KOMPAS.com - Gedung Opera House, di Port Jackson, Pelabuhan Sydney, Negara Bagian New South Wales, Australia, menjadi destinasi unggulan dengan jumlah kunjungan 10,9 juta per tahun.
Dilansir dari sydneyoperahouse.com, gedung tersebut telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.
Deloitte, penyedia jasa audit keuangan, memperkirakan nilai ekonomi pusat budaya dan ikon Kota Sydney itu sekitar 6,2 miliar dollar AS atau Rp 69,6 triliun.
Britannica menyebutkan bahwa Sydney Opera House, termasuk jembatan pelabuhan sebagai latarnya, menjadi salah satu bangunan yang paling banyak difoto di dunia.
Kini bangunan menjelma sebagai fasilitas seni pertunjukan serbaguna dengan Concert Hall yang memiliki 2.679 kursi, untuk penyelenggaraan orkestra, pop, tari dan pertunjukan lainnya.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut sejarah mengenai Sydney Opera House.
Pada 1947, konduktor residen Sydney Symphony Orchestra, Eugene Goossens, memberikan saran pembangunan gedung opera untuk memfasilitasi pertunjukkan seni dan teater.
Pemerintah New South Wales menyetujui saran tersebut dan pada 1954 mereka membentuk komite pembangunan dan tim penasehat. Bahkan, mereka ingin menjadikan Sydney sebagai ibu kota budaya dunia.
Pemilihan lokasi saat itu di Bennelong Point, Pelabuhan Sydney sebelah timur. Lokasi tersebut merupakan sebuah tanjung yang menghadap teluk dan terhubung ke Samudera Pasifik.
Pada 1956, mereka melanjutkan rencana itu dengan menggelar lomba desain bangunan, termasuk dua aula untuk pertunjukan besar dan ruang-ruang yang lebih kecil.
Sebanyak 233 desain diterima dari arsitek-arsitek di 30 negara, hingga pada Januari 1957 komite juri mengumumkan rancangan Jorn Utzon asal Denmark sebagai juara.
Kontruksi bangunan dimulai pada 1959, namun prosesnya menghadapi banyak kendala, dari faktor kontruksi sampai dana, hingga mengalami penundaan.
Utzon pun sempat mengundurkan diri di tengah pro dan kontra pada 1966, namun kembali terlibat mulai 1999 dengan tugas mengawasi proyek perbaikan.
Setelah mengalami pembengkakan, pembangunan Sydney Opera House menghabiskan anggaran 80 juta dollar AS atau Rp 1,2 triliun (kurs Rp 15.589).
Pertunjukan publik pertama yang digelar di gedung itu adalah teater berjudul Perang dan Damai oleh Sergei Prokofiev pada 28 September 1973.