KOMPAS.com - Sejumlah akun yang diaktifkan kembali oleh Twitter diketahui menyebar kebencian dan informasi keliru.
Tim Disinformasi BBC, pada Rabu (8/3/2023), melaporkan analisis 1.100 akun yang telah diaktifkan kembali oleh Twitter. Lebih dari sepertiga akun kembali mengunggah konten bermasalah.
Sebelumnya, akun-akun itu ditangguhkan karena melanggar kebijakan platform. Kemudian, di bawah kepemilikan baru Twitter yang dipegang Elon Musk, sejumlah akun dipulihkan.
Baca juga: Disinformasi, Michelle Obama Diklaim sebagai Laki-laki
Keputusan itu diambil sebagai wujud kebebasan berekspresi absolut yang digembar-gemborkan oleh CEO Tesla dan SpaceX tersebut.
Pada November 2022, Twitter mengumumkan akan memulihkan sejumlah yang tidak melanggar hukum atau terlibat dalam spam parah.
Dari sejumlah akun yang dianalisis, BBC memetakan alasan mengapa akun-akun terkait mendapat tindakan dari Twitter. Alasannya meliputi:
Pemantauan terhadap akun yang dipulihkan dimulai sejak Twitter resmi jatuh ke tangan Elon Musk pada 27 Oktober 2022.
Hingga 10 Januari 2023, BBC menganalisis akun yang memiliki lebih dari 10.000 followers atau pengikut.
Contohnya, akun influencer Andrew Tate yang sebelumnya ditangguhkan oleh Twitter karena menyebut perempuan bersalah atas pemerkosaan serta pandangan misoginis lainnya.
Sebelum ditangguhkan, akun itu hanya memiliki 150.000 pengikut. Kemudian, ketika akunnya dipulihkan pada November 2022, pengikutnya meningkat menjadi lima juta.
Baca juga: Interaksi Akun Penyebar Misinformasi di Twitter Meningkat 44 persen
Setelah dipulihkan, dia berulangkali menyasar komunitas LGBT. Ia bahkan mengunggah video yang menggambarkan pemerkosaan.
Center for Countering Digital Hate (CCDH) Imran Ahmed mengatakan, ujaran kebencian terhadap perempuan dan kelompok LGBT serta cercaan rasis meningkat.
Sementara, lebih dari 100 akun diketahui menyebarkan klaim palsu dan menyesatkan tentang pemilu dan hasil pemilu.