Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[JEO] Perjalanan Muslim Tionghoa Mendalami Islam

Kompas.com - 28/04/2023, 08:45 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

KOMPAS. com - Qiu Xue Long tak menyangka, mimpi yang ia alami saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) menjadi awal perjalanannya mengenal Islam

Aliong, nama panggilannya, mencoba mengingat lagi mimpi yang ia alami. Dalam mimpi itu, ia sedang berada di suatu tempat yang dikelilingi api.

Di tengah kobaran api, ia melihat beberapa pilar berukuran besar dan pada pilar itu banyak manusia yang dirantai. Ia pikir itu hanya mimpi buruk biasa.

Beberapa tahun kemudian, Aliong mendapatkan secercah petunjuk soal mimpinya. Kala itu, ia sudah melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah atas (SMA).

Baca juga: Foto Cerita: Jejak Pembauran Tionghoa di Masjid Lautze

Saat jalan-jalan ke sebuah toko buku, ia tertarik untuk membaca Al Quran yang dilengkapi terjemahan.

Sebelumnya, ia tidak pernah menyentuh Al Quran. Lantas, ia membuka kitab suci itu dari halaman paling belakang, seperti membaca buku pada umumnya.

Ia mulai membaca surat An-Nas, Al-Falaq, dan berhenti di surat Al-Humazah. Aliong tersentak karena bunyi ayat itu mirip sekali dengan gambaran yang ia lihat dalam mimpinya dulu.

Rasa penasaran mulai menggelayuti pikiran Aliong. Setelah lulus SMA dan bekerja di daerah Tegal Alur, Jakarta Barat, ia mulai mempelajari Islam dari buku dan bertanya ke teman-teman muslim.

Ketika itu, sekitar tahun 1995 dan 1996, untuk mencari informasi tentang agama tidak semudah sekarang.

Jawaban yang diberikan oleh teman-temannya kerap tidak memuaskan, buku-buku tentang keislaman pun tidak sebanyak saat ini.

Saran banyak orang membawa Aliong ke Masjid Lautze di daerah Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat, yang dikenal sebagai kawasan pecinan.

Di Masjid Lautze, keyakinan Aliong terhadap ajaran Islam mulai terbuka. Setelah Lebaran tahun 2002, laki-laki kelahiran Jakarta, 15 April 1976, itu mengucapkan syahadat.

Kini, Aliong lebih dikenal dengan nama Naga Kunadi. Jemaah di Masjid Lautze kerap memanggilnya Ustaz Naga.

Budiman salah satu jemaah di Masjid Lautze, Jakarta Pusat, Senin (10/4/2023).  Sebelumnya warga Jakarta Utara ini beragama Konghucu dan pada 1985 memutuskan memeluk Islam.KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Budiman salah satu jemaah di Masjid Lautze, Jakarta Pusat, Senin (10/4/2023). Sebelumnya warga Jakarta Utara ini beragama Konghucu dan pada 1985 memutuskan memeluk Islam.

Setelah menjadi mualaf, Naga aktif berkegiatan di masjid tersebut. Sejak 2017, ia menjadi pengurus di Yayasan Haji Karim Oei, organisasi dakwah yang menaungi Masjid Lautze.

Sebagai pengurus, ia juga melayani siapa pun yang ingin belajar tentang Islam atau sekadar berdiskusi keagamaan. Pada 2019, Naga mendapat beasiswa untuk kuliah S-1 Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Mendalami ajaran Islam butuh waktu yang sangat panjang. Ia mencontohkan pengalamannya ketika menerima seorang warga Tionghoa yang ingin mempelajari Islam.

Selama lebih dari satu tahun, Naga memberikan konsultasi, mendampingi, dan berdiskusi, hingga akhirnya warga tersebut benar-benar yakin untuk memeluk Islam.

Naga meyakini tidak ada paksaan dalam Islam. Baginya, Islam adalah kedamaian.

Ia memahami Islam sebagai agama yang membawa keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman. Selain itu, Islam juga berarti berserah diri dan taat kepada segala perintah-Nya.

“Hal yang terpenting adalah ketenteraman, kedamaian, harus mewarnai lingkungan sekitar kita,” ujar Naga saat ditemui di Masjid Lautze, Senin (10/4/2023).

“Artinya, kita harus bisa membawa keselamatan kepada orang lain dan juga membawa kedamaian terhadap lingkungan sekitar,” ucapnya.

Koh Aon atau Lim On Sioe salah satu jemaah di Masjid Lautze, Jakarta Pusat, Senin (10/4/2023).  Ia memutuskan menjadi mualaf pada 1998 karena saat muda sering mendengar ceramah Islam di radio.KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Koh Aon atau Lim On Sioe salah satu jemaah di Masjid Lautze, Jakarta Pusat, Senin (10/4/2023). Ia memutuskan menjadi mualaf pada 1998 karena saat muda sering mendengar ceramah Islam di radio.

Pengalaman spiritual juga dialami oleh Budiman (52), warga Pademangan, Jakarta Utara. Ia memutuskan untuk memeluk Islam pada 1985 ketika masih duduk di bangku SMP.

Ketertarikannya terhadap Islam bermula ketika ia membaca Al Quran dengan terjemahan bahasa Indonesia. Kemudian, ia mengaku merasa lebih tenang ketika melaksanakan shalat.

“Kalau kita berdoa, hati kita tenang. Walaupun ada kesulitan-kesulitan, misalnya ada masalah keluarga, kita bisa lebih rileks, batin kita tenang,” tutur dia.

Jemaah lainnya, Koh Aon atau Lim On Sioe (66), memutuskan menjadi mualaf pada 1998. Ia mengaku tertarik dengan agama Islam karena saat muda sering mendengar ceramah agama di radio.

Simak artikel selengkapnya dalam JEO Kompas.com, "Menyusuri Jalan Islam di Kawasan Pecinan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

INFOGRAFIK: Konten Satire Perlihatkan Wajah Hawa Mirip Taylor Swift

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan McDonald's Terbengkalai, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

[KLARIFIKASI] Video Tsunami di Jepang pada 2011, Bukan 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

[KLARIFIKASI] Video Perkelahian Antarpekerja Berlokasi di Afrika Barat

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

[HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan melalui WhatsApp

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

[HOAKS] Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Wasit Terbukti Curang, Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar 'Time' Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

INFOGRAFIK: Tidak Benar "Time" Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com