KOMPAS.com - Saat dunia sedang mengalami pergolakan Perang Dunia II pada 1940, sulit bagi manusia di masa itu untuk menghindar dari dampak kejamnya perang.
Aksi saling serangterjadi di beberapa negara. Peristiwa pengeboman tidak luput dilakukan untuk melumpuhkan lawan. Salah satu yang akan terus terekam dalam sejarah adalah pengeboman yang menyasar Istana Buckingham, Inggris.
Jumat, 13 September 1940 menjadi hari kelam bagi keluarga Kerajaan Inggris di masa berkuasanya Raja George VI, ayah dari Ratu Elizabeth II yang baru saja tutup usia pada 8 September 2022.
Tentara Jerman meningkatkan serangan mereka ke tanah Inggris. London menjadi sasaran serangan yang dilakukan Luftwaffe, Angkatan Udara Nazi Jerman.
Baca juga: Misinformasi Video Pria Telanjang yang Keluar dari Jendela Istana Buckingham, Bagaimana Faktanya?
Sebelum peristiwa pengeboman terjadi, sudah ada tanda-tanda peringatan bahwa Istana Buckingham mungkin menjadi target Luftwaffe.
Pada 8 September 1940, sebuah bom seberat 50 kilogram jatuh di halaman Istana Buckingham. Untung bagi keluarga kerajaan, bom tidak meledak dan kemudian dihancurkan dalam ledakan yang terkendali.
Namun, pada 13 September pagi, ketika Raja George VI dan istrinya, Ratu Elizabeth Bowes-Lyon sedang bersantai dan minum teh. Elizabeth II saat itu masih berusia 14 tahun.
Dalam keadaan santai, mereka kemudian mendengar suara gemuruh dan dentuman seperti tabrakan besar.
Ternyata, Pasukan Luftwaffe menjatuhkan lima bom berdaya ledak tinggi yang menyasar Istana Buckingham.
Dilansir dari BritishHeritage, bom tersebut mengenai kapel atau gereja kecil kerajaan, segi empat bagian dalam, gerbang Istana Buckingham, dan bangunan peringatan Victoria. Empat anggota staf Istana terluka, dan salah satunya meninggal.
Dalam sebuah surat, Sang Ratu menggambarkan bagaimana dia mendengar suara pesawat Jerman dan jeritan bom. Beruntung, Raja dan Ratu tidak terluka dalam insiden itu sehingga lolos dari maut.
Baca juga: CEK FAKTA: Grup Dance Irlandia Rayakan Wafatnya Ratu Elizabeth II di Depan Istana Buckingham
Tentu saja Raja George VI dan Ratu Elizabeth terguncang oleh pengeboman yang dilakukan oleh pasukan Luftwaffe.
Raja dan Ratu pun disarankan oleh Kementrian Luar Negeri Inggris untuk segera meninggalkan daratan Inggris Raya. Namun, mereka menolak.
Penolakan teguh mereka pun menunjukkan keberanian dan komitmen terhadap Inggris untuk melawan Adolf Hitler dan Nazi Jerman yang dihargai publik.
Dalam sebuah pernyataan kepada rakyatnya, Ratu Elizabeth berseru:
"Anak-anak tidak akan pergi kecuali saya pergi. Saya tidak akan pergi kecuali ayah mereka pergi, dan Raja tidak akan meninggalkan negara dalam keadaan apa pun, apa pun..."
Penentangan dalam menghadapi bom Jerman ini pada akhirnya memberi negara itu dorongan yang sangat dibutuhkan dalam upaya perang.
Selain itu, pengeboman Istana Buckingham juga menciptakan rasa persatuan di seluruh Inggris. Insiden itu pun meningkatkan reputasi Keluarga Kerajaan di mata publik Inggris.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.