Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Asry, Diterima di 8 Universitas Inggris dan Raih Beasiswa

KOMPAS.com - Bisa diterima di universitas bergengsi yang ada di Inggris merupakan cita-cita banyak mahasiswa. Apalagi, jika bisa diterima di 8 universitas di Inggris sekaligus.

Hal inilah yang dirasakan oleh Asry Almi Kaloko, putri asal Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Saat ini dirinya tengah menempuh pendidikan Magister jurusan Hubungan Internasional di University of Birmingham.

Pada awalnya, ketertarikan Asry untuk melanjutkan studi di Inggris bermula ketika dirinya masih duduk di bangku SMP. Saat itu, dia terinspirasi ketika melihat Putri Diana dan Ratu Elizabeth yang menjadi dua tokoh pemimpin perempuan yang berpengaruh di dunia.

Seiring berjalannya waktu, Asry melihat bahwa dari segi sejarah dan lingkungan pendidikan di sana sangat berkualitas dan membuat dirinya tertarik untuk melanjutkan studi di sana.

“Banyak sejarah-sejarah di sini, terus pendidikan S2 di Inggris cuma satu tahun berbeda dengan negara-negara lain. Kalau kita bisa satu tahun, tentunya ini jadi time management sekali ketika nanti aku pulang ke Indonesia, sudah bisa punya gelar yang sama dengan yang dua tahun,” tutur Asry dalam wawancara bersama Kompas.com, Kamis (7/12/2023).

Alasan lain yang juga dia pertimbangkan untuk menjadikan Inggris sebagai tujuan melanjutkan studinya karena rata-rata universitas di Inggris masuk ke dalam 100 universitas terbaik dunia dengan fasilitas pendidikan yang sangat mendukung.

Mengambil jurusan Hubungan Internasional dan berharap bisa berkontribusi bagi Indonesia

Saat sedang menempuh kuliah S1 di semester 5, Asry mulai merasa bahwa pendidikan yang ia tempuh di jurusan Hubungan Internasional harus dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Ternyata setelah semester 5 kuliah, aku merasa enggak cukup kalau hanya mengambil S1 di HI, aku harus fokus untuk mengambil S2 lagi karena kalau hanya belajar hubungan internasional secara general antarnegara itu kurang cukup,” ujarnya.

Asry mengaku saat ini dia mengambil modul-modul yang spesifik tentang Amerika dan China, dua negara adidaya yang saat ini tengah mendominasi dunia.

Ia berharap ketika kembali ke Indonesia, nantinya dia bisa berkontribusi lewat ilmu yang telah dipelajari.

“Jadi, semoga nanti saat aku pulang ke Indonesia, ini bermanfaat kalau misalnya aku menjadi pengambil kebijakan publik di bidang Hubungan Internasional atau masuk lembaga dan kementerian di bidang ini,” ucapnya.

Apalagi, saat ini masih terbatas profesor perempuan yang bergerak di bidang Hubungan Internasional.

“Kalau enggak salah hanya ada 3 profesor Hubungan Internasional, tetapi tentunya untuk SDM anak muda Indonesia yang sangat banyak apalagi 60 persen anak muda akan menjadi pemilih di Pemilu 2024. Jadi, menurutku kita perlu lebih banyak profesor di bidang ini,” katanya.

Ia menambahkan, profesor-profesor ini juga dapat berkontribusi untuk mengangkat kepentingan-kepentingan perempuan. Misalnya, membentuk pemimpin-pemimpin perempuan, membuat kebijakan publik yang berpihak pada perempuan, dll.

Perjalanan mendaftar beasiswa hingga diterima di 8 universitas di Inggris

Asry bercerita perjalanannya untuk mendaftar beasiswa hingga diterima di 8 universitas di Inggris tidaklah mudah. Bahkan beberapa kali dia juga sempat mengalami kegagalan.

Dia mulai mencari info untuk mempersiapkan kuliah di Inggris sejak duduk di semester 5 perkuliahan. Ia menyadari bahwa untuk melanjutkan studi ke Inggris membutuhkan biaya persiapan yang besar, saat itu akhirnya dia memutuskan untuk bekerja paruh waktu.

Untuk bisa diterima di kampus-kampus Inggris, tentu dirinya juga harus mempersiapkan tes IELTS sebagai salah satu syaratnya. Dia mulai belajar dari buku dan juga video-video YouTube.

Namun, usahanya itu belum menghasilkan hasil yang maksimal.

“Pertama kalinya aku belajar IELTS aku merasa percaya diri karena aku kuliah S1 Hubungan Internasional dan banyak menggunakan bahasa Inggris. Tetapi ternyata IELTS itu tidak sesederhana itu, bahkan IELTS susah sekali sampai aku 3 kali tes baru bisa,” ceritanya.

Selain itu, dia juga pernah mendaftar beasiswa Chevening pada tahun 2021. Dia mulai menyusun esai selama dua bulan agar bisa mendapatkan LoA dari universitas di Inggris. Sayangnya, dia gagal menjadi salah satu penerima beasiswa.

“Kegagalan inilah yang membuat aku merasa ternyata susah banget ya mencari beasiswa itu. Padahal aku baru gagal satu kali, tetapi aku merasa minder. Apalagi aku enggak punya orang di sekitarku yang kuliah di Inggris, murni hanya mendapat info dari internet dan media sosial,” tuturnya.

Tidak mau berlarut-larut putus asa, akhirnya Asry mulai berpikir bahwa kegagalan ini wajar dihadapi oleh seseorang. Pasti akan ada jalan dari Tuhan apabila kita tetap bermimpi dan berusaha.

Dia berpikir bahwa kalau memang belum mendapat beasiswa, setidaknya dia bisa diterima di salah satu kampus di Inggris dulu. Maka dari itu, dia sampai membuat 8 esai untuk 8 perguruan tinggi.

Perjuangannya akhirnya membuahkan hasil, ketika esai yang diunggah ke 8 kampus ini berhasil membawakan dirinya Letter of Acceptance (LoA). Meski demikian, Asry juga mendapat LoA conditional, di mana ada syarat IELTS yang harus diperbaiki.

Setelah mengikuti tes IELTS sebanyak 3 kali hingga harus berpindah provinsi untuk mengikuti tes ini, akhirnya dia berhasil untuk meraih skor yang disyaratkan oleh universitas yang menerimanya.

Sempat mendaftar beberapa beasiswa, Asry akhirnya berhasil mendapatkan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) pada tahun 2023.

“Di 2023 aku dapat beasiswa BPI Kemendikbud ini dan aku juga lolos tahap satu beasiswa Chevening dari Pemerintah Inggris. Tetapi, aku tidak lanjutkan dan memilih BPI, mudah-mudahan kursi yang bisa aku dapatkan di sana aku beri ke orang lain yang juga ingin berkuliah di Inggris,” ujarnya.

Beri tips agar bisa mendapat beasiswa ke Inggris

Asry berpesan kepada pemuda atau pemudi Indonesia yang memiliki cita-cita melanjutkan studi di Inggris untuk memiliki niat dan komitmen yang kuat dalam mengejar impian mereka.

Pertama, harus memiliki mental yang kuat untuk mempersiapkan semua kebutuhan untuk melamar beasiswa. Lalu, yang tidak kalah penting juga menyiapkan berbagai biaya yang akan dikeluarkan untuk tes IELTS, pembuatan Visa, dan sebagainya.

Selanjutnya, dalam pembuatan esai, harus menekankan korelasi yang kuat antara ilmu yang akan kita pelajari untuk mengatasi permasalahan yang ada di Indonesia.

“Dan jangan takut gagal karena kalau kita berusaha terus dan punya komitmen yang kuat mudah-mudahan Allah akan kasih jalan atas segala usaha, doa-doa, dan komitmen kita selama ini, “ tutupnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/12/12/171500271/kisah-asry-diterima-di-8-universitas-inggris-dan-raih-beasiswa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke