Pernyataan itu disampaikan Dr Zhong Nanshan, pakar pernapasan yang ditunjuk untuk memimpin upaya Negeri "Panda" dalam memerangi wabah.
Berdasarkan data yang disampaikan Komisi Kesehatan Nasional (NHC), China melaporkan lebih dari 82.000 kasus dan 4.633 korban meninggal.
Level infeksi virus corona di Negeri "Panda" sempat melonjak pada akhir Januari, membuat pemerintah pusat menutup sejumlah daerah terdampak.
Kemudian di awal Februari, mereka mencatatkan setidaknya 3.887 kasus per hari. Sebulan kemudian, angkanya mulai berkurang ke level dua digit.
Setelah dianggap bisa menangani Covid-19, Negeri "Panda" perlahan-lahan mulai kembali normal, dengan sekolah dan pabrik mulai dibuka kembali.
Dalam wawancara dengan CNN, Dr Zhong Nanshan menyatakan agar Beijing tidak mengendurkan kewaspadaan, dan mempersiapkan gelombang kedua.
Dilansir Minggu (17/5/2020), dia mendasarkan argumentasinya dari ditemukannya kasus baru di Wuhan, lokasi pertama terdeteksinya wabah.
Pada pekan lalu, otoritas ibu kota Provinsi Hubei itu mengumumkan tidak hanya kasus baru, namun juga klaster lain setelah sebulan tak ditemukannya infeksi.
Otoritas kesehatan setempat menemukan ada enam penularan, dengan lima di antaranya terjadi di lokasi permukiman yang sama.
Selain mulai ditemukannya kasus baru di Wuhan, infeksi juga ditemukan di wilayah timur laut, seperti Provinsi Heilongjiang dan Jilin.
"Mayoritasnya, pada momen ini China masih rawan terkena Covid-19 karena kurangnya imunitas," papar Dr Zhong Nanshan dalam wawancara itu.
"Kami masih menghadapi tantangan besar. Kami tidak lebih baik dari negara lain pada saat ini, menurut saya," ujar pakar pulmonologi.
Vaksin yang tengah dikejar
Saat ini berdasarkan data dari Universitas Johns Hopkins dan Worldometers, saat ini total ada 4,7 juta orang terinfeksi di seluruh dunia.
Dengan ribuan kasus infeksi baru yang dilaporkan setiap harinya, pengejaran akan vaksin virus corona terus didengungkan peneliti.
Tiga perusahaan farmasi di AS dikabarkan sudah melanjutkan uji coba obat Covid-19 dengan menyuntikannya ke tubuh manusia.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), mereka masih berada di fase 1 dan 2, yang mengujicobakan vaksin ke ratusan obyek penelitian.
Zhong Nanshan menyatakan, tiga pabrik di China sudah melaksanakan uji klinis. Tapi dia memperingatkan vaksinnya baru sempurna bertahun-tahun kemudian.
"Kami harus menggelar tes, tes, dan tes lagi. Menggunakan berbagai jenis vaksin. Masih terlalu dini menyimpulkan ada vaksin virus corona yang sesuai," paparnya.
"Karena itu, saya memberikan pemahaman bahwa persetujuan akhir untuk vaksin butuh waktu yang lama," jelasnya.
https://www.kompas.com/global/read/2020/05/17/163938870/kurang-imunitas-china-masih-rapuh-hadapi-gelombang-kedua-virus-corona