Menjadi wasit di Qatar bukan satu-satunya prestasinya tahun ini. Sebelumnya,
Yamashita menjadi wasit perempuan pertama yang memimpin Liga Champions Asia.
Perempuan berusia 36 tahun ini pun menikmati kesempatan untuk menjadi bagian dari sejarah Piala Dunia, terlepas dari tekanan yang menyertainya.
"Hampir tidak ada wasit perempuan di Timur Tengah, jadi saya ingin melihat perubahan itu, dengan Piala Dunia Qatar sebagai katalisnya," ujar Yamashita dilansir dari Olympics.
"Fakta perempuan memimpin untuk pertama kalinya di Piala Dunia pria adalah tanda bagi orang lain bahwa potensi perempuan selalu berkembang dan itu adalah sesuatu yang juga saya rasakan dengan kuat," ujar dia.
Baca juga: Fakta Pemain di Piala Dunia Qatar, dari Termuda hingga Gol Terbanyak
Wasit asal Rwanda, Salima Mukansanga, telah memimpin pertandingan yang diselenggarakan oleh FIFA sejak 2012. Ia merupakan wasit yang berbakat.
Namun, ternyata dulunya ia tidak pernah bercita-cita menjadi wasit. Saat muda ia justru berkeinginan menjadi pemain basket profesional.
Karena keterbatasan fasilitas bola basket di negaranya, ia akhirnya banting setir untuk berkarier di dunia sepak bola sebagai wasit. Ia pun tidak menyesali keputusannya itu.
"Saya menyukai bola basket dan ingin melakukannya dengan sangat serius. Tapi akses ke infrastruktur bola basket sulit, itulah mengapa saya menjadi wasit, yang juga tidak pernah saya sesali, " ujar Salima.
Keputusan itu membawanya ke Piala Dunia perempuan 2019, Olimpiade Tokyo 2020, dan sekarang Qatar.
Baca juga: Berapa Bayaran Wasit Per Pertandingan Piala Dunia 2022 di Qatar?
Sama seperti Yamashita, dia juga terlibat dalam Olimpiade Tokyo 2020 tahun lalu. Mukansanga sudah tidak asing lagi di pentas dunia, setelah juga memimpin di Piala Afrika putra awal tahun ini.
Salima pun merasa bangga bisa menjadi salah satu wasit di Piala Dunia, karena merupakan salah satu impiannya.
"Memimpin Piala Dunia adalah impian setiap wasit," tuturnya.