Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Misteri: Benarkah Cleopatra Bunuh Diri dengan Ular?

KOMPAS.com - Firaun wanita terakhir di masa Mesir Kuno, Cleopatra yang memimpin setelah kematian Alexander Agung selama periode Hellenistika dirumorkan tewas bunuh diri dengan ular.

Kenangan hidup Cleopatra mungkin telah terlupakan seiring dengan jatuhnya singgasana kerajaan "Ratu dari Para Raja" itu. 

Namun, satu pertanyaan masih terus terpatri dari generasi ke generasi; apakah Cleopatra benar-benar bunuh diri dengan ular?

Atau, jangan-jangan ada sesuatu yang lebih jahat, lebih mengerikan dari kisah bunuh dirinya dengan ular?

Kisah Misteri edisi Kamis (22/10/2020) akan mengangkat tema tentang 'Benarkah Cleopatra Bunuh Diri dengan Ular?'

Sebuah pertanyaan yang mungkin akan selalu merindukan jawaban sampai akhir dunia.

Cleopatra

Lahir di Alexandria pada 69 SM, Cleopatra adalah anggota kerajaan Yunani Makedonia dan keluarganya memimpin Mesir lebih dari 3 abad lamanya.

Dengan latar belakang kerajaan yang besar dan dihormati, Cleopatra diketahui memiliki pendidikan yang sangat baik dan bahkan menguasai 7 bahasa.

Cleopatra sudah mewarisi takhta sejak berusia 18 tahun. Meski dinikahkan dengan saudara laki-lakinya, Ptolemeus XIII agar bisa memerintah bersama, Cleopatra rupanya enggan berbagi kekuasaan.

Pada titik di mana Ptolemeus XIII menantang Cleopatra, laki-laki itu ditemukan tewas. Nasib serupa juga terjadi pada waktu lainnya, menimpa saudara laki-laki kandung Cleopatra yang lain.

Oleh sebab itu, Cleopatra diduga menjadi dalang pembunuhan atas 2 dari 5 kematian saudara kandungnya.

Khawatir dituduh melakukan rencana pembunuhan, Cleopatra mulai menarik perhatian kekuatan kekaisaran Romawi.

Menurut literatur, Cleopatra adalah kekasih dari Julius Caesar dan dengannya, dia memiliki seorang putra. 

Namun, ketika Caesar dibunuh pada 44 SM, Cleopatra bersekutu dengan Mark Antony yang memerintah Roma dalam kekosongan kekuasaan setelah kematian Caesar.

Cleopatra juga bertentangan dengan ahli hukum waris Caesar, Gaius Julius Caesar Octavianus. Karena pertentangan inilah, sebuah hipotesis menduga bahwa Cleopatra sebenarnya tidak mati bunuh diri. Melainkan dibunuh oleh seseorang.

Dan, seseorang itu adalah ahli hukum waris Julius Caesar, Octavianus.

Racun ular

Sebuah studi bernama Gedanken atau eksperimen pemikiran untuk menguji masuk akal tidaknya suatu hipotesis, mencoba menganalisis seputar kematian Cleopatra.

Makam Cleopatra diketahui berada di dekat istana tempat tinggal Octavianus di Alexandria, Mesir.

Hipotesis yang mengatakan kematian ratu itu tewas akibat gigitan ular asp, sejenis kobra Mesir, menceritakan bahwa ketika berada di makamnya, Cleopatra menulis catatan bunuh diri yang diberikan kepada seorang penjaga dan dikirim kepada Octavianus.

Segera setelah mengirim surat itu, Cleopatra yang sudah memegang seekor ular membiarkan ular itu menggigit dadanya dan mengeluarkan racun, memasuki aliran darah tubuh Cleopatra dan menewaskan ratu Mesir itu.

Hipotesis itu dianggap tidak masuk akal. Alasannya, racun ular asp baru akan bekerja beberapa jam setelah masuk ke dalam aliran darah. 

Lagi pula, rata-rata, hanya 50 persen racun asp yang dapat keluar dalam satu kali gigitan ular, yang mengindikasikan Cleopatra punya peluang besar untuk dapat bertahan hidup dari satu gigitan tersebut.

Sepotong informasi yang cenderung membuat banyak orang percaya bahwa Cleopatra memang melakukan bunuh diri dengan ular adalah penemuan di Kuil File.

Di candi itu terpahat Dewi Alam Mesir Isis dikelilingi ular. Cleopatra sendiri dianggap sebagai reinkarnasi Isis yang hidup. Pahatan itu menunjukkan takdir Cleopatra terkait dengan ular.

Apakah itu berarti Octavianus benar pembunuh Cleopatra?

Hipotesis lain menggambarkan, karena racun ular yang hanya 50 persen itu tak mungkin langsung menewaskan Cleopatra, maka ratu Mesir itu sebenarnya tewas karena dibunuh.

Plotnya mengatakan, Octavianus yang ingin mengambil alih kekaisaran sengaja membunuh Cleopatra.

Octavianus merasa dirinya bisa menangkap Cleopatra dan bahkan mempermalukan wanita itu, klaim ini adalah klaim yang dikutip dari memoar Octavianus sendiri dan tingkat akurasinya tentu dipertanyakan.

Putra Cleopatra, Caesarion dipandang Octavianus sebagai ancaman bagi Roma. Beberapa hari sebelum Oktavianus tiba di Alexandria, Cleopatra mengirim putranya, Caesarion ke Ethiopia untuk dilindungi. Namun nahas, Caesarion malah mati dibunuh oleh pengawal Octavianus.

Keberadaan tubuh Cleopatra bersama dua pembantunya memang seakan-akan menunjukkan bahwa kematiannya adalah pembunuhan dan bukan bunuh diri.

Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa Cleopatra meninggal karena koktail obat dan bukan karena gigitan ular. 

Dikutip Ancient Origins, menurut Christoph Schaefer, seorang sejarawan dan profesor Jerman di Universitas Trier, "sebuah papirus kuno menunjukkan bahwa orang Mesir tahu tentang racun, dan satu papirus mengatakan Cleopatra benar-benar mengujinya.”

Schaefer percaya bahwa Cleopatra memilih koktail beracun yang terbuat dari opium, aconitum (wolfsbane) dan hemlock (tumbuhan Eropa yang sangat beracun, famili peterseli dengan batang berbintik ungu dan bunga putih kecil yang baunya tidak sedap).

Meskipun racun seperti itu sangat mungkin diberikan oleh orang lain dan bukan oleh tangannya sendiri.

Pada titik ini, tampaknya kematian Cleopatra tidak dapat ditentukan dengan tepat hanya karena anekdot cerita yang beredar selama ini.

Dengan demikian, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, kematian Cleopatra mungkin akan terus menjadi pertanyaan sampai akhir dunia.

https://www.kompas.com/global/read/2020/10/22/190000070/kisah-misteri-benarkah-cleopatra-bunuh-diri-dengan-ular

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke