation.

Platipus sudah terdaftar sebagai spesies yang "hampir terancam" dalam Daftar Merah Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).

Platipus terdaftar dalam kategori "terancam punah" di Australia Selatan dan baru-baru ini direkomendasikan untuk didaftarkan sebagai spesies yang "rentan" di Victoria.

Hal ini memudahan pengalokasian sumber daya untuk perlindungan mereka.

Menteri Lingkungan Hidup Australia Sussan Ley mengumumkan berbagai langkah untuk melindungi koala melalui program senilai 18 juta dollar Australia atau sekitar Rp 186 miliar.

Salah satu program yang akan dilakukan yaitu "sensus" berupa pemantauan berkala setiap tahun untuk menentukan lokasi keberadaan koala, dan seberapa baik mereka hidup di lingkungan itu.

"Dari semua fokus kita tentang koala, para ilmuwan menyampaikan adanya kekurangan data lokasi populasi mereka, bagaimana keadaan mereka, dan cara terbaik memulihkan mereka setelah kebakaran hutan menghancurkan habitat mereka," kata Menteri Susan Ley.

Paket tersebut juga mencakup pendanaan untuk penelitian kesehatan koala, pemulihan habitat melalui penanaman kembali, pengendalian gulma, pemagaran, pemeliharaan dan perencanaan menghadapi kebakaran.

Komisoner untuk Spesies yang Terancam, Dr Sally Box, mengatakan program ini penting setelah kebakaran besar yang menewaskan dan melukai ribuan koala.

"Pengumuman ini akan mendukung masyarakat konservasi dalam merespon kebakaran hutan musim panas 2019/20 yang berdampak pada habitat koala dan spesies terancam lainnya di Australia," katanya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/11/24/211811670/habitatnya-tergerus-platipus-spesies-asli-australia-terancam-punah

Terkini Lainnya

Israel Konfirmasi Semakin Banyak Sandera Tewas, Ini Alasannya

Israel Konfirmasi Semakin Banyak Sandera Tewas, Ini Alasannya

Global
G7 Dukung Perjanjian Damai di Gaza, Minta Hamas Segera Menerimanya

G7 Dukung Perjanjian Damai di Gaza, Minta Hamas Segera Menerimanya

Global
[POPULER GLOBAL] Ini Alasan Korut Kirim Balon Sampah | Kakak Adik Nikahi 1 Perempuan

[POPULER GLOBAL] Ini Alasan Korut Kirim Balon Sampah | Kakak Adik Nikahi 1 Perempuan

Global
Kedubes Israel di Romania Dilempari Bom Molotov

Kedubes Israel di Romania Dilempari Bom Molotov

Global
Alasan Kenapa Trump Tetap Bisa Maju ke Pilpres AS 2024 Andaikan Dipenjara

Alasan Kenapa Trump Tetap Bisa Maju ke Pilpres AS 2024 Andaikan Dipenjara

Global
Memanas, Korea Selatan Berencana Setop Perjanjian Militer Buntut Korea Utara Kirim Balon Sampah

Memanas, Korea Selatan Berencana Setop Perjanjian Militer Buntut Korea Utara Kirim Balon Sampah

Global
Kisah Collier Landry, Bocah 11 Tahun yang Yakinkan Detektif bahwa Ayahnya Membunuh Ibunya

Kisah Collier Landry, Bocah 11 Tahun yang Yakinkan Detektif bahwa Ayahnya Membunuh Ibunya

Global
Sri Lanka: 455 Orang Ditipu untuk Berperang bersama Rusia di Ukraina

Sri Lanka: 455 Orang Ditipu untuk Berperang bersama Rusia di Ukraina

Global
Israel Masih Gempur Rafah hingga Khan Younis, Korban Terus Berjatuhan

Israel Masih Gempur Rafah hingga Khan Younis, Korban Terus Berjatuhan

Global
Kisah Kakak Beradik di Vietnam Nikahi 1 Perempuan, Tinggal Bersama dan Punya 10 Anak

Kisah Kakak Beradik di Vietnam Nikahi 1 Perempuan, Tinggal Bersama dan Punya 10 Anak

Global
Rangkuman Hari Ke-830 Serangan Rusia ke Ukraina: Belgorod dan Kursk Diserang | Pemakaman Relawan Medis

Rangkuman Hari Ke-830 Serangan Rusia ke Ukraina: Belgorod dan Kursk Diserang | Pemakaman Relawan Medis

Global
Ukraina Serang Belgorod dan Kursk, 2 Wilayah di Perbatasan Rusia

Ukraina Serang Belgorod dan Kursk, 2 Wilayah di Perbatasan Rusia

Global
4 Tantangan Besar Ini Menanti Presiden Baru Meksiko

4 Tantangan Besar Ini Menanti Presiden Baru Meksiko

Global
Tak Bisa Temukan Susu, Ibu di Gaza Terpaksa Beri Tepung ke Sang Buah Hati...

Tak Bisa Temukan Susu, Ibu di Gaza Terpaksa Beri Tepung ke Sang Buah Hati...

Global
Apa Dampak Ukraina Diizinkan Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia?

Apa Dampak Ukraina Diizinkan Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke