Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Perjuangan Pasien Covid-19 Terparah di Asia, Peluang Hidup Hanya 10 Persen

"Ada beberapa gumpalan darah dalam tubuh saya, saya mengalami gagal ginjal, dan beberapa organ lainnya juga gagal, kemampuan paru-paru saya turun hingga 10 persen pada suatu waktu," kata Stephen Cameron.

Kasusnya sangat parah sehingga dia diawasi dengan ketat oleh dokter, otoritas setempat, dan diliput media Vietnam.

"Saya diberitahu bahwa saya adalah pasien yang sakit paling parah di Asia dalam suatu periode."

Kasus Cameron adalah yang terburuk yang harus dihadapi para dokter Vietnam selama wabah - negara itu belum mengalami kematian akibat Covid-19 - dan dia dikenal luas sebagai Pasien 91.

"Saya adalah contoh hidup dari apa yang dapat dilakukan oleh virus ini dan seberapa seriusnya," katanya kepada BBC dari tempat tidur rumah sakitnya di Skotlandia.

"Orang tidak bisa menganggap ringan hal ini sampai kita benar-benar memberantas virus ini."

Vietnam juga tidak bisa melonggarkan penjagaannya - setelah hampir 100 hari tanpa ada kasus baru yang ditularkan secara lokal, empat kasus baru telah teridentifikasi di kota Da Nang.

Mesin itu mengekstrak darah dari tubuh pasien dan mencampurnya dengan oksigen, sebelum dipompa kembali ke dalam tubuh pasien.

"Pada satu titik, teman saya Craig diberitahu oleh Kementerian Luar Negeri bahwa peluang hidup saya hanya 10 persen, jadi dia merencanakan yang terburuk - dia menyewakan apartemen saya dan mulai melakukan hal-hal yang akan dilakukan seseorang jika saya pulang ke rumah dalam peti," katanya kepada BBC Juni lalu, dari tempat tidur rumah sakit di Kota Ho Chi Minh.

Petugas rumah sakit sempat berencana melakukan transplantasi paru-paru padanya saat kemampuan paru-parunya turun hingga 10 persen.

Dia juga menderita beberapa kegagalan organ.

"Jika saya berada di tempat lain di planet ini, saya akan mati. Mereka akan mematikan alat yang membantu hidup saya setelah 30 hari," katanya Juni lalu.

"Saya sangat tersentuh dengan bagaimana orang-orang Vietnam memperlakukan saya. Dan yang paling penting, saya bersyukur kepada para dokter yang tak membiarkan saya mati dalam pengawasan mereka."

"Orang-orang mengatakan berada dalam perawatan intensif itu seperti lari maraton. Dalam kasus Stephen, saya pikir dia berlari dalam beberapa ultra-marathon," kata Dr Patel kepada BBC.

Warga Skotlandia itu kehilangan berat badan sebanyak 30 kg dalam keadaan koma, dan masih berjuang untuk berjalan meskipun telah menjalani rehabilitasi yang ekstensif.

"Ketika saya pertama kali sadar, saya berpikir, apakah saya bisa berjalan lagi? Saya tidak tahu apakah saya lumpuh seumur hidup karena saya tidak bisa merasakan kaki saya. Saya tidak yakin apakah ini adalah akhir karier saya sebagai pilot," katanya.

Cameron berencana mengemudikan pesawat lagi "awal tahun depan". Tetapi rehabilitasinya akan lama dan sulit, dan nasib pekerjaannya belum jelas akibat dampak Covid-19 pada industri penerbangan.

Infeksi baru, tanpa sumber luar negeri yang jelas, merupakan kemunduran bagi pemerintah Vietnam, kata koresponden BBC Bangkok, Jonathan Head.

Ada kekhawatiran wabah yang yang menyebar di masyarakat mungkin sedang berlangsung di kota itu.

Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc pada hari Senin memerintahkan penduduk Da Nang untuk menerapkan kembali social distancing dan menutup semua layanan yang tidak penting.

Wisatawan tidak dapat memasuki kota selama 14 hari dan sekitar 80.000 orang, sebagian besar adalah pengunjung domestik, harus diterbangkan pulang.

Phuc mengatakan, tanggapannya harus "tegas" tetapi dia belum memerintahkan karantina wilayah.

Negara itu menggunakan otoritas partai komunis yang berkuasa untuk melakukan penelusuran kontak yang teliti, dan memberlakukan karantina pada seluruh kelompok masyarakat di mana penyebaran terjadi, kata Jonathan Head.

Seperti Thailand, yang berhasil menurunkan angka kasus positif hingga 0, Vietnam belum mengembangkan kapasitas pengujian ekstensif.

Kedua negara mengandalkan kontrol komunitas yang ketat dan penutupan perbatasan, meskipun dengan biaya tinggi untuk perekonomian mereka, yang bergantung pada pariwisata asing dan investasi luar negeri.

https://www.kompas.com/global/read/2020/08/03/161630670/kisah-perjuangan-pasien-covid-19-terparah-di-asia-peluang-hidup-hanya-10

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke