Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Skenario Trump dalam Pilpres AS 2020

Mantan Senator AS, Tim Wirth menjabarkan teorinya itu dalam kolom opini dan analisis di Newsweek, yang tampaknya terinspirasi dari tayangan HBO, The Plot Against America, yang diadaptasi dari novel Philip Roth.

Laporan yang dilansir dari Independent (3/7/2020), Mantan senator dari partai Demokrat itu menuduh Trump akan berusaha untuk mempertahankan kekuasaan melalui penindasan suara pemilih.

Wirth beralasan ada strategi untuk menekan jumlah pemilih dengan membersihkan suara pemilih dari daftar pemilih dan untuk menekan pemberian suara melalui surat.

Menurutnya, langkah itu akan terfokus pada suara pemilih di dalam kota.

Dia meyakini lokasi pemungutan suara fisik akan terbatas, terutama di daerah perkotaan, dalam upaya untuk membuat hari pemilihan berlangsung panjang dan mematahkan semangat untuk melakukan pemilihan.

Wirth menuduh bahwa telah ada upaya di negara-negara yang dipimpin Partai Republik untuk menghapus suara orang-orang dari daftar pemilih.

Menurut data yang dihimpun oleh Mother Jones, antara 2016 dan 2018, lebih dari 17 juta nama telah dihapus dari daftar pemilih.

Sementara, ada nama-nama yang sudah dihapus dari daftar pemilih setiap tahun karena kematian atau warga yang meninggalkan negara bagian.

Jumlah pemilih yang dihapus dari daftar pemilih sejak 2016 telah meningkat secara signifikan.

Antara 2016 dan 2018, negara bagian rata-rata menghapus 7,6 persen pemilih mereka dari daftar.

Indiana membersihkan jumlah pemilih paling besar dengan capaian 22,3 persen.

Virginia dan Wisconsin telah menghapus 14 persen. Di Maine, Oklahoma, dan Massachusetts telah menghapus antara 11 dan 12,1 persen.

Namun, teori Wirth tentang Trump mencoba mempertahankan kekuasaan di pemilihan umum 2020, tidak akan berakhir hanya di kotak suara.

Dia percaya bahwa jika Trump kalah, dia akan mengklaim pemungutan suara itu curang dan mengambil langkah kompleks dengan menggandeng aliansinya, seperti legislator dari Partai Republik.

Berdasarkan keterangan Wirth, Jika Trump kalah dalam skenario di mana Joe Biden mengalahkannnya dengan 'layak tapi tidak berlebihan', di negara bagian Arizona, Wisconsin, Michigan dan Pennsylvania, maka Trump akan mengumumkan bahwa pemilihan itu dicurangi.

Dia diduga akan menyalahkan surat suara dan campur tangan China atas kerugian itu. Lalu, dia bisa meminta kekuatan darurat untuk meluncurkan Departemen Kehakiman agar menyelidiki dugaan "peretasan pemilu" di swing states.

Dari sana, Wirth mengklaim Trump akan mengulur waktu hingga 14 Desember, yang merupakan momen ketika negara-negara bagian harus melakukan pemilih Electoral College AS.

Ia percaya bahwa legislatif negara bagian yang berasal dari Partai Republik akan menolak untuk mengesahkan pemilih presiden sampai penyelidikan peretasan pemilihan selesai.

Dia kemudian mengklaim Demokrat akan menentang penyelidikan dan tantangan untuk pilpres, yang pada akhirnya akan dibawa ke Mahkamah Agung AS.

Ia yakin Mahkamah Agung akan menentang Partai Republik, tetapi akan tetap melanjutkan penyelidikan karena kekuatan darurat dari Trump.

Mahkamah Agung juga akan mempertahankan suara dari negara swing vote seandainya pemilihan tidak dapat disahkan pada 14 Desember.

Sehingga, Electoral College harus bertemu dan memberikan suara untuk presiden tanpa menyertakan negara swing vote.

Electoral College kemudian akan bertemu tanpa negara bagian yang sedang diselidiki, dan tidak ada kandidat yang akan menerima suara yang cukup untuk mengamankan kursi kepresidenan.

Menurut Tuan Wirth, pemilihan yang diperebutkan kemudian akan pindah ke Dewan Perwakilan Rakyat, di mana masing-masing delegasi dapat memberikan satu suara ke kursi kepresidenan.

Karena ada lebih banyak delegasi DPR yang dikontrol Partai Republik daripada Demokrat, yaitu 26 Republik dan 23 Demokrat. Maka, Partai Republik akan menjadi pemenang pemilihan dan Trump akan tetap menjabat.

Ia mengklaim plot itu sangat mungkin terjadi.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/04/115555470/ini-skenario-trump-dalam-pilpres-as-2020

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke