Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dirjen Dikti Ungkap 3 Tantangan Besar Perguruan Tinggi Indonesia

KOMPAS.com - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Abdul Haris, mengungkapkan bahwa saat ini perguruan tinggi dihadapkan dengan 3 tantangan besar.

Tantangan ini perlu diatasi agar pendidikan tinggi dapat terus berkembang dan relevan dengan kebutuhan zaman dan kebutuhan dunia industri.

Hal ini Haris sampaikan ketika menghadiri wisuda sarjana dan pascasarjana Universitas Yarsi Tahun Akademik 2023/2024, Sabtu (27/04/2023). Ketiga tantangan itu ialah akses, ketimpangan kualitas, dan relevansi pendidikan tinggi.

Tantangan pertama, yaitu akses, menyoroti pentingnya kesetaraan dalam akses terhadap pendidikan tinggi bagi semua lapisan masyarakat. Perguruan tinggi perlu berupaya untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan tinggi bagi semua kalangan, termasuk mereka yang berpendapatan rendah.

“Kalau kita lihat berdasarkan data dari Dirjen Dikti, angka partisipasi kasar peluang dari lulusan sekolah tinggi atas atau SMA ini untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi masih sekitar 30-40 persen,” ucap Haris.

Artinya kalau ada lulusan SMA sebanyak 100 siswa mungkin yang bisa meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi hanya sekitar 30-40 orang orang saja.

Angka ini juga berdampak pada daya saing talenta global Indonesia yang saat ini masih berada di bawah negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Terlebih, keterbatasan akses ini juga semakin tercermin apabila dilihat dari jumlah penyandang disabilitas yang melanjutkan ke pendidikan tinggi.

“Kami lihat keterbatasan akses ini makin lebar ya apabila kita lihat pada penyandang disabilitas, hanya sekitar 2,8 persen yang bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi,”
tambahnya.

Keterbatasan akses ini semakin lebar. Apabila kita lihat pada penyandang disabilitas, hanya sekitar 2,8 persen yang bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi,” tutur Haris.

Selanjutnya, tantangan kedua berkaitan dengan ketimpangan kualitas. Saat ini terdapat hampir 4.356 perguruan tinggi yang terdiri dari 349 PTN dan 4.007 PTS. Namun, masih sangat sedikit perguruan tinggi yang sudah terakreditasi unggul.

“Hanya sekitar 2 persen perguruan tinggi yang memiliki akreditasi unggul. Kita masih menjumpai hampir 30 persen atau sekitar 1.000 perguruan tinggi yang tidak terakreditasi,” tuturnya.

Ini menjadi tantangan besar yang harus diatasi sebab perguruan tinggi yang tidak terakreditasi tidak dapat mengeluarkan ijazah untuk para lulusannya.

Terakhir, terkait dengan relevansi pendidikan tinggi. Haris menekankan pentingnya pendidikan tinggi untuk selalu relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan tuntutan zaman.

Perguruan tinggi harus mampu menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan industri dan teknologi saat ini.

“Setiap perguruan tinggi harus memiliki adaptasi yang sangat cepat terhadap perubahan landscape job market yang benar-benar diperlukan dalam dunia usaha dan dunia industri,” jelasnya.

Menurutnya, saat ini mahasiswa tidak bisa hanya bermodalkan ijazah atau sertifikat, tetapi harus memiliki keterampilan dan skill yang benar-benar dibutuhkan dalam dunia kerja. Adapun, salah satu skill yang penting adalah literasi digital untuk menghadapi zaman artificial intelligence.

Di sinilah peran universitas dibutuhkan untuk mendukung adaptasi teknologi bagi lulusannya. Misalnya dengan model pendidikan baru berupa pembelajaran yang inovatif seperti massive open online courses ya dan pembelajaran daring yang fleksibel.

Sejalan dengan hal ini, Universitas Yarsi juga telah mengembangkan platform pembelajaran daring terpadu untuk memudahkan mahasiswa untuk belajar selama masa pandemi Covid-19.

Wisudawan berprestasi dari Fakultas Kedokteran, Alvian Mohamad Yapanto, mengungkapkan bahwa sebagai angkatan 2020 yang masuk di masa pandemi Covid-19, platform pembelajaran jarak jauh Universitas Yarsi membantunya untuk lebih mudah mengikuti perkuliahan.

“Kalau boleh saya mau bilang terima kasih kepada Universitas Yarsi. Platform distance learning-nya itu luar biasa bagus untuk pembelajaran jarak jauh, namanya layaryarsi.ac.id,” ucap Alvian.

Dalam platform tersebut, berisi panduan, kuis, ujian, dan bahan perkuliahan lainnya. Menurutnya, berkat fasilitas ini beserta ilmu dan dukungan dari dosen serta orangtua, mahasiswa Yarsi bisa menjalani perkuliahan hingga dinyatakan lulus.

Terlebih, sebagai angkatan online seringkali dianggap sebelah mata. Namun dia tidak pernah merasa minder karena tetap mampu meraih prestasi.

“Kami bangga bilang kami angkatan online. Menjadi angkatan online membuktikan bahwa kami sudah melalui berbagai macam hal yang luar biasa. Pandemi, dirumahkan, dan kita bisa kok berprestasi kayak gini,” ungkapnya.

Wisudawan yang merupakan mahasiswa berprestasi tingkat ll Dikti wilayah 3 ini menjelaskan, dengan menjadi angkatan online memberinya kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis. Jadi, ketika dihadapkan pada situasi yang memaksa untuk berubah, dirinya mampu merespons tantangan dengan sesuai.

https://www.kompas.com/edu/read/2024/04/30/072643171/dirjen-dikti-ungkap-3-tantangan-besar-perguruan-tinggi-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke