KOMPAS.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal kelahiran Malala Yousafzai, 12 Juli, sebagai Hari Malala.
Malala adalah aktivis asal Pakistan yang menjadi simbol perjuangan untuk pendidikan anak perempuan. Hari Malala ditetapkan untuk mengampanyekan hal tersebut.
Malala ditembak pada 2012 karena menentang pembatasan Taliban terhadap pendidikan perempuan di Pakistan.
Baca juga: Malala Kirim Surat ke Taliban, Desak Perempuan Boleh Sekolah Lagi
Dilansir Evening Standard, Hari Malala pertama kali diperingati 10 tahun lalu, yaitu pada 12 Juli 2013. Saat itu, Malala yang tepat berulang tahun ke-16 berpidato di markas PBB.
Dalam pidatonya, Malala berbicara tentang perlunya akses dan kesetaraan pendidikan bagi perempuan di seluruh dunia.
"Saudara-saudara terkasih, ingatlah satu hal. Hari Malala bukanlah hari saya. Hari ini adalah hari setiap wanita, setiap anak laki-laki, dan setiap anak perempuan, yang menyuarakan hak-hak mereka," kata Malala.
Terkait insiden penembakan yang dialaminya, Malala mengatakan, Taliban berharap untuk membungkamnya dengan peluru.
"Tapi tidak ada yang berubah dalam hidup saya kecuali ini. Kelemahan, ketakutan, dan keputusasaan mati, sedangkan kekuatan dan keberanian lahir," ucapnya.
It’s hard to believe tomorrow is my 26th birthday – ten years since I spoke at the United Nations. 16-year-old me had no idea what would happen next, the amazing people she would meet, the places she would go. She was just determined to continue her fight for girls’ education. pic.twitter.com/17Z5oVOOzE
— Malala Yousafzai (@Malala) July 11, 2023
Dikutip dari laman PBB, Malala mulai menulis blog dengan nama samaran pada 2009. Lewat tulisannya, Malala menceritakan tentang peningkatan aktivitas militer di kota asalnya dan tentang ketakutan sekolahnya akan diserang.
Pada akhirnya, identitas Malala terbongkar. Namun ia tetap teguh dengan perjuangannya. Bersama ayahnya, Ziauddin, ia terus menyuarakan hak atas pendidikan bagi anak perempuan.
Pada 9 Oktober 2012, Malala ditembak di kepala dan leher dalam perjalanan pulang sekolah. Dia lolos dari maut setelah mendapatkan perawatan di Inggris.
Baca juga: Malala, Gadis yang Pernah Ditembak Taliban, Lulus dari Universitas Oxford
Penembakan terhadap Malala mengundang kecaman dari seluruh dunia. Di Pakistan, hal itu menjadi pemicu lahirnya Undang-Undang Hak atas Pendidikan Wajib dan Gratis.
Pada 2013, Malala dan ayahnya ikut mendirikan Malala Fund untuk mengampanyekan pendidikan anak perempuan.
Kemudian, pada Desember 2014, ia menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian termuda.
Malala ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menjadi Pengabar Perdamaian PBB pada 2017, untuk membantu mengampanyekan pendidikan bagi anak perempuan.
I wish a very happy birthday to our @UN Messenger of Peace, @Malala!
Thank you for your work and relentless commitment to girls' education worldwide, at a moment when they’re needed more than ever. pic.twitter.com/kzz5eCgAYB
— António Guterres (@antonioguterres) July 12, 2023
Diberitakan Harian Kompas, 12 April 2017, Malala menjadi sosok termuda yang meraih penghargaan tersebut.
Dia dinilai berjasa mempromosikan pentingnya pendidikan bagi anak-anak perempuan.
"Anda bukan saja pahlawan, tetapi juga seorang yang berkomitmen dan murah hati," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Baca juga: 6 Tahun Setelah Ditembak Taliban, Malala Yousafzai Kembali ke Pakistan
Sebagai seorang muslim, Malala mengaku bangga dengan penghargaan dari PBB.
"Orang harus melihat saya dan juga kaum muslim yang hidup dalam damai dan percaya pada perdamaian dibandingkan dengan melihat pada sejumlah teroris," kata Malala.
Ia mengaku prihatin karena media sering menyebut "islamic terrorist" dalam beritanya. Akibatnya, orang-orang kemudian menyalahkan Islam secara keseluruhan.
"Namun, Muslim juga harus bersatu melawan kaum ekstremis ataupun teroris dan menyatakan bahwa mereka tidak sama dengan kita. Kita tak setuju dengan apa yang mereka (teroris) lakukan," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.