Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sebut Trump "Bencana", Mahathir Juga Bela China soal Virus Corona

Saat diwawancarai South China Morning Post (SCMP) di program This Week in Asia, Mahathir juga menolak klaim pemerintahan Trump yang menuding China harus bertanggung jawab atas pandemi virus corona.

Lebih lanjut, Mahathir yang dikenal anti-Barat mengatakan, "keributan" Presiden AS memperburuk ketegangan antara kedua negara adidaya tersebut.

"Saya tidak pernah mengira dia akan menang, tapi dia akhirnya menang," kata Mahathir dalam wawancara yang dilakukan melalui video call Zoom.

"(Sekarang) orang-orang mengatakan ada banyak orang yang akan mendukungnya. Itu akan menjadi bencana," ujar Mahathir dikutip dari SCMP Sabtu (13/6/2020).

Sebagai perbandingan, Mahathir mengatakan mantan Wakil Presiden AS Joe Biden yang merupakan calon presiden dari Partai Demokrat, adalah sosok yang lebih "masuk akal".

Menurut politisi berjuluk Dr M itu, Biden telah bereaksi dengan baik, menunjukkan empati terhadap kerusuhan terkait rasialisme di AS belakangan ini.

"Saya tidak tahu apakah dia (Trump) akan terpilih lagi, tapi saya berharap Biden akan berbeda dari dia," kata Mahathir.

Ia menambahkan, dirinya telah berkata ke beberapa orang Amerika bahwa ia memihak Biden walau tidak punya hak untuk memilih.

Mahathir juga mengakui negaranya mengalami gejolak politik besar, tetapi dia tetap tidak habis pikir dengan yang terjadi di Gedung Putih.

"Anda tahu, dia (Trump) memecat semua pegawai yang bukan untuknya. Kedengarannya seperti negara Dunia Ketiga."

"Di Malaysia, kita mungkin melakukan itu - kalau kita tidak menyukai pegawai, kita memecatnya. Tapi ini Amerika: sangat, sangat liberal dan toleran akan hal-hal seperti itu."

Mahathir lalu berkata, dia juga mengikuti perkembangan demonstrasi besar-besaran di AS akibat kematian George Floyd.

Dia mengaku terkejut dengan rencana Trump menerjunkan pasukan militer untuk mengatasi demonstran.

"Maksud saya, dia mengancam memakai tentara melawan orang-orang yang berunjuk rasa. Ini belum pernah terjadi," ucap Mahathir.

Kasus yang menimpa Martin Gugino juga tak luput dari perhatian Mahathir. Pria 75 tahun itu terluka parah akibat ulah polisi selama demonstrasi di Buffalo. Gugino diduga penyabot yang terkait dengan Antifa.

"Bagaimana Anda bisa mengatakan itu? Anda harus memiliki bukti yang jelas."

Trump dan pejabat-pejabat tinggi di pemerintahannya, seperti Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, juga menuduh Beijing tidak transparan atas peringatan dini wabah virus corona.

Robert O'Brien penasihat keamanan nasional Trump, pada Mei menyamakan dugaan China yang tidak terbuka tentang virus corona seperti upaya Uni Soviet menutup-nutupi kehancuran pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl pada 1986.

Namun Mahathir membela China, meski ia setuju "jika melihat ke belakang" seharusnya pemerintah "Negeri Tirai Bambu" bisa menangani situasi lebih baik.

"Jika ini terjadi di Malaysia, dan kami menemukan seseorang menderita penyakit aneh, kami tidak pergi ke kota dan berkata 'Oh ada penyakit aneh di sini!'."

"Orang-orang China dalam ancaman, Mereka harus mencari tahu dulu, dan ketika mereka sedang menyelidikinya, mereka tidak sadar bahwa itu akan mengakibatkan pandemi."

Mahathir lalu memuji respons Malaysia terhadap pandemi Covid-19, mengapresiasi keberhasilan rekan-rekannya di pemerintahan yang sukses membuat warga "taat hukum" sejak lockdown parsial dimulai 18 Maret sampai pekan lalu.

Lockdown parsial Malaysia sedang dilonggarkan bertahap, dan dijadwalkan akan dicabut sepenuhnya pada akhir Agustus.

Data dari Worldometers menunjukkan, lebih dari 8.400 orang telah terinfeksi virus corona di "Negeri Jiran", dengan 85 persen pasien dipulangkan dan korban meninggal mencapai 120 orang.

Menurut Mahathir, rendahnya jumlah kasus Covid-19 di Malaysia dibandingkan AS dan negara-negara Eropa lainnya, karena kedisiplinan para rakyatnya.

Dia memperkirakan aturan-aturan ketat yang dijalankan di Malaysia, tidak akan bisa diterapkan di "Negeri Paman Sam".

"Ini tidak mungkin dilakukan di Amerika. Di Amerika ini tentang kebebasan. 'Anda tidak bisa menyuruhku tidak keluar rumah. Itu adalah kebebasanku'."

"Seperti yang Anda lihat sekarang, negara-negara miskin tampak mulai terbebas dari virus corona - negara-negara kaya yang menderita."

"Seperti Malaysia yang miskin, tetapi kami memiliki beberapa fasilitas dan orang-orang yang sangat taat hukum."

Ketika ditanya tentang efek jangka panjang pandemi, Mahathir menekankan istilah globalisasi.

"Ketika mereka memperkenalkan globalisasi, dunia tanpa batas, mereka hanya memikirkan bagaimana dapat menjual barang ke seluruh dunia."

"Tetapi sekarang mereka telah sadar bahwa dunia sebenarnya adalah satu. Dari segi penyakit, sebenarnya hanya satu lokasi."

"Anda tidak dapat menghindar dan berkata 'Omong-omong, Amerika punya parit yang sangat dalam di Timur dan Samudra Pasifik di Barat'."

"Sekarang suka atau tidak, tidak mungkin mengisolasi dirimu sendiri, Anda adalah bagian dari satu desa."

"Gagasan tentang global village seharusnya tidak dalam hal ekonomi saja, tetapi juga dalam hal kebutuhan untuk menjaga kesehatan seluruh dunia."

https://www.kompas.com/global/read/2020/06/14/082748370/sebut-trump-bencana-mahathir-juga-bela-china-soal-virus-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke