KOMPAS.com - Kerajaan Jerman pernah berada di bawah pemerintahan Raja Ludwig II mulai 1845 sampai 1886. Raja Bavaria atau Bayern ini mendapat julukan Mad King Ludwig.
Adapun 13 Juni merupakan peringatan kematian Ludwig II. Ia meninggal selang tiga hari setelah divonis menderita paranoia.
Bagaimana kisah hidup Mad King Ludwig?
Ludwig menjadi raja di usia 18 tahun, setelah kematian pendahulunya Maximilian II pada 1864.
Alih-alih perang dan politik, Ludwig lebih tertarik dengan seni, pertunjukan, dan arsitektur.
Perintah pertamanya sebagai raja adalah menemukan komponis musik Richard Wagner, lalu mengundangnya ke Munich. Mereka bersahabat setelahnya.
Ludwig II mulai membangun istana megah seperti Istana Linderhof, Istana Neuschwanstein, dan Herrenchiemsee meski tidak selesai.
Ludwig meyakini monarki absolut seperti Louis XIV. Sehingga, dalam pikirannya sebuah negara tidak perlu memiliki pemerintah atau parlemen, hanya pembantu yang idealis.
Gagasan anakronistik ini ditentang oleh tatanan negara monarki konstitusional yang diberlakukan oleh Konstitusi Bavaria sejak 1818.
Dilansir Britannica, Kerajaan Jerman memasuki perang tujuh minggu pada 1866, akibat perang antara Prusia dan Austria, serta beberapa negara kecil bagian Jerman lainnya.
Ludwig memihak Austria tetapi kalah, sehingga terjadi pengucilan Austria dari Jerman.
Ia lalu mengirim surat kepada para pangeran Jerman yang menyerukan pembentukan kerajaan baru. Namun tuntutannya untuk meningkatkan teritorial dan mengganti gelar kekaisaran tidak disambut baik.
Perselisihan dengan menteri, kekecewaan terhadap sikap kerajaan lainnya, semakin membuat Ludwig menarik diri dari politik.
Sejak 1880-an, Ludwig hampir sepenuhnya menarik diri dari kehidupan sosial.
Pada 5 Februari 1884, pemerintah administrasi Bavaria memanggil dokter gigi Franz Carl Gerster untuk merawat Ludwig.
Dokter gigi tersebut juga memiliki ilmu psikiatri.
Dengan ilmu psikopatologinya, Gerster memeriksa Ludwig selama empat jam. Dia memiliki kecurigaan bahwa Ludwig memiliki gangguan mental, karena pemikiran yang cepat, delusi, ilusi, dan halusinasi.
Gerster melaporkan hasil pemeriksaannya kepada pihak yang bertanggung jawab.
Komisi yang bertanggung jawab sempat menahan Ludwig di Neuschwanstein pada malam 12 Juni 1886, karena perilaku bunuh diri akut Ludwig.
Kesehatan mental Ludwig pun ditangani oleh Bernhard von Gudden, seorang profesor psikiatri di Universitas Ludwig Maximilians.
Laporan dari para dokter menyimpulkan bahwa gejala yang dialami Ludwig bersifat psikopatologis. Gudden dan beberapa psikiater lainnya mendiagnosis Ludwig dengan paranoia.
Pada 10 Juni 1886, Ludwig dinyatakan gila. Dia dipindahkan ke ke Schloss Berg dekat Starnberger See oleh Gudden.
Selang tiga hari, tepatnya pada 13 Juni 1886, Ludwig bunuh diri di danau.
Ia tewas bersama Gudden yang berusaha menyelamatkan nyawa raja yang tenggelam.
Di masa itu Gudden merupakan pelopor penelitian otak dan ahli dalam psikiatri.
Tuduhan bahwa Ludwig tidak dievaluasi dengan benar tidak sepenuhnya tepat.
Studi pada 2020 mengungkap bahwa otopsi Ludwig menunjukkan adanya meningitis purulen yang dideritanya saat masih berusia tujuh bulan.
Ludwig juga mengalami pertumbuhan yang lambat, memiliki bekas luka di lobus frontal, dan atrofi frontotemporal atau rusaknya sel saraf otak yang bisa menjadi dasar faktor penyebab delusi.
Fakta ini tentu tidak diketahui Gudden, karena ia tewas bersama Ludwig.
Gejala yang dialami Ludwig lebih mirip skizofrenia, dari sudut pandang ilmu modern.
Namun, diagnosa Gudden tidak salah karena di zaman itu pengetahuan soal psikologi masih terbatas.