Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

PSK Thailand Saat Lockdown, Terpaksa Ambil Risiko demi Kebutuhan Hidup

Pim contohnya, PSK yang ditemui AFP ini ketakutan karena sangat butuh pelanggan untuk membayar sewa tempat tinggalnya.

Distrik lampu merah dari Bangkok ke Pattaya menjadi sepi, dengan kelab malam dan panti pijat ditutup dan turis dilarang masuk.

Situasi ini menyebabkan sekitar 300.000 PSK kehilangan pekerjaan, membuat mereka "turun" ke jalan yang berisiko tertular virus corona.

"Aku takut tertular tapi aku perlu mencari pelanggan untuk membayar sewa kamar dan membeli makanan," kata Pim (32) seorang PSK transgender.

Di Bangkok yang sebelumnya dihiasi gemerlap lampu neon, kini senyap dengan bar dan rumah bordil sudah tutup.

Sejak Jumat (3/4/2020) Thailand menerapkan jam malam dari pukul 22.00 sampai 4.00 pagi keesokan harinya. Bar dan restoran sudah tutup beberapa hari sebelumnya.

Biasanya banyak PSK Bangkok bekerja di bar, mendapat tip lalu pulang dengan pelangganya.

Ketika tempat kerja mereka tiba-tiba ditutup, sebagian besar kembali ke rumah sembari menanti wabah virus corona usai.

Sementara itu yang lainnya seperti Pim turun ke jalanan mencari pelanggan.

Pim turun ke jalan dengan risiko tinggi karena melanggar aturan jam malam. Dia menuturkan belum punya pelanggan selama 10 hari dan tagihannya menumpuk.

Temannya yang bernama Alice PSK transgender lain, juga angkat kaki dari bar menuju pinggir jalan.

"Aku dulu menghasilkan uang yang cukup, kadang-kadang 300-600 dollar AS seminggu (sekitar Rp 5 juta sampai 9,8 juta) seminggu," kata Alice.

"Tetapi ketika bisnis ditutup, penghasilanku berhenti juga."

"Kami melakukan ini karena kami miskin. Jika kami tidak dapat membayar hotel, mereka akan mengusir kami," imbuh Alice.

Berisiko tinggi

Risiko yang sudah tinggi dari bekerja sebagai PSK kini bertambah dengan risiko dari virus corona.

Para PSK Thailand banyak yang pulang ke rumah beberapa minggu sebelum pemerintah memberlakukan penguncian.

Ada kekhawatiran krisis berlangsung selama berbulan-bulan, membuat kerugian miliaran dollar AS dari sektor ekonomi dan membuat para pekerja di sektor informal melarat.

Mereka termasuk PSK, yang ilegal tapi diterima secara luas di kehidupan malam Negeri "Gajah Putih".

Ada kekhawatiran skema darurat pemerintah Thailand untuk memberikan 5.000 baht (sekitar Rp 2,5 juta) ke jutaan pengangguran baru selama 3 bulan ke depan, akan mengecualikan PSK.

Sebab, mereka tidak masuk dalam kategori pekerja formal.

The Empower Foundation sebuah kelompok advokasi untuk PSK di Thailand mengatakan, tempat-tempat hiburan menghasilkan sekitar 6,4 miliar dollar AS (sekitar Rp 104,8 triliun) setahun, yang banyak di antaranya menjajakan seks dalam berbagai bentuk.

Wanita menjadi yang paling menderita dari wabah virus corona ini, katanya.

Banyak dari mereka adalah ibu dan pencari nafkah utama keluarga. Mereka dipaksa jadi PSK karena kurangnya kesempatan kerja atau gaji lulusan rendah.

Kelompok tersebut telah menulis surat terbuka pada pemerintah, mendesak untuk "menemukan cara memberi bantuan ke semua pekerja yang kehilangan penghasilan mereka."

"Menurutku pemerintah sangat lambat. Mereka tidak peduli dengan orang-orang seperti kami yang bekerja di industri seks," kata Alice.

"Kami lebih takut tidak bisa makan daripada (terkena) virus," pungkasnya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/04/05/140705770/psk-thailand-saat-lockdown-terpaksa-ambil-risiko-demi-kebutuhan-hidup

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke