Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Warga Perancis Marah menjadi Target Serangan Terorisme

PARIS, KOMPAS.com - Banyak warga Perancis teringat aksi penyerangan terorisme 4 tahun silam, ketika kepolisian mengumumkan tersangka pembunuhan 3 orang di gereja Nice, Perancis, adalah imigran asal Tunisia.

Empat tahun silam, tersangka ekstrimis Islam lainnya juga berasal dari Tunisia, yang mengendarai truk seberat 19 ton menyasar ke kerumunan orang yang tidak jauh dari gereja. Ada 80 orang tewas dari serangan itu.

Serangan gereja yang terjadi pada Kamis (29/10/2020), membangkitkan ingatan tentang serangan truk, membuat banyak warga Nice pada Jumat (30/10/2020) marah, dan ingin melawan pihak-pihak yang diyakini bersalah.

"Cukup bagi kami," kata salah satu warga Nice, Francois Bonson (38 tahun), di tempat kejadian serangan gereja, pada Jumat (30/10/2020), seperti yang dilansir dari Reuters pada Sabtu (31/10/2020).

"Kami terpaksa hidup dengan warga asing yang meludahi kami, yang meludahi Perancis," tambah Bonson.

Serangan truk yang terjadi pada 14 Juli 2016 ketika para warga Nice sedang menonton kembang api untuk memperingati Bastille Day, hari libur nasional Perancis.

Imigran asal Tunisia bernama Mohamed Lahouiej Bouhlel mengendarai trtuk Renault ke dalam kerumunan warga yang memadati pinggir pantai Promenade des Anglais.

Setelah kejadian, terjadi penembakan kepada pelaku oleh polisi. Kelompok ISIS kemudian mengatakan bertanggungjawab atas serangan truk itu.

Wali kota Nice, Christian Estrosi yang telah menjabat saat kejadian serangan truk itu terjadi, sempat menyinggung serangan truk itu, saat dia bergegas ke lokasi serangan gereja pada Kamis (29/10/2020).

"Nice, seperti Perancis dan mungkin lebih dari tempat lain di Perancis, membayar harga yang telalu tinggi, yang mana sekali lagi menjadi korban Islam-fasisme," kata Estrosi.

Surat kabar lokal Nice, Matin, menulis dalam editorial edisi Jumat (30/10/2020), "Trauma selamanya atas kejadian 14 Juli 2016, yang melekat dalam ingatan, warga Nice sekali lagi dihadapkan dengan barbarisme."

Muslim Perancis

Sejarah kota Nice dengan kekerasan semacam itu membantu menjelaskan mengapa pada Senin (26/10/2020), beberapa orang kecewa dan marah.

Boubekeur Bekri, wakil presiden regional Dewan Kepercayaan Muslim Perancis, mengatakan dia khawatir sentimen itu bisa berkembang menjadi penolakan terhadap komunitas Muslim.

Ada sekitar 1 juta Muslim yang tinggal di wilayah Provence Alpes Cote D'Azur, kota Nice, kata Bekri.

Pria ini mengatakan ingat bahwa setelah serangan di Nice pada 2016, wanita Muslim berkerudung diserang secara verbal di jalan.

Setelah serangan gereja pada Kamis (29/10/2020), katanya, dia melihat orang-orang memandangnya dengan tatapan curiga karena mereka mengenali penampilannya, bahwa dia adalah seorang Muslim.

“Saya cukup terbiasa mengabaikan pandangan itu,” katanya.

“Tapi itu mengganggu, kamu bisa melihatnya,” ujarnya.

Dia mengatakan bahwa memang sentimen tidak meluas ke tindakan terbuka atau kekerasan yang ditujukan pada komunitas Muslim. Dia mengatakan komunitas harus bersatu untuk mengatasi terorisme.

Namun untuk saat ini, dia berkata, “Orang tidak akan bisa berkumpul. Alih-alih konvergensi, mungkin kita sedang menuju beberapa masalah.”

Jean-Francois Gourdon, bendahara paroki untuk gereja Notre Dame tempat serangan itu terjadi, mengatakan pada Jumat (30/10/2020), bahwa dia mencoba mengikuti jalan belas kasih, tetapi dia tidak dapat melakukannya lagi.

https://www.kompas.com/global/read/2020/10/31/085928370/warga-perancis-marah-menjadi-target-serangan-terorisme

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke