Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Sebuah narasi di media sosial menyebutkan, vaksin dengue berbahaya karena menimbulkan Antibody-dependent Enhancement (ADE) setelah dua tahun.
Sebagai informasi, ADE merupakan reaksi atas pemberian antibodi yang membuatnya menjadi tidak efektif dan malah memperkuat infeksi.
Sementara, vaksin dengue merupakan vaksin yang diberikan untuk mencegah demam berdarah dengue (DBD).
ADE diklaim akan muncul setelah satu sampai dua tahun setelah vaksinasi.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.
Informasi soal vaksin dengue berbahaya karena menyebabkan ADE disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, dan Twitter ini.
Pengunggah menyertakan tangkapan artikel dari Reuters pada 12 Desember 2017, soal uji klinis vaksin dengue dari produsen obat Perancis Sanofi dan respons WHO.
Tangkapan lainnya bersumber dari Kaltim Post soal program Dinas Kesehatan Kota Balikpapan yang menggelar vaksinasi DBD untuk anak usia sekolah.
Akun Facebook lain, seperti ini, ini, dan ini mengunggah tangkapan layar Twitter dengan narasi serupa.
Berikut narasinya:
!! Peringatan keras !!
Kemenkes mulai menyasar anak2 dengan vaksin DBD.
Ini sangat berbahaya, 1-2 tahun setelah vaksinasi, efek ADE mulai muncul, yang membuat infeksi DBD menjadi sangat berbahaya dan mematikan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin edar vaksin dengue, Dengvaxia, pada 31 Agustus 2023.
Vaksin Dengvaxia dikembangkan oleh Sanofi Aventis, produsen Sanofi Pasteur, Perancis.
Pada 2015, kasus DBD mencatatkan angka kesakitan 50,75 per 100.000 penduduk.
Dengvaxia diyakini mampu mencegah virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 bagi kelompok usia 9-16 tahun yang tinggal di daerah endemis.