Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dituntut Taiwan Minta Maaf soal Tragedi Tiananmen, China: Omong Kosong

Permintaan itu dilayangkan dalam hari peringatan tentang aksi unjuk rasa para pelajar, yang ditangani China dengan menerjunkan tank serta pasukan militer.

Ratusan orang terbunuh dalam penindasan oleh Partai Komunis China, dalam demonstrasi yang menyerukan reformasi demokratis itu.

Acara terbuka mengenai insiden itu dilarang di China. Para pembangkang kerap diciduk polisi pada hari-hari menjelang 4 Juni.

"Di seluruh dunia ada 365 hari dalam setahun. Namun di China, satu dari hari-hari itu sengaja dilupakan setiap tahun," kata Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di Twitter.

Tsai berujar, Beijing harus menghadapi buntut insiden itu, sama seperti Taiwan terpaksa mengakui masa lalunya yang otoriter sebelum transisi ke demokrasi pada 1990-an.

"Ada satu hari yang hilang di kalender kami, tetapi kami telah berusaha mengungkapnya. Saya berharap suatu hari China dapat mengatakan hal yang sama," tulisnya.

Ratusan orang berkumpul di Taipei pada Selasa (2/6/2020) untuk menyalakan lilin guna mengenang orang-orang yang meninggal di Tiananmen.

Beberapa dari mereka yang bergabung adalah warga Hong Kong yang pindah ke Taiwan, menyusul protes pro-demokrasi tahun lalu yang berlangsung selama berbulan-bulan.

"Jangan menyerah"

"Kita dapat dengan bebas dan aman mengekspresikan pikiran kita pada 4 Juni di Taiwan dan menuntut pemulihan," ujar Judith Ng (47) kepada jurnalis AFP di dekat spanduk bertuliskan "Bebaskan Hong Kong, revolusi zaman kita".

Ng mengatakan dia pindah ke Taiwan pada Desember 2019 bersama putranya yang masih remaja, setelah ikut demonstrasi.

"Kami tidak akan pernah melupakan 4 Juni dan kami tidak akan pernah menyerah memperjuangkan demokrasi Hong Kong," tambah Edith Chung seorang imigran lainnya dari Hong Kong.

Warga Taiwan dikabarkan sangat mengikuti kerusuhan yang terjadi di Hong Kong.

Beijing menganggap Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, dan berjanji suatu hari akan merebutnya kembali, bahkan secara paksa jika perlu.

Mereka mengusulkan model "Satu Negara Dua Sistem" seperti yang pernah dijalankan di Hong Kong.

Namun warga Taiwan menolak usulan tersebut, dan tensi pun meningkat usai polisi menindak para pengunjuk rasa di Hong Kong.

"Saya berharap kebenaran tentang 4 Juni akan ditegakkan dan saya ingin menunjukkan dukungan untuk Hong Kong," kata pengacara Taiwan Zoe Lee (24) dikutip dari AFP. Ini adalah kali pertama ia mengikuti peringatan Tiananmen.

Pada Rabu Dewan Taiwan yang berurusan dengan China mendesak Negeri "Tirai Bambu" untuk melayangkan "permintaan maaf yang tulus" atas kekerasan di Tiananmen.

Namun Kementerian Luar Negeri China mencemoohnya. Juru bicara Kemlu China Zhao Lijian menganggapnya sebagai "omong kosong".

Ketegangan antara Taipei dan Beijing melonjak sejak Tsai terpilih sebagai presiden pada 2016. Sebab, pemerintahannya menganggap Taiwan sebagai negara merdeka secara de facto dan bukan bagian China.

Dia telah menjanjikan bantuan kemanusiaan untuk warga Hong Kong, setelah parlemen Beijing menyetujui rencana penerapan UU Keamanan Nasional baru untuk kota tersebut.

https://www.kompas.com/global/read/2020/06/05/100034670/dituntut-taiwan-minta-maaf-soal-tragedi-tiananmen-china-omong-kosong

Terkini Lainnya

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke